Menengah [52] Para pendiri bangsa bertekad untuk mendirikan suatu negara yang
“merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Rendah [23] Ada tiga momen sejarah bangsa yang ingin saya ajak saudara-
saudara untuk merenungkannya [149] Lebih lanjut lagi, kita juga ingin mewujudkan pembangunan yang
inklusif dengan desentralisasi dan otonomi daerah, sehingga rakyat Indonesia di daerah-daerah dapat merasakan manfaat pembangunan
secara adil dan bermartabat.
Variasi modulasi dalam teks juga terjadi derajat tinggi, menengah dan rendah. Modulasi terjadi dalam bentuk keharusan derajat tinggi, menengah dan rendah.
Modulasi keharusan derajat tinggi menunjukkan sebesar 43 10,72 , modulasi keharusan derajat menengah menunjukkan sebesar 14 3,49 , modulasi keharusan
derajat rendah menunjukkan sebesar 13 3,24 . Modulasi kecendrungan juga bervarian yaitu derajat tinggi, menengah dan
rendah. Modulasi kecendrungan tinggi terjadi pada teks menunjukkan sebesar 14 3,49 , modulasi kecendrungan derajat menengah pada teks menunjukkan sebesar
8 1,99 dan modulasi kecendrungan derajat rendah pada teks menunjukkan sebesar 18 4,49
Modulasi keharusan dan modulasi kecendrungan digunakan untuk kesiagaan mengungkapkan keyakinan bahwa ada suatu upaya untuk memperoleh keberhasilan
termasuk klaim implementasi, pemerataan, dan lain-lain.
4.3.3 Hasil Temuan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis, dalam teks pidato Presiden SBY tahun 2009 ditemukan 282 68,78 modalitas dengan distribusi sebagai berikut: modalisasi 172
42,89 dan modulasi 110 27,43. Penelitian ini didominasi oleh modalitas- modalisasi, yang terbagi atas probabilitas 92 22,94 dan keseringan sebanyak 80
19,95. Selebihnya, modalitas-modulasi, yang terbagi atas keharusan sebanyak 70 17,46 dan kecendrungan dengan jumlah 40 9,98.
Dominasi modalisasi 172 42,89 dalam teks pidato Presiden SBY ini menunjukkan fungsi semantik klausa yang bermakna pertukaran informasi
proposisi, sebagai ekspresi sikap penutur terhadap apa yang dikatakannya yang mengungkapkan penilaian tentang kepastian, keseringan, kemungkinan, kebiasaan
atau frekwensi suatu kejadianperistiwa. Berdasarkan temuan penelitian, modalisasi dengan jenis probabilitas dan keseringan mendominasi lebih dari setengah modalitas
yang digunakan penutur ketika mempertukarkan pengalamannya berinteraksi dengan pendengarpembaca.
Secara lebih rinci, probabilitas menengah sebanyak 57 14,21 yang berada pada urutan pertama dan keseringan tinggi sebanyak 48 11,97 yang menempati
urutan kedua, memberi makna bahwa hampir setengah bagian dari total jumlah modalitas probabilitas, keseringan, keharusan dan kecendrungan dengan masing-
masing nilai yang dibawanya tinggi, menengah dan rendah didominasi oleh probabilitas.
