BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun
Berdasarkan hasil analisis bivariat tentang desain pekerjaan diperoleh yang menjalankan desain pekerjaan dengan persentase tertinggi yaitu kinerja yang buruk
sebanyak 71,2. Dengan nilai probabilitasnya p0,001 nilai ini lebih kecil dari alpha 0,05. Artinya, ada hubungan yang bermakna antara desain pekerjaan yang dijalankan
oleh staf puskesmas dengan kinerja staf puskesmas kabupaten Simalungun. Hasil analisis regresi logistik berganda dari desain pekerjaan diperoleh nilai probabilitasnya
,001 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05, artinya adanya pengaruh desain pekerjaan dengan kinerja staf puskesmas kabupaten Simalungun.
Salah satu unsur organisasi yang terkandung pada tiap personil adalah desain pekerjaan. Dasar pemikiran pengelompokkan pekerjaan atau desain pekerjaan terletak
pada keperluan terhadap menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi Gibson, 1987. Sulipan 2000 menjelaskan bahwa desain pekerjaan merupakan penetapan
kegiatan atau aktivitas kerja seseorang atau sekelompok karyawan secara organisasional yang tujuannya adalah untuk mengatur penugasan kerja agar dapat
memenuhi kebutuhan informasi. Menurut Irawan 2003 desain pekerjaan adalah struktur bangunan pekerjaan
yang disusun sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan cara yang efisien dan efektif. Desain pekerjaan yang ideal selalu memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab, prosedur kerja dan standar kualitas kerja. Tanggung jawab adalah serentetan pernyataan tertulis tentang tugas yang akan dikerjakan oleh pegawai atau
pekerja yang berisi informasi tentang tanggung jawab yang diemban oleh pegawai atau pekerja yang bersangkutan. Prosedur kerja adalah informasi yang rinci tentang
urutan kegiatan atau prosedur kerja, yang dilengkapi dengan informasi yang lebih rinci seperti langkah-langkah tekhnis dalam melakukan kegiatan. Standar kualitas
kerja adalah derajat ukur kerja, dengan derajat inilah suatu kinerja dinilai baik atau buruk, sesuai dengan prosedur atau tidak, sah atau melanggar aturan, layak jual atau
tidak. Standar kualitas kerja biasanya mengacu pada produk akhir suatu pekerjaan, tetapi kadang kala standar kualitas ini dibuat untuk menilai suatu proses pekerjaan.
Hasil observasi di lapangan menemukan bahwa desain pekerjaan yang seharusnya dijalankan oleh staf puskesmas dalam melaksanakan kegitannya sering
diabaikan. Tidak adanya pemberian tanggung jawab dari unit kerja secara tertulis dan bahkan tidak ada yang mempunyai tanggung jawab dari unit kerja yang diberikan
oleh pimpinan kepada staf puskesmas. Yang di lakukan selama ini hanya merupakan kebiasaan rutin yang dilaksanakan selama bertahun- tahun. Begitu juga dengan
prosedur kerja yang merupakan bagian dari desain pekerjan. Staf beranggapan bahwa dengan melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur kerja akan membuat pekerjaan
tersebut menjadi bertele-tele, akibatnya staf lebih memilih jalan pintas dalam melaksanakan pekerjaannya. Prosedur kerja sering dianggap sebagai beban tambahan
dan juga ada faktor sulit untuk merubah kebiasaan kerja yang sudah dilakukan selam bertahun-tahun. Staf tidak menyadari bahwa bekerja sesuai dengan prosedur kerja
Universitas Sumatera Utara
sangat penting sebagai acuan kerja diamana prosedur kerja meliputi petunjuk atau acuan yang berisi tahapan dalam melakukan pekerjaan yang memberikan kontrol
terhadap proses dan hasil dari suatu pekerjaan tersebut sehingga hasilnya selalu konsisten. Demikian juga dengan standar kualitas kerja dimana standar kualitas kerja
tersebut sudah ditentukan oleh Departemen Kesehatan yang dikenal dengan Standar Pelayanan Minimal. Staf mempunyai target kerja selama 1 satu tahun, dimana target
tersebut harus dicapai dengan baik. Dalam kenyatannya seringkali dalam melakukan pekerjaannya staf tidak mengetahui atau tidak ingat standar kualitas kerjanya selama
1 tahun, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Jika standar kualitas kerja dalam unit kerja tercapai maka kinerja yang dihasilkan oleh staf unit tersebut adalah baik.
Sejalan dengan penelitian Vera 2009 tentang pengaruh desain pekerjaan terhadap gairah kerja menyatakan bahwa desain pekerjaan berpengaruh signifikan
terhadap gairah kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,942. Hal ini berarti dengan adanya kejelasan desain pekerjaan yang diberikan perusahaan kepada karyawan akan
meningkatkan gairah kerja karyawan. Meningkatnya gairah karyawan membuat kinerja karyawan menjadi lebih baik.
Penelitian Hotmida 2009 juga menyimpulkan bahwa kinerja perawat memang dipengaruhi oleh desain pekerjaan dan beberapa unsur lain seperti umur,
lama kerja, pendidikan,status pernikahan, status kepegawaian, persepsi seorang perawat terhadap kepemimpinan, imbalan, fasilitas kerja , struktur organisasi,
supervisi dan penghargaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irnanda 2011 tentang pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dimana diperoleh hasil bahwa umumnya perawat pelaksana belum merasa memiliki tanggung jawab atas
pekerjaanya. Hasilnya terbukti dengan rendahnya kinerja dari perawat pelaksana di rumah sakit tersebut.
5.2 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun