Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah berabad-abad lamanya ekonomi dunia didominasi oleh sistem bunga dan hampir semua transaksi khususnya dalam perbankan dikaitkan dengan bunga. Pengalaman ratusan tahun dalam dominasi bunga telah membuktikan ketidakberdayaan sistem ini dalam menjembatani ketimpangan ekonomi. Banyak orang kaya yang menjadi semakin kaya di atas beban orang lain, begitu juga banyak negara mencapai kemakmurannya di atas kemiskinan negara lain. Kesenjangan ekonomi semakin melebar antara negara maju dan negara berkembang. Dalam al- Qur’an telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 278, yang berbunyi :               “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. ” Fenomena tersebut sedikit orang yang menyadari bahaya bunga bagi terciptanya ketidakadilan ekonomi. Sehingga pemerintah mengeluarkan Undang- undang No. 7 tahun 1992 dengan segala ketentuan dan keputusan yang mendukung Undang-undang tersebut telah mengundang lembaga keuangan syariah LKS yang anti riba. Kedatangan lembaga keuangan ini disambut dengan suka cita oleh kalangan umat Islam. 2 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk pinjaman dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah. 2 Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan Al-Hadis. 3 Di Indonesia, Bank Syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah di Indonesia, maka pada tahun 2000, Bank Syariah maupun Bank Konvensional yang membuka unit usaha syariah telah meningkat menjadi 6 unit. Di tahun-tahun mendatang, jumlah Bank Syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang Bank Syariah yang sudah ada, dengan dibukanya Islamic Windows di Bank 1 Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Media, 2004, h.9 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah deskripsi dan ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2008, h. 27 3 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga Terkait, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet.ke-4, h.5 3 Konvensional. 4 Meski perkembangan dan kinerja perbankan syariah terus meningkat, proses sosialisasi kepada masyarakat harus gencar dilakukan. Hal itu disebabkan masih banyaknya masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui produk-produk yang dikembangkan perbankan syariah dan sistem yang diterapkan dalam perbankan syariah. Bank sebagai lembaga keuangan perlu mengkomunikasikan setiap produk yang mereka tawarkan yaitu membutuhkan strategi pemasaran. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui dan memiliki minat membeli manfaat dari produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhannya dan keinginannya. Banyak bank menawarkan produk tabungan, baik produk baru atau suatu pengembangan dari produk lama. Diantara mereka ada yang gagal dan tidak sukses dalam merebut kepuasan nasabah. Hal ini disebabkan karena pasar pembeli yang selalu berubah- rubah, sehingga perlu diterapkan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. 5 Secara umum pemasaran bank adalah suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa bank yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan. 6 Pentingnya pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa sehingga mencapai kepuasan. Kepuasan tersebut akan diperoleh jika produk yang 4 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, h.29 5 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 1, Jakarta:Penerbit Erlangga,1999, Cet ke- 6, h.4 6 Kasmir, Pemasaran Bank, h.63 4 dibeli konsumen atau pelanggan terpenuhi, sedangkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari penjualan produk yang dihasilkannya. Oleh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau jasanya maka diperlukan suatu alat, yaitu bauran pemasaran. Philip Kotler mendefinisikan marketing mix sebagai perangkat variabel- variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam Pasar sasaran. 7 Dalam hal ini, bagaimana strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Bank Syariah dalam memasarkan produknya yang mana saat ini sudah sangat bersaing, dalam menyampaikan maksud dari strategi pemasaran mereka untuk dapat diterima dan dimengerti oleh nasabah. Jadi, bauran pemasaran itu adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh bank untuk mendapatkan nasabah. Variabel dari bauran pemasaran adalah produk, yang merupakan tawaran nyata kepada pasar meliputi ciri-ciri wujud produk, kemasan, merek dan kebijakan pelayanannya. Misalkan, kesan pelanggan yang kita harapkan mengenai produk atau jasa yang dihasilkan yang terlihat jelas dan menonjol. Penampilan produk dan jasa yang dihasilkan Variabel harga, yakni jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk tersebut. 8 Misalkan, harga terjangkau dan sudah sesuai dengan produk dan jasa yang didapat oleh pelanggan. Variabel tempat, yakni penentuan lokasi yang strategis sehingga pelanggan tidak 7 Philip Kotler, Dasar-dasar Manajemen, Alih Bahasa; Wilhemus W. Bakowatun, Jakarta; FEUI, 1987, Cet. ke-3, h.63 8 Freddy Rangkuti, Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet.ke-8, h.23 5 kecewa untuk memperoleh produk ataupun pelayanan yang cepat sesuai dengan keinginan konsumen. 9 Dan variabel selanjutnya yaitu promosi, yakni berbagai kegiatan yang dilakukan bank untuk mengkomunikasikan produknya dan membujuk nasabah untuk memiliki produk itu. Keberhasilan pemasaran suatu bank tidak hanya dinilai dari seberapa besar dana yang dapat dihimpun dari masyarakat, namun juga bagaimana cara mempertahankan dana tersebut. Dalam pemasaran dikenal bahwa setelah konsumen melakukan keputusan pembelian, ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan rasa puas dan tidak puas yang diberikan bank tersebut atau kepuasan pelanggan. Karena secara umum tujuan pemasaran bank yaitu untuk memaksimumkan kepuasan pelanggan dan mencakup kepuasan atas kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. 10 Dari pengertian tersebut kepuasan pelanggan atau nasabah merupakan perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan sama dengan apa yang diharapkan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Bagi perusahaan yang berpusat pada pelanggan, kepuasan pelanggan merupakan sasaran dan faktor utama dalam sukses perusahaan. 9 Manahan P. Tambpubolon, Manajemen Operasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, h.134 10 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran Jilid 2, Jakarta: Prenhallindo, 1998, h.202 6 Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. 11 Bank Muamalat Indonesia mengeluarkan jenis simpanan berakad mudharabah dapat dikembangkan ke dalam berbagai variasi tabungan sesuai dengan kebutuhan nasabah, salah satunya Tabungan Muamalat. Tabungan muamalat merupakan produk tabungan syariah Bank Muamalat Indonesia yang sepenuhnya dikelola dengan akad mudharabah muthlaqah atau berbagi hasil dan bebas riba. Pada prinsip mudharabah mutlaqah yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 12 Untuk dapat mengetahui bagaimana tabungan muamalat tersebut dapat dikenal dan diminati oleh nasabah untuk menggunakan tabungan muamalat yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan nasabah maka diperlukan strategi bauran pemasaran yang handal. Serta dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan adalah tingkat kepuasan nasabah. Dalam hal inilah, bagaimana strategi bauran pemasaran yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia pada tabungan muamalat, bagaimana pengaruh strategi bauran pemasaran terhadap tingkat kepuasan nasabah dan hal-hal apa saja yang dipertimbangkan nasabah dalam memilih tabungan muamalat. 11 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h.107 12 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta; Gema Insani Press, 2001, h.97 7 Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Tabungan Muamalat Terhadap Tingkat Kepuasan Nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bumi Serpong Damai BSD Tangerang ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah