Sementara itu 151 korban kecelakaan Air Asia QZ8501 yang belum menerima ganti rugi dikarenakan belum keluarnya putusan pengadilan mengenai status kematian akta kematian
daripada nama – nama korban tersebut diatur dalam pasal 178 UURI No. 1 Tahun 2009, menurut pasal tersebut penumpang yang berada dalam pesawat udara yang hilang. Dianggap
telah meninggal dunia, apabila dalam jangka waktu 3 bulan setelah tanggal pesawat udara seharusnya mendarat di tempat tujuan akhir tidak diperoleh kabar mengenai hal ihwal
penumpang tersebut, tanpa dibutuhkan keputusan pengadilan. Sesuai dengan keterangan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa upaya ganti rugi
yang berkaitan erat dengan putusan pengadilan yang dalam prakteknya yang berwenang adalah Pengadilan Negeri Surabaya, selebihnya pelaksanaan ganti rugi akan dilaksanakan
setelah 3 bulan terhitung sejak kecelakaan pesawat Air Asia Q58501 maka penumpang tersebut dinyatakan berhak atas ganti rugi sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.
Sementara itu dalam pengurusan ahli waris diperlukan beberapa alat bukti meliputi KSK, akta kelahiran, akta perkawinan serta dokumen kependudukan lainnya. Manakala bukti-bukti
dinilai tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka permohonan hak ahli waris bisa ditolak.
C. Kendala Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ganti Rugi Korban Kecelakaan Air
Asia QZ8501
Pihak pengangkut yang dalam hal ini adalah pihak AirAsia, patut bertanggung jawab atas penumpang yang menjadi korban. Hal tersebut tertulis dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Pada pasal 141 ayat 1 disebutkan bahwa, pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang meninggal dunia,
cacat tetap, atau luka-luka yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat danatau naik turun pesawat udara. Perlu diingat yaitu bentuk ganti rugi ini berlaku untuk per
penumpang. Meskipun banyak korban yang berasal dari satu keluarga, tetap ganti rugi dalam
bentuk asuransi wajib diberikan adalah per orang penumpang tersebut, bukan per keluarga. Dari undang-undang tersebut, terdapat juga Peraturan Pelaksanaan Menteri Perhubungan
Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara yang menyatakan bahwa, ganti rugi yang berhak diterima oleh keluarga korban sebesar 1,25 milyar
rupiah per penumpang yang meninggal dunia. Seluruh ganti rugi yang berlandaskan hukum dari undang-undang tersebut wajib diberikan oleh perusahaan penerbangan yang
bersangkutan melalui asuransi konsorsium yang ditunjuk. Selain dari perusahaan penerbangan, korban meninggal juga berhak mendapatkan ganti rugi dari pihak Jasa Raharja,
karena kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan transportasi. Untuk korban meninggal dunia, nominal yang berhak diterima oleh keluarga korban adalah sebesar 50 juta rupiah.
Namun dalam Kasus kecelakaan Air Asia QZ8501 PT. Jasa Raharja tidak mengutip premi dari Air Asia, hal ini dikarenakan rute penerbangan Air Asia QZ8501 termasuk rute
penerbangan Internasional oleh karena itu pihak Jasa Raharja tidak menjamin asuransi korban kecelakaan Air Asia QZ8501 tersebut.
120
Bila semasa hidup korban juga mengasuransikan diri, keluarga korban juga berhak menerima asuransi dari perusahaan asuransi tersebut.
121
Proses klaim asuransi yang perlu dilakukan oleh keluarga korban kepada perusahaan penerbangan juga sudah diatur dalam Peraturan Pelaksanaan Menteri Perhubungan Nomor 77
Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, dimana pihak keluarga korban perlu menyerahkan bukti dokumen terkait yang membuktikan sebagai ahli waris
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tiket, bukti bagasi tercatat atau surat muatan udara, atau bukti lain yang mendukung dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perlu dilengkapi juga dengan surat keterangan dari pihak yang
120
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37 Tahun 2008 tentang Iuran Wajib Santunan Terhadap Kecelakaan Penumpang, Jasa Raharja hanya menjamin penerbangan domestik dan angkutan haji.
121
Diketahui terdapat 25 penumpang yang membeli asuransi tambahan yang ditawarkan oleh Air Asia rinciannya adalah 10 asuransi one way dengan nilai klaim masing – masing Rp. 750 Juta dan 15 Asuransi return
dengan nilai klaim per jiwa Rp. 315 juta. Semua asuransi tambahan untuk 25 penumpang tersebut ditanggung oleh perusahaan asuransi PT Dayin Mitra tempo.comselasa 6 januari 2015 diakses pada tanggal 18 Juni 2015.
berwenang mengeluarkan bukti telah terjadinya kerugian jiwa dan raga dalam bentuk akta kematian. Akta kematian bisa didapat bila korban dinyatakan secara resmi meninggal dunia,
sedangkan masih ada korban kecelakaan ini yang belum ditemukan. Hal ini yang akan menjadi hambatan dalam proses ganti- rugi yang seharusnya
dijalankan menurut undang – undang yang berlaku terutama status para korban dalam hal ini akta kematian sementara pada saat itu sedang dilaksanakan proses evakuasi yang melibatkan
beberapa pihak. Dalam hal keluarga korban yang tidak mau menerima ganti rugi karena jenazah anggota
keluarganya belum ditemukan. Bisa saja mereka menunggu sampai lebih dari 3 bulan belum ada kabar ditemukannya korban namun masih belum mau menerima hak asuransi ganti rugi.
Namun, sesuai undang-undang, korban sudah dinyatakan meninggal dan pihak keluarga berhak menerima ganti rugi.
122
D. Tahapan Dan Besaran Ganti Rugi Terhadap Korban Kecelakaan Penerbangan Air