Sejarah Kontekstual dan Keterkaitan dengan John Dewey

guru untuk sekolah-sekolah perkotaan U.S Departement of EducationDEO, n.d, kebanyakan sekolah Amerika terus mengikuti praktik-praktik tradisional, dan akibatnya mengecewakan bagi kemajuan para siswa. Kekurangan-kekurangan ini telah digambarkan dalam berbagai laporan pemerintah selama lebih dari 15 tahun. Berikut ini adalah beberapa cuplikan laporan mengenai keterbatasan yang ditimbulkan oleh pendidik tradisional di Amerika. 13 a. Sekolah-sekolah Amerika tidak hanya mengecewakan bagi remaja- remaja berusia antara 16 dan 18 tahun yang meninggalkan sekolah, tetapi mereka juga merugikan orang-orang yang sudah 2 dan 4 tahun kuliah di akademi dan perguruan tinggi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar mahasiswa tahun pertama di kampus tanpa persiapan melakukan perkuliahan. Biasanya para mahasiswa ini dibatasi oleh kosakata yang miskin sehingga mereka tidak mampu memahami teks yang lebih rumit ataupun menemukan hal-hal yang agak tersembunyi. Mereka sering melewatkan detail-detail penting dan jarang memahami logika dari suatu pendapat tertulis. Karena mereka sulit memahami bacaan, banyak mahasiswa tahun pertama yang mengalami kesulitan menghadapi tugas membaca yang biasanya diberikan di perkuliahan. Tak heran kebanyakan perguruan tinggi dan universitas Amerika menawarkan kelas-kelas perbaikan bahasa Inggris. Tak heran banyak mahasiswa yang drop out. b. Para mahasiswa yang mengikuti program D-2 politeknik kerap kali tampil lebih baik daripada mahasiswa tahun pertama perguruan tinggi tradisional. Lagi pula, para mahasiswa politeknik belajar berbagai keterampilan praktis yang membuat mereka lebih siap kerja. Karena terlatih sebagai operator televisi, montir mobil, koki dan pekerja konstruksi, mereka dapat memperoleh pekerjaan. Namun, mereka menyelesaikan pendidikan kejuruan tanpa pengetahuan akademis yang 13 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan, Bandung: Mizan Learning Center, 2007, h. 38-42 diharapkan oleh para pemberi kerja. Menjadi semakin jelas dapat dibuktikan dari iklan-iklan lowongan pekerjaan dan deskripsi pekerjaannya bahwa di dalam era tekhnologi yang cepat berubah ini, para pemberi pekerjaan menginginkan para pekerja mampu menghitung, membaca, mendengarkan dengan seksama, berbicara dengan jelas, menulis dengan baik dan benar, bertanggung jawab, membuat keputusan, memecahkan masalah, belajar sendiri dan bekerja kelompok. Singkatnya, mereka mengharapkan para pekerja memiliki keterampilan dan kompetensi dasar. Di samping situasi lain juga tidak membantu. Biasanya para pengajar terlalu sibuk mengajar kelas-kelas sepanjang hari hingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mengenal, atau berbicara kepada setiap siswa. Tambahan lagi karena di dalam sistem tradisional kelas-kelas biasanya hanya berlangsung selama 45 sampai 50 menit, mereka tidak memberikan waktu untuk siswa bertanya, berdiskusi, berpikir kritis, mencari tahu atau bahkan terlibat dalam proyek kerja nyata dan pemecahan masalah. Waktu siswa hanya dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pengajar, dan mengerjakan latihan-latihan yang membosankan. Akibatnya siswa mengikut ujian bukan karena pemahaman siswa melainkan mengukur kemampuan siswa menghafal fakta. Menyadari bahwa sekolah kerap kali gagal maka desakan yang kuat untuk reformasi yang mengusung pembelajaran baru terhadap pendidikan yang kemudian dikenal sebagai CTL, CTL memiliki kemampuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang paling serius dalam pendidikan tradisional. Desakan ini disuarakan pada tahun 1983 dalam sebuah makalah, A Nation A Risk: The Imperative for Educational Reform Negara dalam Bahaya: Perlunya Dilakukan Reformasi Pendidikan. Kemudian diselenggarakannya pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan pada tahun 1989 di Charlottesville, Virginia yang dihadiri oleh para gubernur negara bagian dan presiden Amerika Serikat. Mereka yang menghadiri pertemuan tersebut menginginkan sasaran-sasaran nasional harus telah dicapai pada tahun 2000. Sasaran-sasaran yang harus dicapai pada tahun 2000 itu antara lain seperti berikut: a. Semua anak Amerika akan memulai sekolah dalam keadaan siap belajar b. Tingkat kelulusan sekolah menengah ke atas akan meningkat hingga setidaknya 90 c. Siswa-siswa Amerika akan lulus dari kelas empat, delapan dan dua belas setelah menunjukkan prestasi menonjol dalam pelajaran-pelajaran yang menantang termasuk bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan, sejarah dan geografi dan setiap sekolah di Amerika dengan baik untuk mempersiapkan diri menjadi warga negara yang bertanggung jawab untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dan agar bisa menjadi pekerja produktif dalam ekonomi modern. d. Semua orang dewasa Amerika akan bisa baca tulis dan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing dalam ekonomi global dan menjalankan hak serta tanggung jawab kewarganegaraan. e. Semua sekolah di Amerika akan bebas narkoba dan bebas kekerasan serta akan memberikan lingkungan penuh disiplin dan kondusif untuk belajar. 14

