Pendahuluan Konstruk Analisis Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Pendahuluan

Untuk mendekati permasalahan sehubungan dengan variabel penelitian ini ada beberapa teori yang dianggap relevan yang akan digunakan. Kerangka teori dimaksud yaitu: linguistik sistemik fungsional, analisis wacana, wacana sebagai media komunikasi, teks dan konteks dalam pemakaian bahasa, wacana kepemimpinan, analisis fase, metafungsi bahasa, dan modalitas. Teori-teori tersebut lebih lanjut dijelaskan berikut ini. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Linguistik Sistemik Fungsional Dalam teori Linguistik Sistemik Fungsional LSF bahasa adalah sistem arti dan sistem lain seperti sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut Saragih, 2006:1. LSF memiliki konsep bahwa bahasa merupakan fenomena sosial dan wujud sebagai semiotik sosial dan bahasa merupakan teks yang saling menentukan dan merujuk dengan konteks sosial. Bahasa dalam interaksi sosial terdiri atas tiga unsur yaitu arti semantics atau discourse semantics, bentuk lexicogrammar dan ekspresi phonologygraphology. Semiotik sosial menganalisis Universitas Sumatera Utara bahasa, wacana atau teks merupakan sebuah aktivitas semiotik. Semiotik pemakaian bahasa terdiri dari semiotik denotatif dan semiotik konotatif. Semiotik denotatif memiliki arti dan bentuk. Dalam pemakaian bahasa semiotik denotatif terbentuk dalam hubungan antar strata level aspek bahasa yang terdiri atas arti semantics, tata bahasa lexicogrammar, dan bunyi phonology atau tulisan graphology. Semiotik denotatif bahasa menunjukan bahwa arti direalisasikan oleh bentuk yang selanjutnya direalisasikan oleh ekspresi. Semiotik denotasi bahasa menunjukan bahwa semantik direalisasikan tata bahasa dan tatabahasa direalisasikan oleh bunyi fonologi dalam bahasa lisan atau tulisan grafology dalam bahasa tulisan. Semiotik konotatif hanya memiliki arti dan tidak memiliki bentuk. Sinar 2008 menyebutkan dalam pemakaian bahasa semiotik konotatif terdapat dalam hubungan bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya context of culture dan konteks situasi register. Saragih 2006 sebagai semiotik konotatif, konteks sosial membentuk strata dengan ideologi menempati strata tertinggi yang memiliki sifat abstrak dan kemudian diikuti oleh budaya dan konteks situasi. Semiotik konotatif pemakaian bahasa menunjukan bahwa ideologi tidak memiliki bentuk dan meminjam budaya sebagai bentuknya. Ideologi direalisasikan oleh budaya yang juga tidak memiliki bentuk dan budaya direalisasikan oleh konteks situasi. konteks situasi meminjam semiotik yang berada dibawahnya yaitu bahasa. Bahasa sebagai semiotik sosial adalah bahasa berfungsi di dalam konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam konteks sosial. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Analisis Wacana

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternatif dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu dalam arti tidak terpisah-pisah, semua unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian bahasa Darma: 2009: 15. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahami hakikat bahasa dan prilaku berbahasa. Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi Darma, 2009:15. Stubbs 1983:1 mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan atau tulis. Selanjutnya Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar penutur. Jadi, jelasnya analisis bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Yang dimaksud dengan keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. Universitas Sumatera Utara Cutting 2002: 1 mengatakan bahwa analisis wacana merupakan pendekatan yang mengkaji relasi antara bahasa dengan konteks yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, analisis wacana mampu membawa kita mengkaji latar sosial dan latar budaya penggunaan suatu bahasa. Dengan kata lain, analisis wacana mampu meneliti bahasa lebih dari sekedar menggambarkannya, tetapi dapat pula membantu kita memahami aturan-aturannya yang menjadi bagian dari pengetahun pengguna bahasa yang tercermin dalam komunikasi sehari-harinya Paltridge, 2000. Samsuri 1998:81 mengungkapkan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik lisan maupun tulis, yang dapat bersifat transaksional apabila mementingkan isi atau bersifat interaksional apabila mementingkan hubungan timbal balik. Apapun bentuk dan sifatnya, wacana selalu mengasumsikan adanya penyapa dan pesapa. Selanjutnya Brown dan Yule 1996:1 mendeskripsikan fungsi bahasa ke dalam dua istilah. Fungsi bahasa untuk mengungkapkan ”isi” dideskripsikan sebagai transaksional, dan fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi dideskripsikan sebagai interaksional. Dalam fungsi bahasa sebagai transaksional, pembicara atau penulis memandang bahasa sebagai sesuatu yang berperan dalam penyampaian informasi yang efektif. Jadi, bahasa yang dipakai dalam situasi seperti itu lebih berorientasi pada pesan. Dalam fungsi bahasa sebagai interaksional, pembicara atau penulis memandang bahasa sebagai sesuatu yang digunakan untuk memantapkan dan memelihara hubungan-hubungan sosial. Universitas Sumatera Utara Analisis wacana dalam konteks sosial diartikan sebagai praktik pemakaiannya. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya. Analisis wacana digunakan untuk menemukan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis, dan juga mengkaji bagaimana bahasa menjadi penuh makna dan padu bagi pemakainya. Selain itu lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih dapat melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.

