isteri penumpang, anak atau anak-anaknya atau orang tuanya, yang biasa menjadi tanggungannya, sedangkan besarnya ganti rugi dinilai dengan kedudukan dan kekayaan
mereka yang bersangkutan serta sesuai dengan keadaan.
15
3. Pesawat Udara
Pengertian pesawat udara terdapat di dalam ketentuan umum UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang tertulis Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat
terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan. Pengertian ini dengan sengaja
mengecualikan kendaraan air seperti hover aircraf atau disebut juga Hoovercraft
16
dari defenisi pesawat udara. Pengecualian ini jelas tertera di dalam Penjelasan Undang-Undang
ini.
17
Dengan pasal di atas Negara-Negara pembuat Konvensi Jenewa 1948 bermaksud untuk, sesuai dengan tujuan konvensi tersebut, membatasi pengertian pesawat udara pada pesawat
Untuk keperluan mengenai batasan pesawat udara lebih jelas tertera dalam Annex 7 Konvensi Chicago 1944 yang dimodifikasi Tahun 1967 harus dilengkapi dengan dengan batasan yang
diterima dalam Konvensi Jenewa 1948 pasal XVI : . . . aircraft shall include the airframe, engines, propellers, radio aparatus, and all others
articles intended for use in the aircraft wheter installed therein or temporarily separated therefrom . . .
15
Ibid.
16
Suatu alat transpor yang bergerak diatas suatu bantal udara, pesawat ini tidak termasuk dalam batasan dalam Konvensi Chicago 1944 tahun 1967 dan tidak merupakan objek hukum dari hukum udara serta ketentuan-
ketentuan internasional lainnya yang berkaitan dengan pesawat udara.
17
Mieke Komar Kantaatmadja, pada ceramah “Implementasi Undang-Undang No.15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan” dalam Foreign Airline General Sales Agent Association FAGA, Jakarta, 18 November
1992.Penulis menetapkan pengertian pesawat udara dalam UU penerbangan yang baru yaitu UU No. 1 Tahun 2009 dikarenakan tidak adanya perubahan dalam hal pengertian pesawat udara dari UU No. 15 Tahun 1992
terhadap UU No.1 tahun 2009 tentang penerbangan
udara yang digunakan untuk angkutan udara sipil atau Civiele Luchtverkeer. Pengertian di atas, mengecualikan balon kabel, balon bebas, dan pesawat layang, kapal terbang,
18
Maksud daripada hal di atas di tertuang dalam Konvensi Jenewa 1948 adalah untuk mengatur hak-hak yang melekat maupun diletakkan pada pesawat udara yang dipergunakan untuk
angkutan udara sipil internasional. helikopter dan juga pesawat udara lain yang tujuan penggunaannya adalah untuk usaha yang
bersifat militer, bea cukai, dan polisi. Maka dari itu sudah jelaslah batasan mengenai pesawat udara dalam hal ini, dan dirinci
kembali di dalam ketentuan umum UU No. 1 Tahun 2009 Tentang penerbangan dalam ketentuan umum tertera mengenai Pesawat Udara Sipil yaitu pesawat udara yang digunakan
untuk kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga dan ada juga Pesawat Udara Sipil Asing adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan angkutan udara niaga dan
bukan niaga yang mempunyai tanda pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing.
19
4. Kecelakaan Pesawat Udara