Karakteristik Pendekatan Kontekstual Pembelajaran Kontekstual
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka sendiri, dimana pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi sebuah fakta yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Melalui landasan konstruktivisme, pendekatan kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari menjadi alternatif strategi
belajar yang baru. Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat
hubungan-hubungan menjelaskan mengapa siswa yang didorong untuk menghubungkan tugas-tugas sekolah dengan kenyataan saat ini. Dengan
konteks kehidupan keseharian maka mereka akan mampu memasangkan makna pada materi akademik mereka sehingga mereka dapat mengingat
apa yang mereka pelajari.
9
Maka Dewey menyarankan agar kurikulum dan metodologi pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan pengalaman siswa.
Kemudian model pembelajaran CTL dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan dan bukanlah hal yang baru. John dewey mengatakan bahwa
model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916 yang dikenal dengan sebutan Learning by Doing, kemudian tahun 1970-an konsep
pembelajaran ini dikenal dengan Experiental Learning, pada tahun 1990 model pembelajaran ini dikenal dengan School to Work. Kemudian pada
era tahun 2000-an, sebutan model kontekstual ini lebih efektif digunakan.
10
9
Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, Bandung: PT. Karsa Mandiri Persada, 2008, h. 24
10
Education Mantap, Sejarah Pembelajaran Kontekstual, 2014, http:www.education-
mantap.blogspot.com , diakses tanggal 17 Agustus 2014
Terdapat salah satu karyanya John Dewey yaitu Democracy and Education 1916 yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual.
Pertama, Pendidikan adalah suatu transmisi yang dilakukan melalui komunikasi. Komunikasi adalah proses dari penyatuan empiris dan proses
modifikasi watak hingga menjadi suatu keadaan pribadi. Hal ini menggambarkan bahwa setiap rancangan sosial memiliki bagian penting
dari sebuah kelompok, dari yang tua hingga yang termuda. Untuk itu, pentingnya komunikasi bagi anak ketika belajar karena hal itu berguna
untukya kelak dalam masyarakat. Hendaknya siswa dilatih dengan menggunakan waktu belajarnya untuk mengaitkan, berdiskusi, berpikir
kritis atau mengerjakan proyek dalam memahami masalah melalui kerja
kelompok. Kegiatan tersebut termasuk ciri dari pendekatan kontekstual.
Kedua, Pendidikan sebagai fungsi sosial. Manusia harus dapat memecahkan permasalahannya sendiri, jika tidak bisa atau tidak mau
berusaha maka manusia akan kehilangan identitas dirinya sebagai makhluk hidup. Maka anak-anak perlu pembelajaran yang dikaitkan dengan
kehidupan nyatamasalah.
Pembelajaran yang
dikaitkan dengan
permasalahan kehidupan yang berkembang di masyarakat, hal itu termasuk
ciri dari pendekatan kontekstual. Karena hal itu berguna ketika anak-
anak beranjak dewasa sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Ketiga, sekolah-sekolah merupakan kesempatan yang besar bagi penafsiran sebuah aktivitas di dalam pengajaran, dan mereka mungkin
memperoleh sebuah perasaan sosial atas kekuatan mereka sendiri dari materi-materi serta peralatan-peralatan yang digunakan di sekolah.
Maksudnya sekolah adalah sarana bagi anak mengetahui makna kegiatan dalam pembelajaran dan pengajaran. Melalui materi-materi serta peralatan-
peralatan yang
digunakan di
sekolah memungkinkan
mereka mengaplikasikannya di kehidupannya. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,