2.2.3 Wacana sebagai media komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulis yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi adalah bahasa lisan dan tulis. Komunikasi dapat berupa interaktif dan transaktif. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi komunikasi hanya akan efektif apabila disampaikan merangkum komponen komunikasi. Universitas Sumatera Utara Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Komponen tersebut antara lain sebagai berikut Darma, 2009: 9. 1. Pengirim atau komunikator sender adalah pihak yang mengumumkan pesan kepada pihak lain addressor. 2. Penerima atau komunikan receiver adalah pihak yang menerima pesan addresser dari pihak lain. 3. Pesan message adalah isi atau maksud ang disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. 4. Umpan balik feedback adalah tanggapan dari penerima pesan atau isi pesan yang disampaikan. Jika dilihat dari fungsi wacana sebagai media komunikasi, wujud wacana itu dapat berupa rangkaian tuturan lisan maupun tulisan. Wacana di dalam kehidupan memiliki pengertian yang mendalam. Menurut Fairlouch 1995, wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu. Menurut Fiske 1990 wacana harus diartikan sebagai suatu pernyataan atau ungkapan yang lebih mendalam dan menurut Eriyanto 2005 wacana berkaitan erat dengan kegiatan komunikasi yang subtansinya tidak terlepas dari kata, bahasa, atau ayat. Selanjutnya menurut Darma 2009 wacana merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara Universitas Sumatera Utara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan koheren, yang dibentuk oleh unsur-unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi, wacana adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol-simbol, yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, frase, kalimat, gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral dan steril. Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain.

2.2.4 Teks dan Konteks dalam Pemakaian Bahasa

Teks merupakan hasil proses wacana. Di dalam proses tersebut, terdapat nilai- nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami makna suatu teks itu, tidak bisa dilepaskan dari hanya pemahaman tentang teks itu tersendiri, namun juga harus memahami tentang konteks yang menyertai teks tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya maka pemahaman makna dan pesan teks akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks disebut wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. Aminuddin 2000: 4 menyatakan bahwa wacana adalah keseluruhan unsur- unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi. Wujud kongkretnya dapat berupa tuturan lisan spoken discourse maupun teks Universitas Sumatera Utara tertulis written texts. Ruang lingkup analisis wacana selain merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga berkaitan dengan dunia acuan konteks. Pada pihak lain, Sumarlam 2005: 47 menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Halliday dan Hasan 1992: 14 menandai konteks bahasa koteks itu sebagai konteks internal wacana internal discourse context sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana, baik konteks situasi maupun konteks budaya sebagai konteks eksternal wacana external discourse contex . Senada dengan uraian di atas, Saragih dalam Persfektif LFS 2006: 4, juga memaparkan bahwa konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Tidak ada teks tanpa konteks. Konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks. Konteks mencakup, yakni 1 konteks linguistik konteks internal dan 2 konteks sosial konteks eksternal. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala sesuatu yang melingkupi teks. Teks dan konteks merupakan sesuatu yang selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Universitas Sumatera Utara Dengan batasan diatas, dapat dipahami bahwa konteks memiliki dua bentuk :1 Konteks Linguistikkonteks internal konteks bahasa koteks2 Konteks sosialkonteks eksternal konteks luar bahasa. a Konteks Linguistik Konteks Linguistik mengacu kepada unit linguistik lain yang mendampingi satu unit yang sedang dibicarakan. Unit linguistik lain yang mendampingi suatu unit linguistik yang sedang dibicarakan sering juga disebut konteks internal atau koteks cotext. Dikatakan konteks internal karena konteks ini berada di dalam dan merupakan bagian dari teks yang dibicarakan. b Konteks Sosial Konteks sosial mengacu pada sesuatu di luar yang tertulis atau terucap, yang mendampingi bahasa atau teks dalam peristiwa pemakaian bahasa atau interaksi sosial. Konteks ini disebut juga konteks eksternal. Konteks sosial ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu konteks situasi, konteks budaya, dan konteks ideologi Martin, 1992. Konteks yang dekat kepada teks disebut lebih konkret atau nyata dan konteks yang lebih jauh dari teks disebut konteks abstrak Saragih, 2003:193. Bagaimana hubungan bahasa dengan konteks digambarkan berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 1: Hubungan Konteks dengan Bahasa adaptasi dari Martin, 1992 Saragih 2006 konteks yang paling konkret adalah konteks situasi karena konteks ini langsung berhubungan dengan bahasa atau teks. Dengan kata lain, konteks situasi adalah jembatan konteks sosial kepada bahasa. Konteks yang sangat abstrak adalah konteks ideologi karena unsur ini paling jauh dari teks. Antara konteks situasi dan konteks ideologi terdapat konteks budaya. Semua konteks menggunakan bahasa sebagai alat realisasinya, sehingga untuk dapat memahami makna suatu bahasa, sesorang harus dapat mengenal semua konteks tersebut. Konteks situasi dalam pandangan Halliday 1978 terdiri dari tiga komponen yaitu ‘medan’field, ‘pelibat’tenor, ‘sarana’ mode. Medan field wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai Konteks Ideologi Ideology Konteks Budaya Culture Konteks Situasi Register Teks atau Bahasa Universitas Sumatera Utara unsur pokok tertentu. Pelibat tenor wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Sarana mode wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu; organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks termasuk salurannya Halliday dan Hasan, 1992 : 16. Halliday 1994 menyatakan bahwa konteks situasi terdiri dari tiga komponen, yaitu field medan, participant pelibat, dan mode sarana. Dengan pengertian tersebut Saragih 2006: 194 menyatakan bahwa unsur konteks situasi terjadi tiga komponen yaitu apa medan atau isi yang dibicarakan, siapa pelibat atau orang yang membicarakan suatu bahasan– pelaku atau tepatnya peran interaksi antara yang terlibat dalam penciptaan teks, dan yang terakhir bagaimana sarana atau cara pembicara ini dilakukan. Berdasarkan uraian Saragih dapat dibuat contoh sebagai berikut: misalnya, sebuah pidato yang membicarakan tentang hari ulang tahun negara medan atau isi yang melibatkan seorang Presiden pelibat atau orang upacara kenegaraan dengan interaksi satu arah saja sarana atau cara. Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa apa medan atau isi yang dibicarakan adalah tentang HUT RI, dibicarakan oleh pelibat yaitu seorang Presiden dengan cara penyampaian interaksi satu arah, karena yang digunakan pelibat adalah pidato yang dilaksanakan pada upacara kenegaraan.

