87
lain dan mereka mungkin hampir tidak mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan.
Dalam konteks aktor yang terlibat secara individu, memang lebih tepat digunakan istilah agen. Karena disini para pelaku tidak lepas dari struktur yang
melekat pada diri masing-masing. mengacu pada Teori strukturasi Antony Giddens yang pada intinya menolak agen dan sturktur dalam keadaan saling terpisah satu sama
lain. Hubungan antara agen dengan struktur berupa relasi dualitas bukan dualisme. Struktur dalam konsep Giddens bersifat memberdayakan enabling yang
memungkinkan terjadinya praktek sosial. Struktur juga berfungsi sebagai sarana medium dan resources.
5.2 Jenis-Jenis Hukum Yang Dimainkan
Hal yang menarik untuk dideskripsikan dalam fenomena konflik atas tanah ulayat Aek Buaton ini adalah berkaitan dengan bagaimana hukum dimainkan oleh
para aktor, atau para agen apabila mengacu pada istilah Giddens. Ada dua jenis hukum yang berlaku dalam peristiwa ini, yakni hukum adat dan hukum positif
hukum Negara Apabila di kaji secara defenitif, hukum adalah ketentuan-ketentuan yang
menjadi peraturan hidup suatu masyarakat. Dengan kata lain hukum merupakan serangkaian aturan yang berisi perintah ataupun larangan yang sifatnya memaksa
demi terciptanya suatu kondisi aman, tertib, damai dan tentram serta terdapat sanksi bagi siapapun yang melanggarnya.
Universitas Sumatera Utara
88
Berangkat dari hal tersebut, konflik yang terjadi atas tanah adat aek buaton memunculkan berbagai pelaku yang menggunakan hukum baik positif maupun adat
sebagai cara mendapatkan atau mempertahankan hak atas tanah. selain itu masing- masing pelaku konflik yang menjalankan perannya berdasarkan otoritas, struktur,
wewenang juga dikuatkan oleh landasan hukum. Adanya fenomena perbedaan penggunaan hukum positif dan hukum adat
dapat dianalisa melalui tindakan masing-masing pelaku konflik. Namun tidak tertutup juga kemungkinan bahwa pelaku konflik dapat menggunakan hukum adat pada satu
momen dan di momentum berikutnya menggunakan hukum positif. Dalam konteks legalisasi kepemilikan tanah ulayat milik mereka misalnya,
Masyarakat adat Aek Buaton menggunakan pendekatan hukum adat dengan berusaha menunjukan eksistensi hak ulayat mereka lewat jalur mekanisme adat melibatkan sisi
historis dan pengakuan dari luhat-luhat di wilayah Aek Nabara. Namun bukan berarti masyarakat Aek Buaton juga tidak menggunakan pendekatan hukum positif. Sebab
secara undang-undang, eksistensi atas tanah ulayat juga diakui. Bahkan di masa reformasi, kemajuan terpenting dari pengakuan hak ulayat
dalam Konstitusi di Indonesia ditemukan sebagai hasil amandemen kedua UUD 1945. Pasal 18B ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945 menyebutkan :
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
89
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
54
Tetapi apabila secara dominan menggunakan hukum positif ini, maka posisi masyarakat aek buaton justru lemah jika dibandingkan dengan para pembeli tanah
sengketa yang telah memiliki bukti transaksi jual beli dan telah mengurus sertifikat hak milik tanah.
54
Rosalina, Eksistensi Hak Ulayat Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010
Universitas Sumatera Utara
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN