2.5. Imitasi Budaya Populer
Menurut  Jalaluddin  Rakhmat,  teori  peniruan  modeling  theories  hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Di sini,
individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang- orang  yang  diamatinya  dan  meniru  perilakunya.  Membandingkan  perilaku
seseorang  dengan  orang  yang  lain  yang  diamati,  yang  berfungsi  sebagai  model. Komunikasi  massa  menampilkan  berbagai  model  untuk  ditiru  oleh  khalayaknya.
Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih jelas dan lebih mudah  dimengerti  daripada  yang  dikemukakan  orang-orang  biasa  dalam
kehidupan  sehari-hari.  Media  piktorial  seperti  televisi,  film,  dan  komik  secara dramatis  mempertontonkan  perilaku  fisik  yang  mudah  dicontoh.  Melalui  media,
orang  meniru  perilaku  idola  mereka.  Teori  peniruanlah  yang  dapat  menjelaskan mengapa  media  massa  begitu  berperan  dalam  menyebarkan  mode  berpakaian,
fashion, gaya berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya Rakhmat, 2005:216. Perilaku mempunyai arti yang lebih konkret daripada jiwa. Karena lebih
konkret itu, maka perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa. Termasuk dalam perilaku disini  adalah perbuatan-perbuatan  yang terbuka  overt maupun tertutup
covert.  Perilaku  yang  terbuka  adalah  perilaku  yang  kasat  mata,  dapat  diamati secara  langsung  oleh  panca  indera,  seperti  :  cara  berpakaian  atau  cara  berbicara.
Perilaku tertutup hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih,  berkhayal,  bermimpi,  takut,  dan  sebagainya  Sarwono,  2009:8.  Di  dalam
33
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, perilaku yang diteliti mengenai perilaku yang terbuka atau perilaku yang kasat mata, yaitu dari cara menggunakan hijab yang modern.
Menurut Gerungan 2004:64, imitasi  bukan merupakan dasar pokok dari semua  interaksi  sosial,  melainkan  merupakan  suatu  segi  dari  proses  interaksi
sosial,  yang  menerangkan  mengapa  dan  bagaimana  dapat  terjadi  keseragaman dalam  pandangan  dan  tingkah  laku  diantara  orang  banyak.  Dengan  cara  imitasi,
pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat  dari  suatu  keseluruhan  kelompok  masyarakat.  Dengan  demikian,
seseorang  itu  dapat  lebih  melebarkan  dan  meluaskan  hubungan-hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya menurut Gabriel Tarde dalam Ahmadi 2007:52,
perilaku  imitasi  adalah  seluruh  kehidupan  sosial  yang  sebenarnya  berdasarkan pada  faktor  imitasi  saja,  walaupun  pendapat  ini  berat  sebelah,  namun  peranan
imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Berdasarkan  pengertian  di  atas,  peneliti  mengambil  kesimpulan  bahwa
perilaku imitasi adalah segala macam kegiatan yang ditiru atau dicontohkan oleh orang  yang  melihatnya.  Perilaku  imitasi  ini  bisa  dalam  wujud  terbuka  ataupun
tertutup.  Maksud  dari  wujud  terbuka  ini  adalah  perilaku  yang  kasat  mata  dan dapat diamati secara langsung oleh pancaindra, seperti : cara berpakaian atau cara
berbicara.  Sedangkan  wujud  yang  tertutup  adalah  perilaku  yang  tertutup  dan hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih, berkhayal,
bermimpi, takut, dan sebagainya. Alex  Sobur  dalam  bukunya  Psikologi  Umum  2003:152  mengemukakan
bahwa ada beberapa indikator yang terdapat dalam perilaku imitasi, diantaranya : 34
Universitas Sumatera Utara
1.  Indikator motif. Meliputi  dorongan  yang  bersifat  irasional  maupun  yang  rasional,  ikut-
ikutan  dan  uji  coba.  Pada  awalnya  dorongan  seorang  konsumen  untuk melakukan  tindak  pemilihan  diantara  jenis  kegiatan  karena  rasa  senang.
Namun kenyataannya sering kali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan rasa  senang  saja,  banyak  pertimbangan  lainnya,  sehingga  mampu
meningkatkan harga dirinya dan dikagumi. 2.  Indikator Mode.
Mencakup kegiatan yang sedang popular dan digemari oleh banyak orang. Adapun  kesempatan  dari  aspek-aspek  yang  mendasari  perilaku  seseorang
dalam berperilaku adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan untuk melakukan perilaku.
Dalam  penelitian  ini,  imitasi  atau  peniruan  yang  terjadi  adalah  imitasi dalam hal budaya dalam menggunakan hijab, dimana dahulu hijab dianggap kuno,
lebih  tradisional,  monoton,  tidak  modis,  tidak  gaul,  konvensional,  berbentuk kotak, menutup dada, tidak dililit-lilit, dan biasa saja; tetapi  sekarang hijab lebih
modis,  modern,  menarik,  gaya,  menampilkan  berbagai  model  bervariasi,  treni, menggunakan  berbagai  macam  corak,  berbagai  macam  aksesoris,  dan  lain
sebagainya yang dapat menarik daya tarik penggunanya tanpa menghilangkan sisi religius  dari  penggunaan  hijab.  modis,  modern,  menampilkan  berbagai  model.
Kemunculan  hijab  modern  ini  berasal  dari  adanya  kebudayaan  baru  yang  pada awalnya  tidak  ada  Indonesia.  Kebudayaan  baru  itu  dikenal  dengan  kebudayaan
populer atau yang biasa disebut juga dengan budaya pop. 35
Universitas Sumatera Utara
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya perlu pahami dulu  tentang  kata  “budaya”,  dan  selanjutnya  tentang  “pop”.  Selanjutnya  untuk
mendefinisi kan budaya pop perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya”
dan  ”populer”.  John  Storey  mengutip  tiga  pengertian  kebudayaan  yang dikemukakan oleh Raymond Williams, yaitu :
Pertama,  pengertian  kebudayaan  mengacu  pada  suatu  proses  umum perkembangan  intelektual,  spiritual,  dan  estetis.  Kedua,  kebudayaan  bisa  berarti
pandangan  hidup  tertentu  dari  masyarakat,  periode,  atau  kelompok  tertentu. Terakhir,  kebudayaan  diartikan  untuk  merujuk  pada  karya  dan  praktek-praktek
intelektual dan terutama aktivitas artistik Storey, 2003:2.
Sedangkan  kata  ”pop”  diambil  dari  kata  ”populer”.  Williams  memaknai istilah  populer  sebagai  berikut  :  1  banyak  disukai  orang;  2  jenis  kerja
rendahan; 3 karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; 4 budaya yang memang  dibuat  oleh  orang  untuk  dirinya  sendiri  Storey,  2003:10.  Kemudian
untuk  mendefinisikan  budaya  pop  perlu  mengkombinasikan  dua  istilah  yaitu ”budaya” dan ”populer”. Selanjutnya dapat dilihat definisi mengenai budaya pop,
berikut ini : 1.  Budaya  Pop  merupakan  budaya  yang  menyenangkan  dan  disukai  banyak
orang.  Contoh  :  buku    novel    atau    larisnya    album    single    RB.    Definisi budaya    pop  dengan  demikian  harus  mencakup  dimensi  kuantitatif,  apakah
suatu  budaya  itu  dikonsumsi  oleh  banyak  orang.  Pop-nya  budaya  populer menjadi sebuah prasyarat.
2.  Definisi  kedua  budaya  Pop  adalah  budaya  sub  standar,  yaitu  kategori residual sisa  untuk  mengakomodasi  praktek  budaya  yang  tidak  memenuhi
persyaratan  budaya  tinggi.  Budaya  tinggi  merupakan  kreasi  hasil  kreativitas individu, berkualitas, bernilai luhur, terhormat dan dimiliki oleh golongan elit,
seperti  para  seniman,  kaum  intelektual  dan  kritikus  yang  menilai  tinggi rendahnya  karya  budaya.  Sedangkan  budaya  pop  adalah  budaya    komersial
memiliki nilai  jual dampak dari produksi massal. Contohnya :
Pers pop
Pers berkualitas Sinema pop
Sinema berkualitas Hiburan pop
Senibudaya 3.  Budaya  pop  merupakan  budaya  massa,  yaitu  budaya  yang  diproduksi  oleh
massa untuk  dikonsumsi  massa.  Budaya  ini  dikonsumsi  tanpa  pertimbangan 36
Universitas Sumatera Utara
apakah  budaya  tersebut  dapat  diterima  di  dalam  masyarakat  atau  tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif.
4.  Budaya  pop  berasal  dari  pemikiran  postmodernisme.  Hal  ini  berarti pemikiran  tersebut  tidak  lagi  mengakui  adanya  perbedaan  antara  budaya
tinggi  dan  budaya  pop  dan  menegaskan  bahwa  semua  budaya    adalah budaya  komersial. Storey, 2003 : 10-16.