2.2.5 Wacana Kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara Menurut KBBI 2005 kepemimpinan adalah perihal pemimpin; cara memimpin. Menurut Aman 2006 kepemimpinan adalah salah satu aspek kehidupan sosial yang penting dan senantiasa mendapat keutamaan manusia. Dalam setiap masyarakat dan organisasi sama ada dari tahap terkecil hinggalah ke tahap paling besar secara wajar timbul dua kelompok yang berbeda peranan sosialnya, yaitu pemimpin sebagai golongan kecil yang terpilih dan sebagian besar kelompok yang dipimpin. Kepemimpinan dalam masyarakat sangat penting karena menjadi bagian utama bahwa kestabilan, keharmonisan, dan kesejahteraan suatu masyarakat bergantung pada pemimpinnya Kartodirdjo, 2004. Kepemimpinan merupakan proses interaksi antara seseorang pemimpin dengan sekelompok orang yang menyebabkan orang seorang atau kelompok berbuat yang sesuai dengan kehendak pemimpin Nawawi,1993:72. Pemimpin adalah tangan yang berperan membina dan membimbing suatu bangsa dan sebuah negara. Jatuh dan bangun suatu bangsa dan negara tergantung pada pemimpinnya. Menurut Fairlouch 2000 the prominence of leaders in political process has increased. Memimpin negara merupakan salah satu proses sosial yang penting. Dalam proses kepemimpinan, peranan bahasa menjadi alat untuk kepentingan politik. Hal ini sesuai dengan pandangan Fairlouch 2000 sesungguhnya bahasa senantiasa penting dalam politik, yang sebagiannya merupakan kepemimpinan. Selain itu, bagi melaksanakan tugas dalam struktur sosial, seorang pemimpin perlu membawa fungsi menguasai, mengatur, membimbing, dan mengawasi agar Universitas Sumatera Utara tujuan kenegaraan tercapai serta terjaga nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang dipimpinnya. Kepemimpinan bukan sekedar satu peranan, namun memiliki peranan yang kompleks dalam interaksi sosial. Di dalam kepemimpinan terdapat interaksi antara seorang yang dinamakan pemimpin dengan masyarakat pengikutnya. Jika sebuah kepemimpinan berhubungan langsung dengan kepembimbingan, kepenuntunan dan segala upaya mengarahkan sumber daya manusia ke arah yang diinginkan, maka kepemimpinan dengan sendirinya telah menjadi sarana pengendalian. Kepemimpinan merupakan kata bentukan dengan makna konotasi sebagai penuntunan orang sesuai keinginan. Kepemimpinan sangat dekat dengan kekuasaan karena pemimpin itu sendiri adalah penguasa pada lingkungan kepemimpinannya. Seorang pemimpin akan selalu berupaya mendominasi semua sumber daya orang di lingkungan kepemimpinannya dengan maksud untuk mempengaruhinya dan alat realisasi kepemimpinanya itu adalah wacana. Dalam hal ini, wacana menjadi distributor bagi situasional, budaya dan ideologi atau bahkan doktrin tertentu sehingga perilaku aktual orang di bawah kepemimpinannya menjadi sesuai dengan keinginannya. Wacana secara sosial didistribusikan ke tengah masyarakat, dan wacana- wacana tersebut membawa beragam situasional, budaya dan ideologi, pada akhirnya bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat yang menjadi objek dari proses penyebaran wacana itu. Foucault 1997 menegaskan bahwa distribusi wacana adalah hal yang harus kita kaji ulang, terutama terkait dengan hal-hal yang disampaikan dan hal-hal yang disembunyikan. Sinar 2004 teks yang merealisasikan wacana, Universitas Sumatera Utara termasuk wacana kekuasaan, dimotivasi secara kontekstual, khususnya dalam arti bahwa bahasa terikat oleh konteks situasi register, budaya genre dan ideologi. Situasional merujuk kepada kepada proses penciptaan makna-makna di dalam situasi dan lingkungan masyarakat yang dicirikan oleh pola kontrol atau konfigurasi kekuasaan yang termasuk di ddalamnya terhadap orang-orang atau masyarakat. Secara jelas, kajian ini merupakan usaha untuk memahami sebagai proses kepemimpinan negara sebagai suatu proses sosial melalui analisis wacana. Dengan mempertimbangkan wacana SBY sebagai Presiden yang memimpin bangsa dan negara Indonesia, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang proses kepemimpinannya. Wacana kepemimpinan SBY biasanya tergambar pada pidato-pidato kenegaraannya. Teks pidato kenegaraan presiden SBY nuansa makna dan realisasinya terkait dengan kajian strategis dan politis, tentu saja istilah politik disini berarti faktor-faktor pemerintahan, segala sesuatu baik itu secara leksikogramatikal, situasional, dan kultural maupun secara ideologis. Setiap wacana yang diujarkan membawa realisasi metafungsi, situasi, budaya dan ideologi, pada akhirnya wacana kepemimpinan SBY akan berperan sebagai distributor situasional, budaya dan ideologi, selanjutnya realisasi tersebut akan mempengaruhi beragam bentuk representasi sosial pada bangsa dan negara Indonesia. Dalam kaitan ini, Presiden SBY yang menjadi pemimpin negara sekaligus kepala pemerintahan dalam melaksanakan program-program pemerintahannya jelas berorientasi mencapai tujuan, yakni mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan Universitas Sumatera Utara makmur. Nuansa kepemimpinannya dapat terlihat dari wacana-wacana yang disampaikannya tentang kebijakan dan berbagai hal mengenai kepentingan negara, realisasi wacana tersebut direpresentasikan melalui pidato kenegaraan HUT ke-64 RI. Sehingga untuk menjembatani pemahaman kita tentang situasi politik kepemimpinan presiden, analisis terhadap teks pidato presiden menjadi penting dan menarik untuk dikaji.