B. Konsep Pendidikan John Dewey

1. Biografi John Dewey

John Dewey dilahirkan di Burlington, Vermont pada tanggal 20 Oktober 1859 sebagai anak seorang pemilik toko. Seusai Dewey mendapat diploma ujian kandidat di Universitas Vermont 1879 ia menjadi guru selama 2 tahun. Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan mendapatk an gelar doktor filsafat Ph.D di Universitas John Hopkins 1884. Kemudian ia diangkat menjadi dosen, lalu asisten profesor dan kemudian 14 Elin Rosalin, op. cit., h. 20-22 profesor di Michigan. Kemudian dia pergi ke Universitas Chicago dan mengajar di sana sebagai profesor filsafat 1894. 15 Sebagai profesor filsafat di Chicago, ia juga memimpin bagian pedagogik dan mendirikan suatu sekolah untuk menguji dan mempraktekan teorinya. Sekolah yang didirikan Dewey bukanlah suatu sekolah model, melainkan sekolah percobaan yang digabungkan pada universitasnya di Chicago. Sekitar tahun 1904 sampai 1931 dia meninggalkan universitas tersebut, lalu pergi ke Universitas Colombia di New York. Ketika mengajar di Universitas Colombia, ia mempunyai banyak waktu luang untuk melakukan penelitian dan melakukan perjalanan ke Eropa dan Asia. Dia mengunjungi Cina dan Jepang, pertemuan tersebut sangatlah penting terlebih ketika ia di Japan memberikan penyuluhan mengenai Reconstruction in philosophy merekonstruksi filsafat. Pada tahun 1924 Dewey mengunjungi Turki, dimana ia membuat organisasi Turkish Educational System. Dua tahun kemudian saat musim panas dia bergabung dengan Universitas Mexico. Pada tahun 1928 dia mengunjungi Rusia dan melakukan perbaikan sistem pendidikan disana. Dewey tinggal di New York lebih dari 40 tahun sampai dia pensiun dari mengajar dalam tahun 1930. Dan akhirnya Dewey meninggal di kota ini pada tanggal 1 Juni 1952. 16

2. Karya-karya John Dewey

Selama bergabung di Universitas Colombia ia aktif di bidang filsafat dan melanjutkan. Di sini terciptalah buku-bukunya yang termasyhur. Dalam bidang filsafat, buku John Dewey yang paling penting adalah Experience and Nature, The Quest for Certainty, Logic, Essays in Experimental Logic dan masih banyak yang lainnya. Dalam dunia 15 Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 2001, h. 149 16 Ibid., h. 150 pendidikan, School and Society, Democracy and Education keduanya merupakan buku John Dewey yang dikatakan spesial. Dewey mengenalkan filsafat sosialnya dengan karyanya yang terbaik Character and Events, dan Freedom and Culture. Dia juga membahas tentang filsafat politik melalui karyanya The Public and its Problems. Dewey juga berkontribusi dalam bidang seni dan diungkapkannya dengan karyanya Art as Experience. Dalam bidang agama ada karyanya yang berjudul A common faith is most vital, namun jarang ditemui karya John Dewey yang membahas agama. 17

