2.5. Imitasi Budaya Populer
Menurut Jalaluddin Rakhmat, teori peniruan modeling theories hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Di sini,
individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang- orang yang diamatinya dan meniru perilakunya. Membandingkan perilaku
seseorang dengan orang yang lain yang diamati, yang berfungsi sebagai model. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.
Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan orang-orang biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Media piktorial seperti televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Melalui media,
orang meniru perilaku idola mereka. Teori peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode berpakaian,
fashion, gaya berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya Rakhmat, 2005:216. Perilaku mempunyai arti yang lebih konkret daripada jiwa. Karena lebih
konkret itu, maka perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa. Termasuk dalam perilaku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka overt maupun tertutup
covert. Perilaku yang terbuka adalah perilaku yang kasat mata, dapat diamati secara langsung oleh panca indera, seperti : cara berpakaian atau cara berbicara.
Perilaku tertutup hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya Sarwono, 2009:8. Di dalam
33
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, perilaku yang diteliti mengenai perilaku yang terbuka atau perilaku yang kasat mata, yaitu dari cara menggunakan hijab yang modern.
Menurut Gerungan 2004:64, imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi
sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi,
pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat. Dengan demikian,
seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya menurut Gabriel Tarde dalam Ahmadi 2007:52,
perilaku imitasi adalah seluruh kehidupan sosial yang sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja, walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan
imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
perilaku imitasi adalah segala macam kegiatan yang ditiru atau dicontohkan oleh orang yang melihatnya. Perilaku imitasi ini bisa dalam wujud terbuka ataupun
tertutup. Maksud dari wujud terbuka ini adalah perilaku yang kasat mata dan dapat diamati secara langsung oleh pancaindra, seperti : cara berpakaian atau cara
berbicara. Sedangkan wujud yang tertutup adalah perilaku yang tertutup dan hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih, berkhayal,
bermimpi, takut, dan sebagainya. Alex Sobur dalam bukunya Psikologi Umum 2003:152 mengemukakan
bahwa ada beberapa indikator yang terdapat dalam perilaku imitasi, diantaranya : 34
Universitas Sumatera Utara
1. Indikator motif. Meliputi dorongan yang bersifat irasional maupun yang rasional, ikut-
ikutan dan uji coba. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindak pemilihan diantara jenis kegiatan karena rasa senang.
Namun kenyataannya sering kali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan rasa senang saja, banyak pertimbangan lainnya, sehingga mampu
meningkatkan harga dirinya dan dikagumi. 2. Indikator Mode.
Mencakup kegiatan yang sedang popular dan digemari oleh banyak orang. Adapun kesempatan dari aspek-aspek yang mendasari perilaku seseorang
dalam berperilaku adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan untuk melakukan perilaku.
Dalam penelitian ini, imitasi atau peniruan yang terjadi adalah imitasi dalam hal budaya dalam menggunakan hijab, dimana dahulu hijab dianggap kuno,
lebih tradisional, monoton, tidak modis, tidak gaul, konvensional, berbentuk kotak, menutup dada, tidak dililit-lilit, dan biasa saja; tetapi sekarang hijab lebih
modis, modern, menarik, gaya, menampilkan berbagai model bervariasi, treni, menggunakan berbagai macam corak, berbagai macam aksesoris, dan lain
sebagainya yang dapat menarik daya tarik penggunanya tanpa menghilangkan sisi religius dari penggunaan hijab. modis, modern, menampilkan berbagai model.
Kemunculan hijab modern ini berasal dari adanya kebudayaan baru yang pada awalnya tidak ada Indonesia. Kebudayaan baru itu dikenal dengan kebudayaan
populer atau yang biasa disebut juga dengan budaya pop. 35
Universitas Sumatera Utara
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya perlu pahami dulu tentang kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk
mendefinisi kan budaya pop perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya”
dan ”populer”. John Storey mengutip tiga pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Raymond Williams, yaitu :
Pertama, pengertian kebudayaan mengacu pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. Kedua, kebudayaan bisa berarti
pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Terakhir, kebudayaan diartikan untuk merujuk pada karya dan praktek-praktek
intelektual dan terutama aktivitas artistik Storey, 2003:2.