2.2.6 Analisis Fase

2.2.6.1 Konsep Teori Gregory 1985: 20 mengatakan bahwa istilah wacana dan fase sebagai berikut: strands of discourse that recur discontinuously throughout a particular language event and, taken together, structure that event. Phases recur and are interspersed with others resulting in an interweaving of threads as the discourse progresses. Menurut Gregory, posisi fase phasal berkaitan di dalam konteks pembicaraan register. Ia menganggap register terdiri dari 4 komponen yaitu medan wacana field of discourse, pelibat personal personal tenor of discourse, pelibat fungsional functional tenor of discourse dan sarana wacana mode of discourse. Di dalam pelibat fungsional ini terdapat suatu kegiatan fase yang berorientasi kepada tahapan dan kegiatan fatis phatic, eksposisi, didaktik, persuasi, perintah, narasi dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, menurut Halliday dan Hasan 1992 unsur pelibat fungsional didiskusikan di dalam dimensi sarana mode yang dinamakan mereka sebagai sarana retorika rhetorical mode. Selanjutnya berbeda dengan Martin 1984 ia menetapkan bahwa pembicaraan mengenai unsur pelibat fungsional terjadi di luar konteks situasi, yaitu berada dalam konteks budaya yang dinamakannya genre. Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat tiga gaya lokasi konteks yang berbeda antara Halliday, Gregory dan Martin dalam menempatkan konsep analisis fase phasal analysis pada struktur wacana. Secara umum walaupun dengan nama yang berbeda namun tujuannya tetap sama yaitu sama-sama merujuk kepada struktur wacana teks, tahapan-tahapan di dalam teks atau wacana, jenis atau ragam wacana atau teks. Selanjutnya Young 1990 mengikut dan mengembangkan model Gregory dalam menganalisis wacana kuliah di Universitas Kanada. Young menganalisis wacana kuliah bidang teknik, sosiologi dan ekonomi. Dalam menganalisis wacana kuliah, Young memfokuskan kepada analisis wacana lisan dan tulis, artinya mengumpulkan data ujaran dan buku catatan dosen untuk kuliah yang dimaksud. Menurut Sinar 2003 konteks fase dideskripsikan sebagai kegiatan liniar, dinamis dan berproses. Beliau menjelaskan konsep fase perlu dikaitkan dengan pandangan Gregory tentang konsep wacana sebagai kegiatan berbahasa. Istilah fase atau phase digunakan sebagai komponen konsep dalam lingkup semiotik wacana yang mempunyai posisi pada tataran register sebagai konfigurasi sumber makna Universitas Sumatera Utara linguistik bagi setiap penutur dalam suatu budaya. Penutur atau penulis wacana secara spesifik terikat kepada situasi generik dan fase digunakan untuk mencirikan instansiasi yang dinamis dari pilihan-pilihan register dalam mengejawantahkan wacana. Konsep analisis fase phasal analysis dilakukan dengan menggunakan struktur fase phasal structure yaitu suatu struktur dalam wacana atau proses teks yang tidak terikat dengan urutan linear. Struktur fase sangat dinamis dan dapat terjadi berulang- ulang secara rekursif dalam perkembangan teks, wacana atau proses. Dalam analisis fase yang diperkenalkan Gregory, wacana atau teks dikarakterisasi oleh 2 fitur yaitu: 1 fase tidak terikat kepada linearitas wacana atau teks, dan 2 fase memperlakukan wacana atau teks sebagai proses bukan sebagai produk. Dengan demikian struktur genre wacana atau wacana dalam teks mungkin tidak selalu statis seperti struktur skematika awal – tengah – akhir Sinar, 2003. Sinar selanjutnya menyatakan istilah fase dapat saling dipertukarkan dengan istilah fungsi makro. Temuan penelitiannya memperlihatkan bahwa struktur fase dalam-wacana-kuliah tidak selalu terikat secara statis antara fase atau sub-fase. Wacana kuliah berkembang dalam tahapan secara dinamis yaitu bisa mempunyai struktur fase yang statis dan bisa dinamis. Pada tataran fase Sinar 2003, mengadopsi model Young untuk menganalisis wacana kuliah. Selanjutnya Sinar memperkenalkan istilah wacana kuliah dalam teks WKT yang maksudnya adalah suatu aktifitas wacana situasional dan fungsional akademis yang direalisasi dalam transkripsi teks kuliah. WKT mempunyai tujuan dan Universitas Sumatera Utara sasaran global yaitu untuk mentransfer ilmu pengetahuan, informasi intelektual atau ketrampilan. Lebih berkembang lagi Sinar 2003 di dalam penelitiannya mengembangkan fase menjadi subfase atau fungsi mikro. Alasannya adalah berdasarkan fungsi-fungsi klausa yang terdapat dalam wacana kuliah-dalam-teks. Sinar menemukan kekayaan tahapan atau kedinamisan tahapan dalam struktur wacana kuliah linguistik yaitu 5 unsur fase dan 26 sub-fase. Model yang dikembangkan Sinar melibatkan 2 dua tingkat fenomena semiotik yaitu: tingkat fungsi makro atau fase dan tingkat fungsi mikro atau sub-fase. 2.2.6.2 Fase atau Fungsi Makro Pada analisis tingkat makro, unsur fase dan jenis fungsi makro yaitu sebagai berikut. Tabel 1: Jenis Fase WKT Sinar: 2003, 2008 Number Phase Types 1 Consent CT 2 Discourse structuring DS 3 Substantiation SU 4 Conclusion CO 5 Evaluation EV Sinar 2003 mencirikan lima istilah fase dalam kajian WKT yaitu: Consent CT atau Persepahaman PS, Discourse structuring DS atau Penstrukturan Wacana PW, Substantiation SU atau Substansi SU, Conclusion CO atau Simpulan SP dan Evaluation EV atau Evaluasi EV. Universitas Sumatera Utara 1 Persepahaman PS digunakan dalam analisis fase phasal analysis WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro yang bertujuan memberi atau menyambut salam pembukapenutup, sapaan hormat atau pernyataan maaf untuk menciptakan dan menjaga keharmonisan hubungan di antara dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam tindak sosial. 