59 36
D. Perencanaan Pajak
1. Pengertian Perencanaan Pajak
Menurut Mohammad Zain 2005:3 Perencanaan pajak adalah merupakan tindakan perstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.
Sedangkan menurut Hoffman dalam Omposunggu 2011:3 perencanaan pajak tax planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki
oleh wajib pajak untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapat pengeluaran beban pajak yang minimal. Secara teoritis, tax planning
dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan pajak tax saving melalui prosedur penghindaran
pajak tax avoidance dan mengemplang pajak sesuai UU Perpajakan.
2. Tujuan Perencanaan Pajak
Menurut Pohan 2011:11 tujuan perencanaan pajak adalah sebagai berikut:
a. Meminimalisir beban pajak yang terutang.
b. Memaksimumkan laba setelah pajak.
c. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak tax surprise jika terjadi
pemerikasaan pajak yang dilakukan oleh fiskus. d.
Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
60 37
3. Motivasi Perencanaan Pajak
Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimumkan kewajiban pembayaran pajaknya baik secara legal
maupun ilegal adalah. a.
Tingkat kerumitan suatu peratuaran Makin rumit peraturan perpajakan yang ada, maka terdapat
kecenderungan untuk
menghindarinya karena
biaya untuk
mematuhinya compliance cost menjadi tinggi. b.
Besarnya pajak yang terutang Makin besar jumlah pajak yang terutang akan makin giat usaha-
usaha wajib pajak untuk memperkecil jumlah pembayaran pajaknya. Perlu diperhatikan pula bahwa tarif pajak di Indonesia bersifat
progresif. c.
Biaya untuk negoisasi Disengaja atau tidak sengaja, kadang-kadang wajib pajak melakukan
negosiasi-negosiasi dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.
d. Resiko deteksi
Resiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah pelangaran ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak.
Makin rendah resiko deteksi, wajib pajak memiliki kecenderungan untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran ketentuan perpjakan.
Sebaliknya, bila suatu pelanggaran ketentuan perpajakan mudah
61 38
diketahui, maka wajib pajak akan memilih posisi konservativ dengan tidak melanggar aturan.
4. Tahapan-tahapan Perencanaan Pajak