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Williams memaknai istilah populer sebagai berikut : 1 banyak disukai orang; 2 jenis kerja
rendahan; 3 karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; 4 budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri Storey, 2003:10. Kemudian
untuk mendefinisikan budaya pop perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”. Selanjutnya dapat dilihat definisi mengenai budaya pop,
berikut ini : 1. Budaya Pop merupakan budaya yang menyenangkan dan disukai banyak
orang. Contoh : buku novel atau larisnya album single RB. Definisi budaya pop dengan demikian harus mencakup dimensi kuantitatif, apakah
suatu budaya itu dikonsumsi oleh banyak orang. Pop-nya budaya populer menjadi sebuah prasyarat.
2. Definisi kedua budaya Pop adalah budaya sub standar, yaitu kategori residual sisa untuk mengakomodasi praktek budaya yang tidak memenuhi
persyaratan budaya tinggi. Budaya tinggi merupakan kreasi hasil kreativitas individu, berkualitas, bernilai luhur, terhormat dan dimiliki oleh golongan elit,
seperti para seniman, kaum intelektual dan kritikus yang menilai tinggi rendahnya karya budaya. Sedangkan budaya pop adalah budaya komersial
memiliki nilai jual dampak dari produksi massal. Contohnya :
Pers pop
Pers berkualitas Sinema pop
Sinema berkualitas Hiburan pop
Senibudaya 3. Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh
massa untuk dikonsumsi massa. Budaya ini dikonsumsi tanpa pertimbangan 36
Universitas Sumatera Utara
apakah budaya tersebut dapat diterima di dalam masyarakat atau tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif.
4. Budaya pop berasal dari pemikiran postmodernisme. Hal ini berarti pemikiran tersebut tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya
tinggi dan budaya pop dan menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial. Storey, 2003 : 10-16.
Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti
pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan semacamnya. Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan,
maka budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan
sebagai by pass penyebaran pengaruh di masyarakat Bungin, 2008:100. Sebagaimana yang dijelaskan bahwa budaya populer lebih banyak
mempertontonkan sisi hiburan, yang kemudian mengesankan lebih konsumtif. Richard Dyer mengatakan hiburan merupakan kebutuhan pribadi masyarakat
yang telah dipengaruhi oleh struktur kapitalis Bungin, 2008:101-102. Saat ini, istilah budaya populer umumnya lebih disukai karena istilah ini
dengan sederhana berarti apa yang sebagian atau banyak orang sukai. Istilah ini juga memiliki konotasi dengan apa yang populer di kalangan masyarakat
McQuail, 2011:66. Budaya populer yang intinya berarti budaya yang populer dan dinikmati oleh banyak orang sekarang ini menjadi pilihan dan tidak lagi
membawa asosiasi yang buruk. Budaya pop dalam hal ini adalah produk persilangan dari upaya yang banyak dan tiada henti untuk berekpresi dengan cara
kontemporer yang bertujuan menjangkau orang dan menjaring pasar, dan sebuah tuntutan yang aktif dari orang-orang yang disebut Fiske sebagai makna dan
kesenangan McQuail, 2011:128. 37
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk melihat mengenai imitasi budaya populer hijab modern, maka peneliti akan memaparkan apa yang dimaksud dengan hijab. Hijab
adalah salah satu identitas seorang muslimah. Selain itu, hijab adalah busana muslim terusan panjang yang menutupi seluruh badan kecuali, tangan, kaki, dan
wajah yang biasa dikenakan oleh para perempuan muslim. Mengenakan hijab terkait dengan tuntutan syariat islam yang mewajibkan muslimah untuk menutup
aurat dengan cara menggunakan pakaian tertentu yang dikenal dengan istilah jilbab hijab.
Namun, jilbab dan hijab tentu berbeda secara spesifik. Syekh al-Bani berkata, Setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab,
sebagaimana yang tampak. Sehingga, memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu
yang menutupi dirinya, baik berupa tembok sekat, ataupun yang lainnya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah SWT berikut ini : ........... Apabila kamu
meminta sesuatu keperluan kepada mereka istri-istri nabi, maka mintalah dari belakang tabir... QS. Al-Ahzab 33 ayat 53.
Secara etimologis hijab berasal dari bahasa Arab jalaba, yang berarti menghimpun atau membawa. Istilah hijab di negara lain memiliki penamaan
yang berbeda-beda. Contohnya, di Iran disebut chador, di India dan pakistan disebut pardeh, di Libya disebut milayat, di Irak disebut abaya, di turki charshaf,
dan di Malaysia di sebut tudung, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan kata hijab untuk kata jilbab.