2 Penstruktur Wacana PW digunakan dalam analisis fase phasal analysis WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro yang bertujuan untuk membina, mengantisipasi dan memberi struktur WKT. 3 Subtansi SU digunakan dalam analisis fase phasal analysis WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro yang bertujuan dosen untuk sebagai bagian utama yang paling penting dari makna WKT yaitu memberi fakta untuk menyatakan, menjelaskan, mendefinisikan, mengklarifikasi, memberi contoh, mendukung dan membuktikan konsep, ide atau teori. 4 Simpulan SM digunakan dalam analisis fase phasal analysis WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro yang bertujuan untuk memberi kuliah penutup, menyempurnakan, mengulangi, menggarisbawahi dan meringkaskan informasi yang diberikan sebelumnya dalam SU dan EV, memberi penegasan, merekomendasi, dll. 5 Evaluasi EV digunakan dalam analisis fase phasal analysis WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro yang bertujuan partisipan untuk mengevaluasi, menilai, mengomentari informasi terutama kualitas atau kadar nilai Universitas Sumatera Utara baik atau buruk, kritik atau apresiasi, yang mengindikasi sikap positif atau negatif dikemukakan partisipan terhadap informasi dalam SU. Sebagai catatan bahwa kehadiran fase dan jenis fungsi makro WKT tidak harus sama pada setiap wacana namun hal ini mempunyai peran penting dalam mewarnai dominasi jenis sub-fase dan jenis fungsi mikro. Keterlibatan fase atau jenis fungsi makro dalam WKT sangat bervariasi dari satu fase ke fase lainnya. 2.2.6.3 Sub-fase atau Fungsi Mikro Menurut Sinar dalam mendiskusikan fase tentu tidak terlepas dari membicarakan sub-fase. Fase berlangsung pada tataran struktur makro sedangkan sub-fase berada pada tataran struktur mikro. Karena organisasi fase dan sub-fase, variabel-variabel dan proses-proses secara fungsional bersetalian antara satu dengan yang lainnya. Hubungan antara fase-fase dan sub-fase-sub-fase adalah satu realisasi dan karakterisasi. Sebagai konsekwensinya eksistensi sebuah fase melibatkan satu atau lebih sub-fase. Maka, keberadaan fase bergantung pada keberadaan sub-fase, demikian juga sebaliknya. Pada tingkat semiotik, fase merepresentasikan organisasi semiotik satu tingkat lebih tinggi dari organisasi sub-fase 2008. Selanjutnya pada analisis wacana kuliah yang diteliti oleh Sinar 2003, 2008 terdapat cukup besar jumlah pengulangan sub-fase atau fungsi mikro dalam setiap WKT. Di bawah ini ada 26 jenis subfase yang mencirikan WKT sebagai berikut. Tabel 2: Jenis sub-fase WKT Sinar: 2003, 2008 Number Sub-phase types Universitas Sumatera Utara 1 Greeting GR 2 Orientation OR 3 Reminder RE 4 Focus FO 5 Message ME 6 Aside AS 7 Digression DG 8 Statement ST 9 Explanation EP 10 Definition DE 11 Comparison and contrast CC 12 Exemplification EX 13 Quotation QU full or partial 14 InterchangeIC 15 Drill DR 16 Direction DI 17 Check CH 18 Summary SM 19 Emphasis EM 20 Recommendation RM 21 Judgement JU 22 Comment CM lanjutan tabel 2 23 Criticism CR 24 Apology AP 25 Humour HM 26 Leave-taking LT 26 fase di atas dapat dijelaskan sebagai berikut Sinar, 2003 1 Sub-fase Salam Pembuka SPe atau Greeting GR adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan partisipan untuk menciptakan keharmonisan hubungan dan menjaga ikatan sosial antara dosen dengan mahasiswa atau penutur dengan pendengar. 2 Orientasi OR atau Orientation OR adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan dosen Universitas Sumatera Utara untuk memperkenalkan atau mengumumkan materi yang akan diberikan dalam kegiatan kuliah. 3 Pengingat PT atau Reminder RE adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan dosen untuk mengingatkan atau memaklumkan mahasiswa kepada kuliah sebelumnya, kuliah hari ini dan kuliah yang akan datang. 4 Fokus FO atau Focus FO adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan partisipan untuk memberi tanda bahwa suatu ide, konsep atau informasi akan melalui proses transisi dari satu fase ke fase lainnya atau dari sub-fase ke sub-fase lainnya. 5 Pesan PS atau Message ME adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan dosen untuk menyampaikan berita atau pesan kepada mahasiswa. 6 Ungkapan UK atau Aside AS adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang diekspresikan dosen kepada dirinya sendiri, misalnya “aduh, dimana saya letakkan buku tadi”. 7 Digresi DG atau Digression DG adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk mencoba mengklarifikasi ide atau yang sejenisnya secara terperinci sehingga mengulangi klausa ataupun frasa yang sama dan kadang-kadang menghasilkan suasana menyenangkan dalam kegiatan kuliah. Universitas Sumatera Utara 8 Pernyataan PE atau Statement ST adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk membantu pemahaman mahasiswa terhadap suatu pandangan, konsep, ide atau teori atau memperluas pengetahuan mahasiswa. 9 Penjelasan PJ atau Explanation EP adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan mengklarifikasi dan memperkuat ide, konsep, pandangan atau fakta tertentu dengan cara menjelaskan sampai ide atau konsep tersebut dipahami dan diterima. Penjelasan dapat dilakukan dengan mengembangkan, mengelaborasi, memperluas dan menambah informasi. 