kehidupan nyatamasalah yang disimulasikan
teoritis
5 Selalu
mengaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
Memberikan tumpukan
informasi kepada siswa sampai saaatnya diperlukan
6 Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang
Cenderung terfokus pada bidang disiplin tertentu.
7 Siswa
menggunakan waktu
belajarnya untuk
mengaitkan, berdiskusi, berpikir kritis atau
mengerjakan proyek
dam pemahaman masalah melalui
kerja kelompok Waktu belajar siswa sebagian
besar digunakan
untuk mengerjakan
buku tugas,
mendengarkan ceramah
dan mengisi
latihan yang
membosankan melalui kerja individu
8 Perilaku dibangun atas kesadaran
diri Perilaku dibangun atas dasar
kebiasaan 9
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahamannya
Keterampilan dikembangkan
atas dasar latihan 10
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai angka rapor
6. Sejarah Kontekstual dan Keterkaitan dengan John Dewey
Pendekatan kontekstual lahir dari paham konstruktivisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula
dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada peserta didik. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
John Dewey pada tahun 1916. Dewey mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan proses pembelajaran sebagai proses penyusun
atau membina pengalaman secara berkesinambungan, serta menekankan pada keikutsertaan peserta didik pada setiap aktivitas pembelajaran.
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi CTL merupakan filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka sendiri, dimana pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi sebuah fakta yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Melalui landasan konstruktivisme, pendekatan kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari menjadi alternatif strategi
belajar yang baru. Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat
hubungan-hubungan menjelaskan mengapa siswa yang didorong untuk menghubungkan tugas-tugas sekolah dengan kenyataan saat ini. Dengan
konteks kehidupan keseharian maka mereka akan mampu memasangkan makna pada materi akademik mereka sehingga mereka dapat mengingat
apa yang mereka pelajari.
9
Maka Dewey menyarankan agar kurikulum dan metodologi pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan pengalaman siswa.
Kemudian model pembelajaran CTL dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan dan bukanlah hal yang baru. John dewey mengatakan bahwa
model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916 yang dikenal dengan sebutan Learning by Doing, kemudian tahun 1970-an konsep
pembelajaran ini dikenal dengan Experiental Learning, pada tahun 1990 model pembelajaran ini dikenal dengan School to Work. Kemudian pada
era tahun 2000-an, sebutan model kontekstual ini lebih efektif digunakan.
10
9
Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, Bandung: PT. Karsa Mandiri Persada, 2008, h. 24
10
Education Mantap, Sejarah Pembelajaran Kontekstual, 2014, http:www.education-
mantap.blogspot.com , diakses tanggal 17 Agustus 2014