30
informan sehingga data data yang dihasilkan benar benar mampu mendekati fakta dilapangan.
1.6 Pengalaman Selama Melakukan Penelitian
Dalam melakukan kajian terhadap Desa Aek Buaton, khususnya dalam rangka persoalan agraria yang sedang dialami masyarakat tersebut, peneliti beberapa kali
melakukan observasi, tinggal dan menetap di wilayah tersebut. Pertama kali mengenal Desa Aek Buaton melalui berita media masa yang menginformasikan
terjadinya bentrok antara warga masyarakat desa tersebut dengan pihak Kepolisian Sektor Barumun yang ditenggarai karena masyarakat berdemo menuntut pembebasan
beberapa orang masyarakat Desa Aek Buaton yang ditahan karena melakukan pendudukan atas tanah yang secara adat merupakan tanah ulayat Aek Buaton.
Penulis yang juga merupakan Staff kajian dan penelitian Kontras Sumatera Utara akhirnya melakukan investigasi dalam kasus ini, mencoba mencari akar
masalah dan membantu proses advokasi terhadap Masyarakat Desa Aek Buaton yang tertangkap. Ini dimulai sekitar bulan Maret 2013 dan terhitung mulai dari situ penulis
beberapa kali tinggal dan menetap di wilayah Aek Buaton. Selain itu, masyarakat Desa Aek Buaton juga tak jarang berkunjung ke Medan Kantor kontras untuk
sekedar berdiskusi, ataupun bersama sama melakukan perjuangan membebaskan masyarakat Aek Buaton yang tertangkap.
Mengingat topik permasalahan di desa ini berakar dari tanah ulayat, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut dan menjadikanya sebuah
Universitas Sumatera Utara
31
skripsi. Tentunya dengan muatan dan nilai-nilai yang lebih antropologis dalam memandang masalah di Desa Aek Buaton ini. sebab, secara tersirat penulis
menganggap perspektif antropologi harusnya di gunakan sebagi salah satu pendekatan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Dalam rangka mengisi beberapa data yang belum lengkap, akhirnya Penulis tepat pada bulan Maret tahun 2014 kembali menetap di Desa Aek Buaton untuk
menyempurnakan proses penulisan skripsi ini. Adalah sebuah kenangan tersendiri ketika kembali menginjakkan kaki di desa ini. Jika pada kesempatan sebelumnya
tugas penulis adalah untuk melakukan investigasi guna kepentingan advokasi, kali ini saya berganti peran sebagai seorang antropolog yang coba menggali setiap makna
ditengah realitas konflik agraria di desa ini. Untungnya, penulis begitu banyak diberikan kemudahan oleh penduduk sekitar yang merasa telah banyak terbantu
dengan adanya Kontras pada tahun lalu ketika mereka sedang dilanda konflik hebat. Penulis diantarkan bergantian menuju lokasi-lokasi yang dianggap penting
untuk mengungkap permasalahan yang akan diteliti serta diberikan waktu untuk berdiskusi dengan Hotabangon Desa Aek buaton. Bahkan, masyarakat desa yang
memberikan informasi-informasi baru dan saling berdebat untuk menentukan siapa orang yang paling cocok untuk penulis wawancarai.
Diskusi-diskusi diwarung kopi merupakan aktifitas sehari-hari yang sungguh menyenangkan, walau terkadang topik pembahasan bisa jauh melenceng dari soal
objek penelitian. Selain itu, penulis juga sempat ikut dalam diskusi diskusi serta usaha perjuangan masyarakat dalam merebutkan kembali tanah ulayat milik mereka.
Universitas Sumatera Utara
32
Bahkan penulis ikut serta melakukan pendudukan kembali bersama masyarakat, dimana masyarakat saat itu sedang melakukan aksi protes dengan cara mendirikan
tenda dan tinggal di seputaran kawasan tanah yang sedang mereka perjuangkan. Penulis merasa desa ini sudah menjadi rumah kedua, benar-benar sebuah
sambutan yang hangat dan sulit sebenarnya untuk diceritakan.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB II MENGUNGKAP SEJARAH WILAYAH ADAT AEK BUATON