64 memproduksi emulgel. Selain itu, bahan yang digunakan merupakan
bahan yang mudah didapat dan ekonomis. 5.
Tidak memerlukan proses sonikasi yang intensif. Dalam membuat molekul vesikular memerlukan sonikasi yang dapat menyebabkan kebocoran atau
degradasi obat. Namun, permasalahan ini tidak ditemui ketika membuat emulgel karena tidak memerlukan sonikasi Haneefa, et al., 2013.
2.11 HLB Hydrophile-Lipophile Balance
HLB pada emulsifier merupakan pernyataan keseimbangan ukuran dan kekuatan dari gugus hidrofilik polar dan gugus lipofilik nonpolar dari
emulsifier. Seluruh emulsifier terdiri dari molekul yang terdapat kombinasi keduanya yaitu gugus hidrofil dan lipofil. Emulsifier yang bersifat lipofilik
ditandai dengan angka HLB yang rendah dibawah 9 dan emulsifier yang bersifat hidrofilik ditandai dengan angka HLB yang tinggi diatas 11 ICI Americas,
1976. Adapun
fungsi surfaktan
yang ditetapkan
berdasarkan HLB
dikelompokkan menjadi :
Tabel 2.3 Aktivitas dan harga HLB surfaktan
Aktivitas HLB
Antibusa 1 sampai 3
Pengemulsi am 3 sampai 6
Zat pembasah 7 sampai 9
Pengemulsi ma 8 sampai 18
Pelarut 15 sampai 20
Detergen 13 sampai 15
Sumber : Ansel, 2008. Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-
minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam
Universitas Sumatera Utara
65 penyiapan suatu emulsi, seseorang dapat memilih zat pengemulsi yang
mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari emulsi yang dimaksud.
2.12 Teori Emulsifkasi
Tidak ada teori emulsifikasi yang umum, karena emulsi dapat dibuat dengan menggunakan beberapa tipe zat pengemulsi yang masing-masing berbeda
bergantung pada cara kerjanya dengan prinsip yang berbeda untuk mencapai suatu produk yang stabil Martin, dkk., 1993.
Zat pengemulsi bisa dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut : 1.
Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada antarmuka minyakair membentuk lapisan monomolekuler dan mengurangi
tegangan antarmuka. 2.
Koloida hidrofilik, yang mempunyai suatu lapisan multimolekuler sekitar tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam suatu emulsi ow.
3. Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorpsi pada batas
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk suatu lapisan partikel di sekitar bola-bola terdispers Martin, dkk., 1993.
2.12.1 Adsorpsi monomolekular
Zat yang aktif pada permukaan, mengurangi tegangan antarmuka karena adsorpsinya pada batas minyakair membentuk lapisan-lapisan monomolekular.
Pengurangan energi bebas permukaan kemungkinan bukan merupakan faktor yang termasuk utama. Faktor yang lebih bermakna adalah kenyataan bahwa
tetesan-tetesan terdispers dikelilingi oleh suatu lapisan monolayer yang saling melekat yang membantu mencegah terjadinya pengelompokan antara dua tetesan
Universitas Sumatera Utara
66 ketika kedua tetesan tersebut saling mendekat. Idealnya, lapisan seperti itu harus
fleksibel, sehingga ia sanggup terbentuk kembali dengan cepat jika pecah atau diganggu. Suatu efek tambahan yang mendorong terjadinya kestabilan adalah
adanya suatu muatan permukaan yang akan menyebabkan tolak-menolak antar partikel yang berdekatan Martin, dkk., 1993.
Tipe emulsi yang dihasilkan, ow atau wo, terutama bergantung pada sifat zat pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan hidrofil-lipofil
Hydrophile-Lipophile Balance yakni sifat polar – nonpolar dari pengemulsi.
Kenyataannya surfaktan adalah suatu pengemulsi, zat pembasah, detergen atau zat penstabil Martin, dkk., 1993.
Gambar 2.5 Gambaran skematis dari tetesan minyak dalam suatu emulsi minyak-
air menunjukkan orientasi molekul Tween dan Span pada antarmuka Martin, dkk., 1993.