Sedangkan, kerudung, yang lazim dikenal di Indonesia, dalam Al-Quran disebut khumur. Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT. Sebagai berikut:
38
Universitas Sumatera Utara
.......... Dan, hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ....... QS. An-Nuur 24 ayat 31.
Kata khumur dalam penggalan ayat tersebut merupakan bentuk jama plural dari kata khamar. Dalam bahasa Indonesia, khamar diartikan kerudung
yang tidak lebar dan tidak panjang. Imam AL-Qurthubi menerjemahkan khumur secara lebih luas, yaitu semua yang menutupi kepala wanita, baik itu panjang atau
pendek. Begitu juga dengan Imam Al-Alusi, dia menerjemahkannya dengan kata miqnaah, yang berarti tutup kepala, tanpa menjelaskan bentuknya panjang atau
lebarnya secara konkret. Jika ditelaah lebih jauh, ayat Al-Quran tersebut sebenarnya
memerintahkan untuk memanjangkan kain penutup itu kebagian dada, yang diambil dari kata juyub saku-saku baju. Artinya, jika perempuan hanya
memakai penutup kepala tanpa memanjangkannya kebagian dada, maka ia belum melaksanakan perintah dalam ayat tersebut. Dengan kata lain, penutup kepala
menurut ayat tersebut haruslah panjang menutup dada dan sekitarnya, selain juga baju muslimah yang menutupinya.
Hijab di Indonesia memang identik dengan kerudung khumur atau kain menutupi kepala, terutama rambut, telinga, dan leher kecuali wajah.
Di Indonesia, penggunaan kata hijab memang dipakai secara luas sebagai busana yang lebih dikenal dengan kerudung yang menutupi area kepala perempuan
kecuali wajah. Kerudung ini biasanya dirangkai dengan baju yang menutupi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki Firdaus, 2013:17-19.
Kata hijab atau jilbab dimasukkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pada tahun 1990, bersamaan dengan mulai populernya penggunan hijab
39
Universitas Sumatera Utara
atau jilbab di kalangan muslimah perkotaan. Dalam kosata bahasa Indonesia atau menurut KBBI, hijab atau jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai perempuan
muslim untuk menutupi kepala dan lehernya sampai dada. Karenanya, mereka yang menutupi bagian itu disebut orang yang berhijab atau berjilbab Prasetia,
2010:31. Dengan demikian, hijab merupakan sesuatu cara atau media bagi
perempuan untuk menutup aurat. Seperti yang diketahui, menurut sebagian ulama, aurat bagi seorang perempuan yang wajib ditutup adalah seluruh
tubuhnya, kecuali wajahmuka dan seluruh telapak tangannya sampai pergelangan tangan. Ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud dari Aisyah, Hai Asmaa Sesungguhnya perempuan itu apabila ia telah dewasasampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu
dari dirinya melainkan ini dan ini. Rasulullah SAW berkata sambil menunjuk wajahmuka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya sendiri Fitri dan
Khasanah, 2013:3. Jadi, rambut perempuan termasuk juga aurat yang tidak boleh sembarangan orang memegang atau bahkan melihatnya, kecuali mahram.
Selanjutnya, dapat dilihat perkembangan pemakaian hijab di Indonesia. Hal ini bertujuan agar dapat dipahami perjuangan hidup lahir dan batin muslimah
terdahulu dalam menumbuhkan semangat berhijab. Beberapa tahun kebelakang, berbagai kasus tentang pelarangan hijab memang banyak terjadi di negara
sekuler. Bahkan, pada dekade 80an, di Indonesia juga terjadi kasus sama. Maraknya muslimah yang berhijab di negeri ini tentu saja tidak datang
secara tiba tiba dan tidak tumbuh seperti jamur dimusim hujan. Hijab tumbuh subur di Nusantara setelah melalui perjuangan, pengorbanan, air mata, dan derita
40
Universitas Sumatera Utara
panjang para muslimah. Setidaknya, sejarah mencatat bahwa perjuangan kaum muslimah pengguna hijab mulai marak sejak awal 1980-an. Meskipun demikian,
sebelum itu, sebenarnya juga telah ada yang memperjuangkannya. Namun, semua pihak sepakat bahwa gerakan yang secara masif mengajak kaum muslimah di
Indonesia untuk menutup aurat dimulai sejak tahun 1980-an, seiring dengan semangat kebangkitan Islam diseluruh dunia.
