Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal itu termasuk ciri
dari pendekatan kontekstual
11
Keempat, Pengetahuan adalah pengalaman yang bermakna dalam kehidupan.
Belajar melalui
pengalaman-pengalaman yang
biasa dilakukannya. Pengalaman yang telah didapat bermanfaat dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari. Melalui kebiasaan tersebut akan memberikan pelajaran untuk lebih memanfaatkan lingkungan sesuai
dengan keinginan manusia. Kebiasaan tersebut dapat menghasilkan pemikiranriset dan membuat tujuan-tujuan yang baru. Potensi dasar dari
masing-masing individu akan terdorong dan berkembang ke arah
kemampuan baru. Hal tersebut selaras dengan prinsip pendekatan kontekstual
. Kelima, Pendidikan adalah mempersiapkan atau mendapat kesiapan
untuk menjawab tugas atau tanggung jawab mendatang. Hendaknya dalam proses pembelajaran memberi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
untuk bekal anak ketika dewasa. Hal ini sangatlah berguna agar anak kelak mengetahui tanggung jawab dan hak-hak kehidupan dewasa. Melalui
pembelajaran ini, siswa menjadi tanggung jawab terhadap dunia mereka dan sekitarnya. Karena pada dasarnya pendidikan mempersiapkan anak
dalam menghadapi tugas atau tanggung jawab di masa yang akan datang.
Hal tersebut selaras dengan hakikat pengertian pendekatan kontekstual.
12
Pada era selanjutnya pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan
di Amerika Serikat. Pada saat departemen pendidikan Amerika mendanai proyek yang
dinamai Recruiting New Teacher yang bertujuan membangun tenaga kerja
11
John Dewey,
Democracy and
Education, EBook
852, 2010,
h. 1,
http:www.gutenberg.orgfiles852852-h852-h.htm , diakses tanggal 28 Januari 2014
12
Ibid, h. 36
guru untuk
sekolah-sekolah perkotaan
U.S Departement
of EducationDEO, n.d, kebanyakan sekolah Amerika terus mengikuti
praktik-praktik tradisional, dan akibatnya mengecewakan bagi kemajuan para siswa. Kekurangan-kekurangan ini telah digambarkan dalam berbagai
laporan pemerintah selama lebih dari 15 tahun. Berikut ini adalah beberapa cuplikan laporan mengenai keterbatasan yang ditimbulkan oleh
pendidik tradisional di Amerika.
13
a. Sekolah-sekolah Amerika tidak hanya mengecewakan bagi remaja-
remaja berusia antara 16 dan 18 tahun yang meninggalkan sekolah, tetapi mereka juga merugikan orang-orang yang sudah 2 dan 4 tahun
kuliah di akademi dan perguruan tinggi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar mahasiswa tahun pertama di kampus tanpa
persiapan melakukan perkuliahan. Biasanya para mahasiswa ini dibatasi oleh kosakata yang miskin sehingga mereka tidak mampu memahami
teks yang lebih rumit ataupun menemukan hal-hal yang agak tersembunyi. Mereka sering melewatkan detail-detail penting dan
jarang memahami logika dari suatu pendapat tertulis. Karena mereka sulit memahami bacaan, banyak mahasiswa tahun pertama yang
mengalami kesulitan menghadapi tugas membaca yang biasanya diberikan di perkuliahan. Tak heran kebanyakan perguruan tinggi dan
universitas Amerika menawarkan kelas-kelas perbaikan bahasa Inggris. Tak heran banyak mahasiswa yang drop out.
b. Para mahasiswa yang mengikuti program D-2 politeknik kerap kali
tampil lebih baik daripada mahasiswa tahun pertama perguruan tinggi tradisional. Lagi pula, para mahasiswa politeknik belajar berbagai
keterampilan praktis yang membuat mereka lebih siap kerja. Karena terlatih sebagai operator televisi, montir mobil, koki dan pekerja
konstruksi, mereka dapat memperoleh pekerjaan. Namun, mereka menyelesaikan pendidikan kejuruan tanpa pengetahuan akademis yang
13
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan, Bandung: Mizan Learning Center,
2007, h. 38-42