10 Definisi DE atau Definition DE adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang diekspresikan dosen untuk mendefinisikan istilah, konsep, ide atau pandangan dengan mendiskripsikan makna mereka. 11 Membanding MG atau comparison and contrast CC adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk membandingkan atau mengkontraskan makna dari suatu istilah, konsep, ide atau pandangan. 12 Memberi Contoh MC atau Exemplification EX adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk memberi contoh-contoh sebagai bukti mendukung fakta, ide, konsep atau teori. Universitas Sumatera Utara 13 Kutipan penuh atau sebagian KP atau Quotation QU adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk mendukung materi kuliah dengan konsep, pandangan, ide dari berbagai sumber baik buku, jurnal atau sumber-sumber lainnya baik kutipan secara lengkap ataupun hanya sebahagian saja. 14 Interaksi IK atau Interchange IC adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yaitu bertujuan melakukan interaksi baik saling tukar-menukar informasi secara verbal maupun interaksi non-verbal atau barang. 15 Latihan LT atau Drill DR adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk melatih mahasiswa pola-pola gramatika tertentu yang sudah diajarkan. 16 Pengarahan PR atau Direction DI adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk memberi tugas atau panduan serta cara melakukannya. 17 Cek CK atau Check CH adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk memeriksa, memastikan apakah mereka dapat mengikuti kuliah dengan pengertian atau pemahaman yang benar. 18 Ringkasan RK atau Summary SM adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan meringkaskan atau menyimpulkan materi kuliah yang sudah diberikan Universitas Sumatera Utara sebelumnya dalam SU dan EV. Ringkasan juga dilakukan untuk kegiatan dosen sebagai wacana penutup kuliah, penyimpul konsep atau teori para pakar yang dirujuk, pengulangan, penarikan kesimpulan ide atau konsep yang disetujui ataupun yang ditentang. 19 Penegasan PG atau Emphasis EM adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan menggaribawahi, mengulangi informasi, konsep atau ide yang penting dan memperlihatkan signifikansi atau pentingnya suatu ide atau konsep yang dikemukakan oleh dosen atau kutipan dari para pakar. 20 Rekomendasi RM atau Recommendation RM adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan merekomendasi konsep yang bernilai untuk dijadikan dukungan ide. 21 Penilaian PL atau Judgement JU adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang diekspresikan dosen penilaian evaluatif terhadap kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan atau contoh-contoh yang dikemukakan. 22 Komentar KM atau Comment CM adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan memberi komentar evaluatif terhadap kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan atau contoh-contoh yang dikemukakan. 23 Kritik KR atau Criticism CR adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan Universitas Sumatera Utara mengkritik terhadap kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan atau contoh-contoh yang dikemukakan. 24 Permintaan Maaf PM atau Apology AP adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan menawarkan atau meminta maaf untuk pertanyaan di luar konteks linguistik, kesalahan informasi atau kesilafan sosial dalam berinteraksi. 25 Humor HM atau Humour HM adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan menciptakan hubungan baik dan santai antara dosen dengan mahasiswa. 26 Salam Penutup SPp atau Leave-taking LT adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan menjaga jalinan hubungan sosial yang harmonis atau fatis antara mahasiswa dan dosen. Berdasarkan uraian di atas, maka rujukan dalam penelitian ini akan digunakan istilah model struktur fase Sinar, dalam dua bukunya yaitu Teori Analisis Wacana: Pendekatan Sistemik-Fungsional 2003, dan Phasal and Experiential Analysis of Lecturer Discourse: A Systemic –Functional Analysis 2008. Untuk itu penulis memilih istilah yang digunakan Sinar sebagai rujukan. Tabel 3: Tipe Fase adaptasi Sinar, 2003, 2008 No Tipe Fase Phases Types Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 Persepahaman PS- Consent CT Penstrukturan Wacana PW- Discourse structuring DS Substansi SU- Subtantiation SU Simpulan SP- Conclusion CO Evaluasi EV- Evaluation EV Tabel 4: Tipe Sub-fase adaptasi Sinar, 2003, 2008 No Tipe Sub-fase Sub-phase Types 1 Salam Pembuka SPe- Greeting GR 2 Orientasi OR- Orientation OR 3 Pengingat PT- Reminder RE 4 Fokus FO- Focus FO 5 Pesan PS- Message ME 6 Ungkapan UK- Aside AS 7 Digresi DG- Digression DG 8 Pernyataan PE- Statement ST 9 Penjelasan PJ - Explanation EP 10 Definisi DE – Definition DE 11 Membanding MG – Comparison and Contarst CC 12 Memberi Contoh MC – Exemplification EX 13 Kutipan penuh atau sebagian KP – Quaotation QU 14 Interaksi IK – Interchange IC 15 Latihan LT – Drill DR 16 Pengarahan PR – Direction DI 17 Cek CK – Check CH 18 Ringkasan RK – Summary SM 19 Penegasan PG – Emphasis EM 20 Rekomendasi RM – Recommedation RM 21 Penilaian PL – Judgement JU 22 Komentar KM – Comment CM 23 Kritik KR – Criticism CR 24 Permintaan Maaf PM – Apology AP 25 Humor HM – Humour HM 26 Salam Penutup SPp – Leave-Taking LT

