Pada tabel Anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai F
hitung
sebesar 42,902 yang lebih besar dari F
tabel
yaitu 2,73 dan probabilitas value atau signifikansi dalam penelitian ini adalah 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian Derajat Desentralisasi Fiskal, Belanja Modal dan Ketergantungan Keuangan Daerah berpengaruh
secara simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji-t
Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya, sedangkan untuk melihat besarnya
pengaruh digunakan angka Beta atau Standardized Coefficients. Hasil pengujian untuk uji-t dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji Siginifkansi Parameter Individual Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1 Constant
125.440 15.687
7.996 .000
DDF 29.072
8.600 .471
3.381 .001
BM -1.718
.530 -.245
-3.240 .002
KKD -21.889
7.251 -.418
-3.019 .004
a. Dependent Variable: IPM
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil sebagai berikut. 1.
Pengujian Derajat
Desentralisasi Fiskal terhadap IPM
menunujukkan siginifikansi 0,001 0,05 dan t
hitung
= 3,381t
tabel
=1,66629. Perhitungant
tabel
dapat dilihat dengan caradf = n-k.
Universitas Sumatera Utara
Dimana n sebagai jumlah dari pengamatan 75 sementara k adalah jumlah dari variabel independen 3. Signifikansi Derajat
Desentralisasi Fiskal yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
yang lebih kecil daripada t
tabel
pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara Derajat Desentralisasi Fiskal
dengan IPM. Koefisien regresi Derajat Desentralisasi Fiskal yang bernilai positif 29,072 menunjukkan bahwa Derajat Desentralisasi
Fiskal berpengaruh postif terhadap IPM. 2.
Pengujian Belanja Modalterhadap IPM menunujukkan siginifikansi 0,002 0,05 dan t
hitung
= -3,240
t
tabel
= 1,66629.
Perhitungant
tabel
dapat dilihat dengan caradf = n-k. Dimana n sebagai jumlah dari pengamatan 75 sementara k adalah jumlah
dari variabel independen 3. Signifikansi Belanja Modal yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
yang lebih kecil daripada t
tabel
pada penelitian ini menunjukkan menunjukkan hubungan yang signifikan antara Belanja Modal dengan IPM. Koefisien regresi
Belanja Modal yang bernilai negatif -1,178 menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh negatif terhadap IPM.
3. Pengujian
Ketergantungan Keuangan Daerahterhadap IPM menunujukkan siginifikansi 0,004 0,05 dan t
hitung
= -3,019 t
tabel
= 1,66629. Perhitungant
tabel
dapat dilihat dengan caradf = n-k. Dimana n sebagai jumlah dari pengamatan 75 sementara k adalah
jumlah dari variabel independen 3. Signifikansi Ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Daerah yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
yang lebih kecil daripada t
tabel
pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara Ketergantungan Keuangan Daerah
dengan IPM. Koefisien regresi Ketergantungan Keuangan Daerah yang bernilai negatif
-21,889 menunjukkan bahwa Ketergantungan Keuangan Daerah berpengaruh negatif terhadap
IPM.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan atas hasil pengujian statistik yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
4.2.1 Pengaruh Derajat Desentraliasi Fiskal terhadap IPM
Nilai Derajat Desentraliasi Fiskal yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan antara PAD dengan total pendapatan daerah
yang bersangkutan. Berdasarkan pengujian statistik dengan uji-t terhadap variabel Derajat Desentraliasi Fiskal menunjukkan bahwa secara parsial
variabel Derajat Desentraliasi Fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM. Dengan demikian, secara
statistik Derajat Desentraliasi Fiskalberpengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia. Hal ini berarti, semakin tinggi Derajat Desentraliasi Fiskal suatu daerahakan semakin tinggi juga Indeks Pembangunan Manusia
di daerah tersebut. Hasil penelitian ini terlihat dari Uji-t yang menunjukkan hasil t
hitung
3,381 t
tabel
1,66543 dengan tingkat signifikansi 0,001yang
Universitas Sumatera Utara