Saat Terutang PPh Pasal 21 Dasar Pengenaan Pajak Tata Cara Menghitung PPh Pasal 21

51 28 c. Hadiah dan penghargaan perlombaan. d. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi. Penjaja barang dagangan adalah penjaja barang dagangan berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku, dan barang-barang keperluan rumah tangga sehari-hari lainnya. e. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apa pun yang diterima oleh pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNIPOLRI yang sumber dananya berasal dari keuagan negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan oleh pegawai negeri sipil golongan II D ke bawah dan anggota TNIPOLRI berbangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajudan Inspektur Tingkat Satu ke bawah.

11. Saat Terutang PPh Pasal 21

Saat terutangnya PPh Pasal 21 ditentukan hal mana yang terjadi terlebih dahulu antara diterima atau diperoleh. Diterima adalam penghasilan yang sudah nyata-nyata diterima tunai baik melalui kas maupun tunai. Sedangkan diperoleh adalah penghasilan yang sudah dapat ditagih atau sudah pasti diperoleh pada waktu tertentu, meskipun jumlah tersebut belum diterima secara tunai.

12. Dasar Pengenaan Pajak

Dalam menghitung Pajak Terutang perlu menetapkan terdahulu besarnya dasar pengenaan pajak. Sebagai dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 diatur: 52 29 a. Penghasilan Kena Pajak yang diberlakukan bagi: 1 Pegawai tetap; 2 Penerima pensiun berkala; 3 Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 satu bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah; 4 Bukan pegawai perhatikan Subjek Pajak selain tenaga ahli, yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan; b. Jumlah penghasilan yang melebih Rp. 150.000,00 seratus lima puluh ribu rupiah sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 satu bulan kalender belum melebihi Rp. 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah; c. 50 lima puluh persen dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf ā€œcā€, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 31Pj.2009 yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan; d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2, dan 3. 53 30

13. Tata Cara Menghitung PPh Pasal 21

Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pada prinsipnya sama dengan cara perhitungan Pajak Penghasilan pada umumnya. Namun, dalam menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi penerima-penerima penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu Wajib Pajak Dalam Negeri selain pengurangan berupa PTKP, juga diberikan pengurangan-pengurangan penghasilan berupa biaya jabatan, biaya pensiun, dan iuran pensiun. Selain itu, tarif yang diterapkan juga bervariasi yaitu tarif sesuai Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan atau tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah atau aturan pelakasana lainnya. Aturan dan cara perhitungannya dapat diuraikan secara rinci berikut ini. a. Pegawai Tetap Cara menentukan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk pegawai tetap adalah sebagai berikut. 1 Untuk menentukan besarnya penghasilan neto pegawai tetap, penghasilan bruto dikurangi dengan: a Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5 lima persen dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 enam juta rupiah setahun atau Rp. 500.000,00 lima ratus ribu rupiah sebulan. Biaya jabatan dapat dikurangkan dari 54 31 penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai negeri tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak. b Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriaannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 2 Pengurangan biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi penghasilan yang diterimanya berupa upah harian, yang tebusan pensiun, honorarium secara keseluruhan sebagaimana tersebut pada penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 butir 3, butir 4, dan butir 5. 3 Pengurang biaya jabatan dan iuran di atas juga tidak berlaku terhadap penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang terutang PPh Pasal 26. 4 Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang sebenarnya. Seperti terlihat pada tabel dibawah ini: 55 32 Tabel 2.1 Ketentuan Besarnya PTKP Keterangan Besarnya PTKP setahun Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 15.840.000 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp 1.320.000 Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami Rp 15.840.000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga orang untuk setiap keluarga. Rp 1.320.000 Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008 PTKP berdasarkan status pegawai tetap yaitu: Tabel 2.2 PTKP Berdasarkan Status Kode Status PTKP Setahun TK0 Tidak kawin dan tidak memiliki tanggungan Rp 15.840.000 TK1 Tidak kawin tapi memiliki tanggungan sebanyak 1 orang Rp 17.160.000 TK2 Tidak kawin tapi memiliki tanggungan sebanyak 2 orang Rp 18.480.000 TK3 Tidak kawin tapi memiliki tanggungan sebanyak 3 orang Rp 19.800.000 K- Kawin tetapi tidak memiliki tanggungan Rp 17.160.000 K1 Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang Rp 18.480.000 K2 Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang Rp 19.800.000 K3 Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang Rp 21.120.000 Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008 5 Tarif yang diterapkan adalah tarif progresif yang diatur oleh Ketentuan Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Sebagai berikut: 56 33 Tabel 2.3 Tarif PPh Pasal 21 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak berNPWP Tarif Pajak Non NPWP Sampai dengan Rp 50 juta 5 6 Diatas Rp 50 juta sampai dengan Rp 250 juta 15 18 Diatas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta 25 30 Diatas Rp 500 juta 30 35 Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008

14. Perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Terakhir

Dokumen yang terkait

Sistem Pelaksanaan Perhitungan Pph Pasal 21 Pada Ppks ( Pusat Penelitian Kelapa Sawit ) Unit Usaha Marihat Pematang Siantar

23 299 56

Internal Control STP Terhadap Penerimaan PPh Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratamamedan Petisah

1 40 76

Aplikasi untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh.21) dengan Metode Gross-up

1 28 29

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA Analisis Penerapan Metode Gross-Up Dalam Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Karyawan Tetap Kantor PDAM Kabupaten Kebumen.

0 3 15

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA Analisis Penerapan Metode Gross-Up Dalam Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Karyawan Tetap Kantor PDAM Kabupaten Kebumen.

0 3 15

Analisis Metode Net, Gross dan Gross Up Sebagai Strategi Perencanaan Pajak dalam Perhitungan PPh Pasal 21.

0 19 21

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Metode Net, Gross dan Gross Up terhadap Keuntungan Perusahaan: Studi Kasus CV. Anugerah Jaya Abadi, Jakarta.

0 3 17

Analisis Penggunaan Metode Gross Up dalam Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Dampaknya pada Pajak Penghasilan Badan PT. Saeti Concretindo Wahana - Ubharajaya Repository

0 0 15

ANALISIS PERBANDINGAN METODE NET, GROSS DAN GROSS UP DALAM MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN PPH 21 DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUB PALEMBANG -

0 3 94

PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN TETAP SEBAGAI UPAYA MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT. SUNAN RUBBER PALEMBANG -

0 0 118