2.2.7 Metafungsi Bahasa

Universitas Sumatera Utara Dalam interaksi komunikasi antara pemakai bahasa, penutur menggunakan bahasa untuk memaparkan pengalamannya, mempertukarkan pengalamannya, merangkaikan atau mengorganisasikan pengalamannya Saragih: 2006. Ketiga fungsi di atas dalam presfektif LFS dinamakan metafungsi bahasa. Ketiga fungsi bahasa tersebut disebut makna ideasional Ideasional meaning, makna interpersonal interpersonal meaning, dan makna tekstual textual meaning. Makna interpersonal menurut Halliday 1978 memiliki fungsi sebagai klausa pertukaran yang merepresentasikan hubungan peran pertuturan. Apabila dua penutur menggunakan bahasa untuk berinteraksi, satu hal yang dilakukan mereka adalah menjalin hubungan sosial diantara mereka. Disini mereka mulai menyusun dua jenis peran atau fungsi pertuturan yang fundamental yaitu memberi dan meminta informasi. Sistem klausa direpresentasikan melalui struktur modalitas Saragih: 2006. Makna ideasional Sinar, 2003 memiliki fungsi yang berhubungan dengan dunia realitas dalaman dan luaran; yaitu bahasa adalah memaparkan tentang sesuatu. Apabila seseorang mempunyai refleksi terhadap dunia fenomena diluar atau dunia dalaman kesadaran seseorang, representasi dari refleksi tersebut mengambil bentuk. Bentuk ini disebut fungsi eksperensial ”experential”. Selain fungsi eksperensial, di dalam konsep fungsi ideasional ada fungsi atau makna logis ”logical” yang menyimpan informasi tentang cara satu situasi berhubung dengan situasi lainnya Halliday: 1994. Universitas Sumatera Utara Makna tekstual Sinar, 2003 merupakan sebuah interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan, yaitu berfungsi sebagai pembentuk teks dalam bahasa. Fungsi ini memberi kemampuan kepada seseorang untuk membedakan sebuah teks sebagai bahasa yang termotivasi secara fungsional dan kontekstual. Pada tingkat teks, makna ini terdiri dari bagaimana unsur-unsur interklausa diorganisir untuk menyatukan suatu kesatuan seluruh teks untuk membuat makna-makna. Dengan menunjukkan adanya fungsi tekstual pada sebuah teks yang diorganisir atau dibentuk. Makna tekstual bahasa dalam fungsinya sebagai sebuah pesan direalisasikan memalui sistem tema ”theme system” bahasa. Sistem tema dari sebuah klausa direpresentasikan oleh struktur tematik klausa yang terdiri dari tema dan rema. Kelebihan pendekatan LFS dari teori linguistik lainnya adalah bahwa teori LSF memiliki alat yang lengkap untuk menganalisis bahasa. LSF tidak hanya mampu menganalisis bahasa untuk bahasa saja tetapi juga mampu menganalisis konteks sosial yang berbasis dari analisis bahasa. Karena keberpijakan pada konteks sosial dalam menganalisis bahasa, tatabahasa yang berdasarkan LSF relevan untuk semua bidang yang terkait. Hal yang terpenting adalah makna apa yang ingin diketahui orang untuk melihat entitas wacana. Dengan demikian, telaah wacana dapat dilakukan dengan melihat batas tataran yang ingin diketahui. Adapun tataran yang ingin diketahui dalam penelitian ini dibatasi pada nuasa makna interpersonal yang direpresentasikan melalui struktur modalitas. Universitas Sumatera Utara

2.2.8 Modalitas Modality

2.2.8.1 Konsep teori Secara umum Chaer 1994:262 mengatakan modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan dan peristiwa atau juga sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga keizinan yang dinyatakan secara leksikal seperti mungkin, barangkali, sebaiknya, seharusnya, tentu, pasti, boleh mau, ingin dan seyogianya. Halliday 1994:75 menyatakan ”modality means the speaker’s judgement of probabilities or the obligations, involved in what he is saying”. Maksudnya modalitas merupakan pertimbangan pemakai bahasa berupa kemungkinan atau keharusan terhadap apa yang disampaikannya. Merujuk Halliday 1994, Saragih 2006: 79 mendefenisikan modalitas sebagai pandangan, pendapat pribadi, sikap atau komentar pemakai bahasa terhadap paparan pengalaman yang disampaikannya dalam interaksi. Selanjutnya pendapat Halliday didukung oleh Matthiessan 1992: 420 yang menyatakan ”that the speaker can intrude with various interpersonal attitudes and comment, assesing the proposition or proposal it self or further specifying its speech function value. The scalar path may be through probability, usually, obligation, or readiness”. Maksudnya bahwa pemakai bahasa bisa menggunakan berbagai macam komentar dan sikap melalui penetapan proposisi atau proposal dalam interaksi. Universitas Sumatera Utara Komentar dan sikap yang beraneka ragam tersebut dapat berupa kemungkinan, keseringan, keharusan, atau kecendrungan. 2.2.8.2 Jenis Modalitas Types of Modality Berdasarkan jenisnya Halliday 1994:89 menyatakan bahwa ada dua jenis modalitas secara garis besar yaitu modalization dan modulation. Modalization direalisasikan oleh i probability: ’possibly, probably dan certainly’ ii usuallity: ’sometimes, ussually dan always’. Sedangkan modulation direalisasikan oleh i obligation: ’allowed to, supposed to, required to’ dan ii inclination: ’willing to, anxious to dan determined to’. Tabel 5: Modalitas-modalization dan modulation menurut Halliday 1994: 91 Commodity Exchange Speech function Type of Intermediacy Typical realization example Statement, modalization Probability possible probable certain Finite modal operator Modal adjunct Both the above They must have known They certainly knew They certainlymust have known Information Proposition question Usuality sometimes usually always Finite modal operator Modal adjunct Both the above It must happen It always happen It must always happen command Obligation allowed supposed required Finite modal operator Passive verb predicator You must be patient You’re required to be patient Goods service Proposal offer modulation Inclination willing keen determined Finite modal operator Adjective predicator I must win I’m determined to win Universitas Sumatera Utara Tabel 6: Nilai Modalitas menurut Halliday 1994 Probability Usuality Obligation Inclination High certain always required determined Median probable usually supposed keen Low possible sometimes allowed willing Saragih 2006: 80 menyatakan bahwa secara garis besar berdasarkan jenisnya, modalitas terdiri atas sebagai berikut. 1. Modalisasi modalization yang merupakan pendapat atau pertimbangan pribadi pemakaian bahasa terhadap proposisi proposition yaitu informasi yang dinyatakan atau ditanyakan. 2. Modulasi modulation yang merupakan pendapat atau pertimbangan pribadi terhadap proposal proposal yaitu barang dan jasa yang ditawarkan atau diminta. Selanjutnya Saragih menambahkan bahwa modalisasi terdiri atas: 1. Probabilitas probability 2. Keseringan usuality Sedangkan modulasi terdiri atas: 1. Keharusan obligation 2. kecendrungan inclination Tabel 7: Jenis dan Nilai Modalitas Saragih, 2006 Universitas Sumatera Utara Polar Positif Modalitas Probabilitas Keseringan Keharusan Kecenderungan Tinggi Pasti Selalu Wajib Ditetapkan Menengah Mungkin Bisa Diharapkan Mau Rendah Barangkali Kadang-kadang Boleh Ingin Polar Negatif Berdasarkan paparan pendapat para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modalitas pada dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu modalisasi modalization dan modulasi modulation. Modalisasi terdiri atas probabilitas probability, keseringan usuality; dan modulasi terdiri atas keharusan obligation, kecendrungan inclination. MODALITAS Modalisasi Modulasi Probabilitas Keseringan Keharusan Kecendrungan Gambar 2: Jenis Modalitas Dalam penelitian ini akan digunakan istilah yang diperkenalkan oleh Saragih dalam bukunya Bahasa Dalam Konteks Sosial, Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional terhadap tata bahasa dan wacana 2006. Hal ini disebabkan karena Universitas Sumatera Utara istilah yang digunakan Saragih lebih sederhana dan telah diaplikasikan dalam wacana bahasa Indonesia. Untuk itu penulis memilih istilah yang digunakan Saragih sebagai rujukan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, berikut ini akan digambarkan jenis modalitas dalam bahasa Inggris Halliday, 1994, dan bahasa Indonesia Saragih, 2006 sebagai berikut. Tabel 8: Jenis modalitas dalam dua bahasa: bahasa Inggris dan bahasa Indonesia Jenis modalitas Modalisasi Modalization `Probabilitas probability Keseringan usuality Keharusan o Nilai Value T High M Middle R Low T High M Middle R Low T High M Midd Bahasa Inggris certain probable possible always usually sometimes required suppose Realisasi Modalitas dalam dua bahasa Bahasa Indonesia pasti mungkin barangkali selalu biasa kadang- kadang wajib diharapk Universitas Sumatera Utara

2.4 Konstruk Analisis Penelitian

- Gambar 3: Pengembangan Konstruk Analisis adaptasi Sinar 2003 Konteks Ideologi Konteks Budaya Tipe Fase Phases Types Persepahaman PS- Consent CT Penstrukturan Wacana PW- Discourse structuring DS Substansi SU- Subtantiation SU Simpulan SP- Conclusion CO Evaluasi EV- Evaluation EV Konteks Situasi Medan Sarana Pelibat Fase Tipe Sub-fase Sub-phase Types Salam Pembuka SPe- Greeting GR Orientasi OR- Orientation OR Pengingat PT- Reminder RE Fokus FO- Focus FO Pesan PS- Message ME Ungkapan UK- Aside AS Digresi DG- Digression DG Pernyataan PE- Statement ST Penjelasan PJ - Explanation EP Definisi DE – Definition DE Membanding MG – Comparison and Contarst CC Memberi Contoh MC – Exemplification EX Kutipan penuh atau sebagian KP – Quaotation QU Interaksi IK – Interchange IC Latihan LT – Drill DR Pengarahan PR – Direction DI Cek CK – Check CH Ringkasan RK – Summary SM Penegasan PG – Emphasis EM Rekomendasi RM – Recommedation RM Penilaian PL – Judgement JU Komentar KM – Comment CM Kritik KR – Criticism CR Permintaan Maaf PM – Apology AP Humor HM – Humour HM Salam Penutup SPp – Leave-Taking LT Strata Bahasa Diskursus Leksikal fonologi Semantik Grammar Graphologi Ideasional : Eksperensial Transitivitas Logikal Interdenpendensi Interpersonal Mood Modalitas Tekstual Tema Rhema Modalitas Modality Modalisasi Modulasi Probabilitas Keseringan Keharusan Kecendrungan Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (Lfs) Dan Representasi Semiotik

6 98 10

Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan KPK Dan POLRI (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan Polri dan KPK Pada Surat Kabar Kompas)

1 52 118

Persepsi Masyarakat Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (Suatu Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Desa Sukaraja Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh)

0 25 94

ANALISIS WACANA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI DEPAN SIDANG BERSAMA MPR/DPR 2009-2013 (Analisis Wacana Teks Pidato Kenegaraan Terkait Isu Ekonomi di Indonesia)

3 13 19

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO BULAN Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Teks Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bulan September 2011 Dan Pengembangannya Sebagai Materi Ajar Bahasa Indonesia Di S

0 1 14

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Teks Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bulan September 2011 Dan Pengembangannya Sebagai Materi Ajar Bahasa Indonesia Di SMP.

0 1 6

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO BULAN SEPTEMBER Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Teks Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bulan September 2011 Dan Pengembangannya Sebagai Materi Ajar Bahasa Indo

0 2 19

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN 2004-2009.

1 2 7

Pidato Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perselisihan Kpk Dan Polri (Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk Tentang Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perselisihan Kpk Dan Polri).

0 0 2

RETORIKA PIDATO SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN BARACK OBAMA SEBAGAI CAPRES PETAHANA (Kajian Retorika Banding Rancang-bangun Teks Pidato Politik) - Scientific Repository

0 1 6