3. Pandangan Hidup Falsafah John Dewey

Sebelum memahami pendirian Dewey mengenai pendidikan dan pengajaran, sebaiknya dibentangkan terlebih dahulu tentang dasar pokok dari pandangan hidupnya. Karena menurut pendapat Dewey bahwa filsafat serta pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dan filsafat merupakan dasar dari teori pendidikan. Pandangan hidup John Dewey meliputi beberapa teori sebagai berikut: a. Dasar pokok dari filsafatnya ialah teori evolusi dari Darwin, Dalam tahun lahir Dewey 1859 diterbitkan buku Ch. R. Darwin 1809-1882 On The Origin of Species by Means of Natural Selection tentang asal mula jenis disebabkan seleksi alam. Dalam pokoknya teori evolusi itu mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai dari tingkatan terendah dan selalu berkembang maju serta meningkat. 18 Pandangan Darwin tentang manusia sebagai makhluk yang berubah dan berkembang di tengah-tengah suatu lingkungan yang melindungi dan sekaligus mengancam kehidupannya adalah sesuatu yang menentukan bagi Dewey. Makhluk hidup dan lingkungan, perkembangan dan perjuangan, kekhawatiran dan ketenangan merupakan unsur-unsur campuran dalam pemikirannya. Inilah 17 Fredrick Mayer, A History of Modern Philosophy, California: University of Redlands, 2000, h. 537 18 Soejono, op. cit., h. 127 konsepnya yang paling sentral yaitu memahami pengalaman dan hubungannya dengan alam tak lain dari memahami makna. Menjelaskan teori John Dewey tentang pengalaman berarti mulai memasuki konsepnya tentang manusia. Dewey menekankan bahwa manusia pada dasarnya adalah organisme yang berkembang dalam waktu, dan ciptaan yang kehidupannya dapat dilukiskan paling jelas dalam hubungan masyarakat. 19 Maka tiap orang sebagai unsur masyarakat dan suatu mata rantai satu masa ke masa yang lain wajib ikut bekerja untuk kemajuan masyarakatnya. Begitulah kemajuan masyarakat itu hanya dapat dicapai dengan kerja dan kerjasama dalam filsafat Dewey. b. John Dewey pula penganut teori pragmatisme atau dapat disebut dengan progressivisme. Teori ini secara garis besarnya mengatakan bahwa ukuran untuk segala perbuatan memiliki manfaat dalam setiap prakteknya dan hasil yang dapat memajukan hidup. 20 Pandangan- pandangan penganut pragmatisme dianggap sebagai “The Liberal Road to Culture ”. Liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka. Penganut pragmatisme tidak hanya memegang sikap tersebut melainkan juga bersifat penjelajah, peneliti secara continue demi pengembangan pengalaman. Progressivisme menganggap pendidikan sebagai cultural transition. Progressivisme percaya bahwa pendidikan dapat menolong manusia dalam menghadapi priode transisi antara zaman tradisional yang segera berakhir, untuk siap memasuki zaman modern yang segera kita masuki. Dewey berkata, filsafat klasik menggambarkan bahwa dalam alam terdapat tata tertib feodalisme keluarga, kekeluargaan. Kata hukum “alam” menunjukan asal sosial dari kategori-kategori filsafat tersebut. Tiap masyarakat membentuk diri dengan gambarannya sendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan John Dewey lebih condong untuk 19 John Smith, loc. cit. 20 Soejono, op. cit., h. 127 membentuk manusia yang dapat mengabdi pada masyarakat. “pertumbuhan adalah satu-satunya tujuan dari moral. 21 Ciri utama dari progressivisme yakni mempercayai manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan kemampuan dan kekuatan sendiri. Dan dengan kemampuan itu manusia dapat memecahkan semua problemanya secara inteligen, dengan inteligensi aktif. Dan dalam makna ini, maka arti liberalisme di atas berarti menghormati martabat manusia, menghormati harga diri manusia sebagai subjek di dalam hidupnya. Dalam arti demokrasi, pandangan- pandangan progressivisme merupakan cara berpikir liberal yang memberi kemungkinan dan pra syarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya. 22 c. Dalam hal kejiwaan ia menganut teori behaviorisme teori hal tingkah laku. Beberapa pengertian pokok mengenai behaviorisme diantaranya: 1 Kehidupan jiwa digerakkan dari luar, tidak dari dalam. 2 Tiap perbuatan atau tingkah laku manusia adalah reaksi atas perangsang stimulus dari luar. Stimulus-respons merupakan perangsang langsung yang menimbulkan reaksi. 3 Perbuatan manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini terus menerus merupakan perangsang, dan perangsang dapat dilihat melaui kebiasaan. Begitulah perbuatan manusia merupakan deretan kebiasaan. Manusia adalah makhluk refleks atau makhluk kebiasaan. Alam sekitar atau lingkungan hidup kita selalu mengandung bahaya dan menimbulkan berbagai kesulitan yang menghambat kemajuan, jika kita tidak dapat mengatasinya bahaya itu akan selalu ada dan berganti- ganti sifatnya sesuai dengan masyarakat yang selalu berubah pula. Zaman dahulu banjir dan binatang buas, lalu sekarang lalu lintas, 21 Rosjidi, Mencari Agama pada Abad XX Wasiat Filsafat, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986, h. 121 22 Muhammad Noor Syam, op. cit., h. 227