Universitas Sumatera Utara
Secara ringkas wacana kepemimpinan dalam teks ini direpresentasikan oleh 2 hal yaitu 1 fase dan subfase; dan 2 modalitas modalisasi dan modulasi. Temuan
penelitian telah menunjukkan bahwa wacana kepemimpinan SBY diperkaya oleh fase 162 39,51 dan subfase 373 90,97 serta modalitas 282 68,78 yaitu
modalisasi 172 42,89 dan modulasi 110 27,43. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan klausa penutur menciptakan
struktur pola fase sebagai berikut yaitu:
Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SMPersepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EV
Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EV Subtansi SUEvaluasi EV Penstruktur Wacana PW
Subtansi SUEvaluasi EV Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EV Subtansi SU Simpulan SM Persepahaman PS Penstruktur
Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EV Subtansi SUSimpulan SM Persepahaman PS Penstruktur Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EVSubtansi SUEvaluasi
EVPersepahaman PS Penstruktur Wacana PW Subtansi SUEvaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SUSimpulan SM Evaluasi EV Persepahaman
PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Penstruktur Wacana PW Evaluasi EV Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM Subtansi SU Persepahaman
PSPenstruktur Wacana PW Evaluasi EV Simpulan SM Persepahaman PS Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Persepahaman
PS Subtansi SU Simpulan SM Subtansi SU Evaluasi EV Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Persepahaman
PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM Subtansi SU Persepahaman PS Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SM
Persepahaman PS Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi
EV Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW
Subtansi SU Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU
Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Persepahaman PS Subtansi
SU Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Subtansi SU Evaluasi EV
Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SM Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Persepahaman
PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM
Universitas Sumatera Utara
Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SM Evaluasi EV Penstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan SM
Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Simpulan SM Persepahaman PSPenstruktur Wacana PW Subtansi SU Evaluasi EV Simpulan
SM Persepahaman PS
Pola fase yang terdapat 5 ragam sebagai berikut: Persepahaman PS, Penstruktur Wacana PW, Substansi SU, Simpulan SP dan Evaluasi EV yang mendominasi
dalam struktur fase ini adalah pola Subtansi SU. Fase merupakan sebuah proses sosial yang berorientasi kepada tujuan. Untuk mencapai tujuan tertentu, maka proses
tersebut harus melalui sebuah tahapan-tahapan yang terstruktur. Pola fase Subtansi SU pada teks pidato SBY termasuk bermakna sebagai tahapan utama yang paling
penting, yaitu penutur memberi fakta untuk menyatakan, mendefenisikan, mengklarifikasikan, memberi contoh, mendukung, dan membuktikan keberhasilan,
implementasi, serta menjelaskan hal-hal yang belum tercapai agar dapat tercapai dimasa mendatang kepada masyarakat.
Selanjutnya pola sub-fase yang terdapat 26 ragam sebagai berikut:
Salam Pembuka SPe, Orientasi OR, Pengingat PT, Fokus FO, Pesan PS, Ungkapan UK,
Digresi DG, Pernyataan PE, Penjelasan PJ, Definisi DE, Membanding MG, Memberi Contoh MC, Kutipan penuhsebagianKP, Interaksi IK, Latihan LT, Pengarahan PR,
Cek CK, Ringkasan RK Penegasan PG, Rekomendasi RM, Penilaian PL Evaluasi EV, Komentar KM, Kritik KR, Permintaan Maaf PM, Humor HM, dan Salam
Penutup SPp, terlihat kemunculan
subfase yang mendominasi adalah ‘Pernyataan PE’.
Kehadiran pola subfase tidak muncul semua, ketidakmunculan terlihat pada pola subfase: Digresi DG, Interaksi IK, Latihan LT, Pengarahan PR, Rekomendasi RM,
Universitas Sumatera Utara
Kritik KR, Permintaan Maaf PM, dan Humor HM. Ketidakmunculan bukan karena kelemahan teks pidato tersebut, hanya saja teks pidato tersebut merupakan interaksi satu arah
sehingga pola-pola yang menggambarkan interaksi dua arah tiak dapat terjaring pada teks pidato SBY. Dengan demikian dalam mengkaji wacana kepemimpinan teks pidato Presiden
SBY ini, pola fase yang tidak muncul diabaikan.
Berkaitan dengan penggunaan modalitas 282 68,78 yaitu modalisasi 172 42,89 dan modulasi 110 27,43, penelitian ini didominasi oleh modalitas-
modalisasi, yang terbagi atas probabilitas 92 22,94 dan keseringan sebanyak 80 19,95. Pengunaan klausa-klausa penutur dalam memberi informasi bahwa
dominasi ini menunjukkan tingkat kepastian atau kemungkinan terjadinya atau berlangsungnya peristiwa yang dinyatakan teks, derajat keterjadiannya atau
keberlangsungannya masih dalam derajat kemungkinan ya atau kemungkinan tidak terjadi may be yes, may be no, bahkan dengan jumlah probabilitas menengah yang
tinggi, ini mengindikasikan derajat kemungkinan terjadi cenderung lebih jauh.
4.4 Pembahasan