Tarif PPh Badan Pajak Penghasilan PPh Badan

74 51 Pengurang:  Biaya jabatan: 5 x Rp 2.530.971,00 Rp 126.549,00  Iuran Pensiun Rp 25.000,00 Rp 151.549,00 Penghasilan Neto sebulan Rp 2.379.422,00 Penghasilan Neto setahun 12 x Rp 2.379.422,00 Rp 28.553.068,00 PTKP K0 setahun  Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00  Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00  Tambahan 3 orang anak Rp 3.960.000,00 Rp 21.120.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 7.433.000,00 PPh Pasal 21 Terutang 5 x Rp 7.433.000,00 = Rp 371.650,00 PPh Pasal 21 sebulan = Rp 30.971,00 Dari perhitungan diatas PPh Pasal 21 yang dipotong dari pegawai yaitu sebesar Rp 30.971,00 atau sebesar tunjangan pajak yang diberikan perusahaan. Tunjangan pajak ini merupakan penghasilan pegawai yang bersangkutan sehingga dapat dijadikan pengurang Penghasilan Bruto. Sedangkan untuk gaji yang dibawa pulang oleh Indra sebesar Rp 2.500.000,00 dari Rp 2.530.971,00-Rp 2.500.000,00.

E. Pajak Penghasilan PPh Badan

1. Tarif PPh Badan

Sebagaimana tercantum dalam pasal 17 UU PPh, tarif PPh untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Teta[ ditetapkan sebesar 28 untuk tahun pajak 2009 dan 25 untuk mulai tahun pajak 2010 dan seterusnya. Namun untuk Wajib Pajak Badan yang mempunyai omset penjualan di 75 52 bawah 50 miliyar setahun mendapatkan penurunan tarif dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 e UU PPh. Selain itu bagi Wajib Pajak Badan yang memenuhi syarat tertentu dapat penurunan tarif 5. Ketentuan pengenaan tarif PPh Badan perlu diketahui beberapa hal: a. Untuk kepentingan pengenaan tarif, Penghasilan Kena Pajak dibulatkan dalam ribuan rupiah ke bawah. Misalnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp 1.250.650.900. Untuk kepentingan pengenaan tarif, jumlah tersebut dibulatkan kebawah menjadi Rp 1.250.650.000. b. Untuk tahun 2009 tarif pajak adalah sebesar 28 tarif tunggal. c. Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang paling sedikit 40 dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat mempeoleh tarif sebesar 5 lebih rendah dari tarif tersebut. Persyaratan lainnya sesuai PP Nomor 81 Tahun 2007, jo. 238PMK.032008 jo. SE-42PJ2009 diantaranya adalah: 1 40 atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh tiga ratus pihak. 2 Masing-masing pihak tersebut hanya boleh memiliki saham kurang dari 5 dari keseluruhan yang disetor. 3 Ketentuan tersebut harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dalam waktu 6 76 53 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak. Waktu 6 bulan adalah 183 hari kalender. 4 Harus melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi Efek pada Surat Pemberitahuan Tahunan PPh WP Badan dengan melampirkan formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap tahun pajak terkait. Surat keterangan dibuat untuk setiap tahun pajak dengan mencantumkan nama Wajib Pajak, NPWP, Tahun Pajak serta menyatakan bahwa dalam waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka wakru 1 tahun pajak. d. Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran usaha sampai dengan Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 lima puluh persen yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000 Tarif Pasal 31 e. Ketentuan selengkapnya mengenai ketentuan pengurangan tarif ini terdapat dalam SE-66PJ2010. Diantaranya mengatur bahwa: 1 Fasilitas penurunan tarif ini tidak diterapkan melalui permohonan atau pengajuan, melainkan self assessment oleh Wajib Pajak Badan sendiri. 2 Pemanfaatan penurunan tarif ini adalah bukan pilihan melainkan keharusan. 77 54 3 Penghasilan bruto yang menjadi patokan dapat tidaknya menggunakan fasilitas penurunan tarif adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi dangan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, meliputi: a Penghasilan yang dikenai pajak bersifat final. b Penghasilan yang dikenai pajak bersifat tidak final. c Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak. 2. Contoh Perhitungan PPh Badan Contoh perhitungan Pajak Penghasilan Badan adalah sebagai berikut:  Contoh 1. Pada tahun 2010, PT. A memiliki omset lebih dari 50.000.000.000 setahun dan perusahaan tersebut tidak terdaftar di BEI dan tidak memenuhi syarat tertentu, dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak PT. A adalah Rp 1.250.000.000. PPh terutang adalah 25 x Rp 1.250.000.000 = Rp 312.500.000.  Contoh 2. Peredaran bruto PT. Y pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 4.800.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000. PPh terutang = 50 x 25 x Rp 500.000.000 = Rp 62.500.000. 78 55  Contoh 3. Peredaran bruto PT. X pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 3.000.000.000. Perhitungan PPh terutang adalah sebagai berikut:  Bagian Penghasilan Kena Pajak yang memperoleh fasilitas adalah sebesar Rp 4.800.000.000Rp 30.000.000.000 x Rp 3.000.000.000 = Rp 480.000.000; PPh terutang 50 x 25 x Rp 480.000.000 = Rp 60.000.000.  Bagian Penghasilan Kena Pajak yang tidak memperoleh fasilitas adalah sebesar Rp 3.000.000.000 – Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000; PPh terutang sebesar 25 x Rp 2.520.000.000 = Rp 630.000.000.  Total PPh Terutang Rp 60.000.000 + Rp 630.000.000 = Rp 690.000.000.

F. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Sistem Pelaksanaan Perhitungan Pph Pasal 21 Pada Ppks ( Pusat Penelitian Kelapa Sawit ) Unit Usaha Marihat Pematang Siantar

23 299 56

Internal Control STP Terhadap Penerimaan PPh Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratamamedan Petisah

1 40 76

Aplikasi untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh.21) dengan Metode Gross-up

1 28 29

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA Analisis Penerapan Metode Gross-Up Dalam Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Karyawan Tetap Kantor PDAM Kabupaten Kebumen.

0 3 15

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA Analisis Penerapan Metode Gross-Up Dalam Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Karyawan Tetap Kantor PDAM Kabupaten Kebumen.

0 3 15

Analisis Metode Net, Gross dan Gross Up Sebagai Strategi Perencanaan Pajak dalam Perhitungan PPh Pasal 21.

0 19 21

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Metode Net, Gross dan Gross Up terhadap Keuntungan Perusahaan: Studi Kasus CV. Anugerah Jaya Abadi, Jakarta.

0 3 17

Analisis Penggunaan Metode Gross Up dalam Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Dampaknya pada Pajak Penghasilan Badan PT. Saeti Concretindo Wahana - Ubharajaya Repository

0 0 15

ANALISIS PERBANDINGAN METODE NET, GROSS DAN GROSS UP DALAM MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN PPH 21 DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUB PALEMBANG -

0 3 94

PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN TETAP SEBAGAI UPAYA MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT. SUNAN RUBBER PALEMBANG -

0 0 118