Seperti yang ditulis dalam sejarah, pada tahun 1983, terjadi perdebatan ihwal pengguna hijab di sekolah antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Noegroho Notosoesanto yang kemudian direspon oleh MUI Majelis Ulama Indonesia. Waktu itu, hijab masih menggunakan kata kerudung. Pada tahun1984
saja, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia belum ada kata hijab atau jilbab, yang digunakan adalah kata yang belum populer pada saat itu, yaitu hijab yang
merujuk pada kain penutup aurat perempuan muslim dan 4 tahun belakang ini kata itu mulai populer lagi di Indonesia.
Sejak dahulu hingga sekarang, hijab memang selalu mengalami transformasi. Awalnya, hanya sedikit perempuan muslim yang memakai hijab.
Namun secara perlahan, kini perkembangan perempuan yang memakai hijab terus tumbuh sebagai sebuah kewajiban dalam menutup aurat. Hal ini juga tidak
terlepas dari peran beberapa desainer yang merancang pakaian dan hijab modern atau tren yang mengikuti mode fashion, sehingga kelihatan tidak ketinggalan
zaman. Dahulu, sebelum mode fashion hijab banyak muncul di pasaran, memang banyak orang yang berpendapat bahwa hijab adalah pakaian orang kampung atau
kolot, seperti orang yang hidup di zaman dahulu dan sudah kuno Fitri dan Khasanah, 2013:15. Anggapan tersebut dapat dilihat dari beberapa syarat hijab
41
Universitas Sumatera Utara
yang dijadikan sebagai standart mode hijab berdasarkan ayat Al-Quran, hadists Nabi, dan atsar salaf sebagai berikut :
1. Menutup seluruh anggota tubuh, selain bagian yang dikecualikan wajah dan kedua telapak tangan.
2. Tidak dimaksudkan untuk berhias diri. 3. Harus tebal dan tidak tipis.
4. Harus longgar dan tidak ketat. 5. Tidak berbau apek tetapi juga tidak beraroma wangi.
6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. 7. Bukan merupakan pakaian kemasyhuran atau popularitas Al-Albani,
2013:59. 8. Bahan dan modelnya jangan terlalu mewah dan berlebihan atau mencolok
mata, dengan warna yang aneh-aneh, sehingga menarik perhatian orang. Apalagi jika sampai menimbulkan rasa angkuh dan sombong Fitri dan
Khasanah, 2013:17-18.
Namun, kini sepertinya pernyataan itu mulai terkikis dengan lahirnya banyak mode hijab. Sebelumnya memang jarang orang yang berhijab, baik anak
muda maupun orang tua. Namun dengan munculnya model kerudung yang beraneka ragam, banyak muslimah yang kini memakai hijab. Walaupun tidak
semuanya murni lahir dari diri sendiri atau hanya ingin mengikuti mode saja, mode hijab yang kini semakin beraneka ragam dapat mengubah masyarakat yang
awalnya beranggapan bahwa hijab itu menyeramkan menjadi menyukainya. Ini adalah salah satu dampak positif perkembangan mode hijab Fitri dan Khasanah,
2013:15-16. Selain itu ada beberapa manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari menggunakan hijab, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Rambut seorang perempuan muslimah yang berhijab terlindung dari sengatan panas matahari dan terlindungi dari debu serta polusi, sehingga, rambutnya
kelihatan selalu bersinar. 2. Dihormati sebagai seorang muslimah. Penghormatan yang dimaksud tentu
saja bukan seperti anak buah kepada atasan. Penghormatan ini lebih abstrak. Orang-orang disekitar akan memperlakukan dengan baik karena mereka
melihat orang yang menggunakan hijab sebagai orang yang baik akhlaknya. Hijab yang dikenakan menjaga seseorang dari perbuatan yang asusila. Karena
itu, berhijab harus secara sempurna, sehingga sama sekali tidak menampakkan daya tarik seksual dari sipengguna.
3. Identitas para muslimah semakin jelas. Dengan memakai hijab, identitas 42
Universitas Sumatera Utara
muslimah akan mudah diketahui oleh orang lain. Tidak perlu menunjukkan apa pun karena orang dengan mudah mengenali yang dikenakan. Secara
otomatis, oang lain akan memperlakukannya sebagai seorang muslim. Misalnya, jika bertemu dengan muslimah yang lain, mereka akan menyapa
dan memberikan perhatian. Mereka akan meringankan kesulitan dan membantunya apabila membutuhkan.
