Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian

26 4. Apakah tipologi hukum itu berguna untuk menelaah hubungan antara hukum dan aspek kebudayaan dan organisasi sosial. Mengapa pula hukum itu berubah. 5. Bagaimana cara mendeskripsi sistem sistem hukum, apakah akibat jika sistem hukum dan subsistem hukum antara masyarakat dan kebudayaan yang saling berhubungan, dan bagaimana kemungkinan untuk membandingkan sistem hukum yang satu dan yang lain 27

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dari peristiwa yang coba diteliti adalah kompleksitas konflik agraria di Desa Aek Buaton serta bagaimana hukum dimainkan oleh para pelaku konflik

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian mengenai konflik agraria di Desa Aek Buaton ini adalah: 1. Mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan konflik agraria di Desa Aek Buaton menjadi begitu kompleks 2. Mengidentifikasi para pelaku yang terlibat dalam konflik agraria di Desa Aek Buaton, serta bagaimana mereka memainkan hukum dalam konflik tersebut. 27 Hilman Hadikusuma, 1986, Antropologi Hukum Indonesia, hal 7 Universitas Sumatera Utara 27 Penelitian ini secara umum bermanfaat untuk menambah wawasan dan harapannya mampu menjadi salah refrensi dalam menyelesaikan konflik agraria yang terjadi di Sumatera Utara khususnya, karena konflik agraria merupakan salah satu permasalahan terbesar yang terjadi di Sumatera Utara. Secara akademis, semoga penelitian ini nantinya berguna menjadi salah satu refrensi kajian dalam menyelesaikan konflik agraria yang terjadi.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah etnografi. Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi dalam setting sosial dan budaya tertentu. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber- sumber yang luas. Dengan teknik “Observasi partisipasif 28 ”, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Seperti yang diungkapkan Marzali 2005 etnografi merupakan ciri khas dari antropologi, ini artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif melalui wawancara mendalam kepada informan-informan yang terdapat di Desa Aek Buaton. Wawancara mendalam atau indepth interview diterapkan dalam penelitian kualitatif 28 Pengamatan yang dilakukan melibatkan peneliti secara langsung dalam kegiatan dilapangan, artinya peneliti bertindak sebagai observer yaitu merupakan bagian yang integral dari objek yang ditelitinya Universitas Sumatera Utara 28 untuk mendapatkan persepsi, opini, prediksi dari seorang individu, dan fakta dalam konteks permasalahan tertentu. Wawancara mendalam juga diterapkan untuk mendapatkan gambaran mengenai reaksi individu terhadap sesuatu hal dan juga untuk mencari cara-cara pemecahan masalah tertentu. Spradley 1997 mengatakan bahwa ada lima syarat dalam menentukan informan yaitu: 1 enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, 2 keterlibatan langsung, 3 suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, 4 memiliki waktu yang cukup, 5 non-analitis. Tentu saja, lima syarat ini merupakan ideal, sehingga kalaupun peneliti hanya mampu memenuhi dua sampai tiga syarat adalah sebuah hal yang sah-sah saja. Apalagi, ketika memasuki lapangan, peneliti juga masih menduga-duga siapa yang pantas menjadi informan yang tepat sesuai penelitiannya. Informan kunci dapat ditentukan menurut konsep Benard 1994:166 yaitu orang yang dapat bercerita secara mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi kepada peneliti. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan terhormat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Orang semacam ini sangat dibutuhkan bagi peneliti etnografi. Orang tersebut diperlukan untuk membuka jalan gate keeper peneliti berhubungan dengan responden, dapat juga berfungsi sebagai pemberi izin, pemberi data, penyebar ide, dan perantara. Bahkan akan lebih baik Universitas Sumatera Utara 29 apabila informan kunci mau memperkenalkan peneliti kepada responden agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dalam penelitian terkait Konflik agraria di Desa Aek Buaton ini, yang menjadi Informan adalah: 1. Husni Mubarak Nasution. Merupakan Kepala Desa Aek Buaton 2. Mangaraja Lobi Nasution. Merupakan salah satu Hotabangon Aek Buaton 3. Irwansyah Harahap, Masyarakat Aek Buaton 4. Baginda Raja Nasution, Masyarakat Aek Buaton 5. Marwan, Masyarakat Aek Buaton 6. Asrian Harahap, Masyarakat Aek Buaton Data yang dikumpulkan adalah berupa kata kata dan gambar. Data data ini berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto atau video, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen dokumen pendukung lainya. Semua hal yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Menurut James P. Spradley 1997 semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Semua kata yang digunakan oleh informan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan anda dalam wawancara pertama adalah simbol- simbol. Simbol yang kita bahas dalam buku ini adalah istilah istilah penduduk asli lokal yang digunakan informan anda. Selain itu, membangun Rapport 29 sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, agar tercipta hubungan yang baik dengan 29 Membangun hubungan baik Universitas Sumatera Utara 30 informan sehingga data data yang dihasilkan benar benar mampu mendekati fakta dilapangan.

1.6 Pengalaman Selama Melakukan Penelitian