Dalam praktek, penggunaan pengemulsi kombinasi dalam pembuatan emulsi saat ini lebih sering dibandingkan dengan penggunaan zat tunggal. Atlas-
ICI merekomendasikan bahwa Tween hidrofilik dikombinasi dengan suatu Span lipofilik, dan memvariasikan perbandingan-perbandingan tersebut sedemikian
Universitas Sumatera Utara
67 rupa sehingga menghasilkan emulsi ow atau wo yang diinginkan. Boyd et al
membicarakan gabungan molekular dari Tween 40 dan Span 80 dalam menghasilkan emulsi. Dalam gambar 2.5, bagian hidrokarbon dari molekul Span
80 sorbitan mono-oleat berada dalam bola minyak dan radikal sorbitan berada dalam fase air. Bagian kepala sorbitan dari molekul-molekul Span mencegah ekor
hidrokarbon dari penggabungan yang erat dalam fase minyak. Bila Tween 40 polioksietilen 20 sorbitan monopalmitat ditambahkan, ia mengarah pada batas
sedemikian rupa sehingga sebagian dari ekor hidrokarbon ada dalam fase minyak., dan dari rantai tersebut bersama-sama dengan cincin sorbitan dan rantai
hidrokarbon dari molekul Tween 40 berada dalam bola minyak antara rantai- rantai Span 80, dan penyusunan ini menghasilkan atraksi gaya tarik-menarik
Van Der Waals yang efektif Martin, dkk., 1993.
2.12.2 Adsorpsi molekular
Koloida liofilik berhidrat telah digunakan sejak bertahun-tahun sebagai zat pengemulsi, walaupun penggunaannya menurun dikarenakan banyaknya surfaktan
sintetik yang ada sekarang. Artinya koloid liofilik ini bisa dianggap seperti zat aktif permukaan karena tampak pada batas antarmuka minyakair. Tetapi zat ini
berbeda dari zat aktif permukaan sintetis dalam hal a tidak menyebabkan menurunnya tegangan antarmuka yang bermakna dan b membentuk suatu
lapisan multimolekular. Bekerjanya sebagai zat pengemulsi terutama karena efek yang kedua ini, karena lapisan-lapisan yang terbentuk tersebut kuat dan
menghambat terjadinya penggabungan. Karena zat pengemulsi yang membentuk lapisan multilayer di sekitar tetesan selalu hidrofilik, maka zat ini cenderung
untuk membentuk emulsi ow Sinko, 2002.
Universitas Sumatera Utara
68
2.12.3 Adsorpsi partikel padat
Partikel-partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi sampai derajat tertentu oleh minyak dan air, dapat bekerja sebagai zat pengemulsi. Hal ini
disebabkan partikel padat tersebut terkonsentrasi pada antarmuka tempat partikel tersebut menghasilkan suatu selaput partikulat di sekitar tetesan terdispersi
sehingga dapat mencegah terjadinya penggabungan. Serbuk yang mudah dibasahi oleh air akan membentuk emulsi tipe ow, sedangkan serbuk yang mudah dibasahi
oleh minyak akan membentuk emulsi wo Martin, dkk., 1993.
2.13 Stabilitas Emulsi
Kestabilan dari emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna dan sifat-
sifat fisik lainnya yang baik Martin, dkk., 1993. Menurut persamaan Stokes, laju pemisahan dari fase terdispers dari suatu
emulsi dapat dihubungkan dengan faktor-faktor seperti, ukuran partikel dari fase terdipers, perbedaan dalam kerapatan antarfase, dan viskositas fase luar. Perlu
diingat bahwa laju pemisahan ditingkatkan oleh makin besarnya ukuran partikel fase dalam, makin besarnya perbedaan kerapatan antara kedua fase, dan
berkurangnya viskositas dari fase luar, oleh karena itu untuk meningkatkan stabilitas suatu emulsi, bulatan atau ukuran partikel harus dibuat sehalus mungkin,
perbedaan fase terdispers dan fase luar harus sekecil mungkin, dan viskositas fase luar harus cukup tinggi Ansel, 2008.
2.14 Ketidakstabilan Emulsi