4. Berhijab membuat pengguna lebih anggun dan cantik. Sebuah perasaan yang aman dan tenang akan mendorong seseorang untuk selalu tersenyum dan
memancarkan wajah yang menyenangkan. Karena setelah mengenakan hijab, pengguna akan menjadi muslimah yang cantik dan anggun. Dengan
sendirinya, wajah cantik itu akan terlihat dari diri pengguna. Tentu saja, kecantikan ini adalah kecantikan dari dalam, bukan karena make-up dari salon
kecantikan. Kecantikan ini juga tidak dapat dibuat-buat. Ia tidak dapat pula direkayasa, namun bersifat alami dan hakiki. Ia muncul dengan keikhlasan
mengenakan hijab. Inilah anugerah Allah yang harus disyukuri.
5. Berhijab membuat pengguna semakin termotivasi untuk baik dan shalihah. Dengan mengenakan hijab, pengguna akan selalu termotivasi untuk
melakukan sesuatu lebih baik. Pakaian itulah nantinya yang akan membantu pengguna termotivasi diri untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hijab
itulah yang nantinya membuka pintu kebaikan yang akan dimasuki kemudian. Dan, terbukalah pintu kebaikan lainnya yang mungkin selama ini tidak pernah
dibayangkan. Berkah hijab ini membuat pengguna semakin nyaman menjadi seorang muslim.
6. Berhijab membuat pengguna sulit berdosa. Dengan menggunakan hijab, hati lebih mudah ditata dan dikelola. Manajemen hawa nafsu menjadi semakin
stabil seiring dengan ilmu yang didapatkan. Di depan pengguna, banyak perbuatan dosa yang sudah sedemikian terbuka, dan bahkan para pelakunya
justru menawarkan kepada pengguna. Maka, harus membentengi diri sejak dini. Salah satu benteng yang dapat dipersiapkan adalah dengan
menggunakan hijab.
7. Berhijab membuat pengguna semakin terjaga dan selalu bisa istiqamah. Pengguna selalu berdoa kepada Allah untuk dikaruniai sifat istiqamah
konsisten dalam setiap amal yang dilakukan. Tidak terkecuali pula tentang amalan menggunakan hijab dan berharap dapat menggunakan hijab
seterusnya. Dengan menggunakan hijab, pengguna berharap dapat menjaga hati dari keputusan seperti itu. Pengguna pun dapat selalu istiqamah di jalan
Allah Firdaus, 2013:27-29.
Dalam beberapa tahun ini, fenomena menggunakan hijab dengan mode yang bervariasi atau hijab yang modern memang sedang menjadi tren di
Indonesia dan menjadi kebudayaan yang sedang populer saat ini. Fenomena Pemakaian hijab di Indonesia dengan berbagai variasi mode hingga membentuk
sebuah tren sebenarnya belum diketahui secara pasti kapan terjadinya di Indonesia. Tetapi dilihat dari perkembangannya, fenomena ini dimulai pada tahun
43
Universitas Sumatera Utara
2010 dan disertai dengan dibentuknya sebuah komunitas yang bernama Hijabers Community.
Hijabers Community atau Komunitas Hijabers Indonesia didirikan pada 27 November 2010 di Jakarta. Sekitar 30 perempuan dari berbagai latar belakang
dan profesi berkumpul bersama demi berbagi visi untuk membentuk sebuah komunitas yang menampung berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hijab dan
muslimah. Mereka berusaha menumbuhkan kecintaan terhadap islam melalui fashion. Hijabers Community tidak hanya berkembang di Jakarta, tetapi juga ada
di beberapa kota besar di Indonesia, contohnya : Komunitas Hijabers Bandung, Komunitas Hijabers Surabaya, Komunitas Hijabers Medan, Komunitas Hijabers
Solo, Komunitas Hijabers Palembang, dan lain sebagainya. Bahkan di kota kecil di Indonesia sekarang ini sudah ada Hijabers Community, seperti : Komunitas
Hijabers Dumai. Komunitas Hijabers ini memperkenalkan hijab yang lebih modern, stylish,
fashionable, modis, dan gaya; walaupun dengan menutup aurat. Selain itu, dalam komunitas Hijabers juga diajarkan mengenai make up, tutorial hijab, sharing
seputar hijab, fotografi, dan lain sebagainya. Berkembangnya fenomena tren fashion dan Komunitas Hijabers di seluruh dunia, terutama di Indonesia, menurut
penulis memiliki dampak positif maupun negatif, antara lain : a. Dampak Positif
a. Dengan dibentuknya sebuah komunitas tersebut, pemakaian hijab sebagai penutup tubuh para perempuan muslim semakin banyak dan menjadi tren.
b. Menjadi media dakwah, sehingga pemakaian hijab kini lebih menarik. c. Mencoba mengubah persepsi masyarakat yang menganggap hijab sebagai
bentuk fashion yang tidak mengikuti tren mode. d. Dibentuknya komunitas hijab sebagai upaya mempererat tali silaturrahmi
44
Universitas Sumatera Utara
antar sesama pengguna hijab. b. Dampak Negatif
a. Mengurangi esensi dari penggunaan hijab yang sesunguhnya. b. Dipandang sebagai salah satu produk kapitalisme digunakan sebagai ajang
bisnis. c. Menimbulkan kesenjangan sosial mengingat jenis-jenis hijab yang ada tidak
dapat dijangkau oleh semua kalangan sosial dan lain sebagainya. Dengan kehadiran Hijabers Community, hijab memang semakin dikenal
dan banyak diminati masyarakat Indonesia, karena hijab yang ditampilkan Hijabers Community ini merupakan hijab modern dan dapat menarik perhatian
orang yang melihatnya, sehingga sekarang ini hijab semakin diminati di Indonesia dan banyak orang yang mengikuti mode berhijab modern tersebut.
Hijab yang dikenakan Hijabers Community juga dianggap tidak kuno lagi seperti zaman dahulu. Memang, jika dilihat dari syarat hijab yang sesungguhnya, hijab
modern ini sudah lepas dari syariat Islam, karena orang yang menggunakan hijab modern pasti dianggap orang yang mengerti dengan fashion dan mode. Orang
yang bermode pasti akan menjadi pusat perhatian orang banyak, sedangkan menurut syarat hijab yang telah penulis kemukakan di atas, menggunakan hijab
jangan untuk mencari perhatian dan popularitas. Itulah kenyataan yang dapat dilihat sekarang ini, menggunakan hijab karena tren yang terjadi sekarang ini,
bukan karena agama dan peraturan yang ada dalam agama. Pendapat mengenai hal ini dapat dilihat dalam artikel Powell 2003, dia
mengatakan bahwa karena proses popularisasi busana muslim dan proses westernisasi terjadi bersama-sama di Indonesia, maka mode menjadi unsur
45
Universitas Sumatera Utara
berpakaian yang sangat penting dan pada saat ini kalau berhijab dianggap sebagai orang yang bermode. Oleh karena itu, ada banyak perempuan di Indonesia yang
baru berhijab. Selanjutnya Powell 2003 menjelaskan bahwa hijab bukan lagi sebagai lambang ibadah, tetapi lambang orang yang bermode saja. Maksudnya,
kalau berhijab, menjadi orang yang berpakaian sesuai dengan mode terakhir. Hijab tidak punya hubungan dengan ketaatan beragama lagi, karena siapa saja
bisa berhijab dan sebagian besar lebih khawatir bagaimana penampilannya jika berhijab daripada nilai ketaatan agamanya. Artikel tersebut mencerminkan
pendapat yang biasa terhadap adanya imitasi kebudayaan populer, yaitu : bahwa jika ada sesuatu dalam hal ini hijab modern yang populer, arti agama atau
sejarah sudah hilang Raleigh, 2004:11-12. Jadi fenomena yang dapat diihat sekarang ini, dengan adanya budaya
modern yang diterapkan atau digabungkan dalam hijab, hijab menjadi diterima masyarakat Indonesia dengan baik. Mereka juga beranggapan bahwa hijab itu
modis, modern, tidak terlihat kuno, dan mereka juga mulai meminati hijab yang awalnya mereka tidak mau menggunakan hijab dan akhirnya memutuskan untuk
memakai hijab. Perkembangan hijab juga semakin berkembang saat ini dan Rasulullah
SAW juga tidak pernah melarang seseorang untuk mengikuti tren modern yang menjadi budaya saat ini, namun jangan sampai melupakan syariat Islam saja.
Islam telah mensyariatkan hijab untuk menutup aurat para muslimah, jadi jangan sampai budaya modern mengikisnya Fitri dan Khasanah, 2013:30-31.
46
Universitas Sumatera Utara
2.6. Gaya Hidup