Kebudayaan  populer  banyak  berkaitan  dengan  masalah  keseharian  yang dapat  dinikmati  oleh  semua  orang  atau  kalangan  orang  tertentu,  seperti
pementasan  mega  bintang,  kendaraan  pribadi,  fashion,  model  rumah,  perawatan tubuh,  dan  semacamnya.  Sebuah  budaya  yang  akan  memasuki  dunia  hiburan,
maka budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Budaya  itu  akan  memperoleh  kekuatannya  manakala  media  massa  digunakan
sebagai by pass penyebaran pengaruh di masyarakat Bungin, 2008:100. Sebagaimana  yang  dijelaskan  bahwa  budaya  populer  lebih  banyak
mempertontonkan  sisi  hiburan,  yang  kemudian  mengesankan  lebih  konsumtif. Richard  Dyer  mengatakan  hiburan  merupakan  kebutuhan  pribadi  masyarakat
yang telah dipengaruhi oleh struktur kapitalis Bungin, 2008:101-102. Saat  ini, istilah budaya populer umumnya lebih disukai karena istilah ini
dengan sederhana berarti apa  yang sebagian  atau  banyak orang sukai.  Istilah ini juga  memiliki  konotasi  dengan  apa  yang  populer  di  kalangan  masyarakat
McQuail,  2011:66.  Budaya  populer  yang  intinya  berarti  budaya  yang  populer dan  dinikmati  oleh  banyak  orang  sekarang  ini  menjadi  pilihan  dan  tidak  lagi
membawa  asosiasi  yang  buruk.  Budaya  pop  dalam  hal  ini  adalah  produk persilangan dari upaya yang banyak dan tiada henti untuk berekpresi dengan cara
kontemporer yang bertujuan menjangkau orang dan menjaring pasar, dan sebuah tuntutan  yang  aktif  dari  orang-orang  yang  disebut  Fiske  sebagai  makna  dan
kesenangan McQuail, 2011:128. 37
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya  untuk  melihat  mengenai  imitasi  budaya  populer  hijab modern, maka peneliti akan memaparkan apa yang dimaksud dengan hijab. Hijab
adalah  salah  satu  identitas  seorang  muslimah.  Selain  itu,  hijab  adalah  busana muslim terusan panjang yang menutupi seluruh badan kecuali, tangan, kaki, dan
wajah  yang  biasa  dikenakan  oleh  para  perempuan  muslim.  Mengenakan  hijab terkait dengan tuntutan syariat islam yang mewajibkan muslimah untuk menutup
aurat  dengan  cara  menggunakan  pakaian  tertentu  yang  dikenal  dengan  istilah jilbab hijab.
Namun,  jilbab  dan  hijab  tentu  berbeda  secara  spesifik.  Syekh  al-Bani berkata,  Setiap  jilbab  adalah  hijab,  tetapi  tidak  semua  hijab  itu  jilbab,
sebagaimana  yang  tampak.  Sehingga,  memang  terkadang  kata  hijab dimaksudkan  untuk  makna  jilbab.  Adapun  makna  lain  dari  hijab  adalah  sesuatu
yang  menutupi  dirinya,  baik  berupa  tembok  sekat,  ataupun  yang  lainnya.  Inilah yang  dimaksud  dalam  firman  Allah  SWT  berikut  ini  :  ...........  Apabila  kamu
meminta sesuatu keperluan kepada mereka istri-istri nabi, maka mintalah dari belakang tabir... QS. Al-Ahzab 33 ayat 53.
Secara  etimologis  hijab  berasal  dari  bahasa  Arab  jalaba,  yang  berarti menghimpun  atau  membawa.  Istilah  hijab  di  negara  lain  memiliki  penamaan
yang  berbeda-beda.  Contohnya,  di  Iran  disebut  chador,  di  India  dan  pakistan disebut pardeh, di Libya disebut milayat, di Irak disebut abaya, di turki charshaf,
dan di Malaysia di sebut tudung,  sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab. Didalam  penelitian  ini,  penulis  menggunakan  kata  hijab  untuk  kata  jilbab.
Sedangkan, kerudung, yang lazim dikenal di Indonesia, dalam Al-Quran disebut khumur. Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT. Sebagai berikut:
38
Universitas Sumatera Utara
.......... Dan, hendaklah  mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ....... QS. An-Nuur 24 ayat 31.
Kata  khumur  dalam  penggalan  ayat  tersebut  merupakan  bentuk  jama plural  dari  kata  khamar.  Dalam  bahasa  Indonesia,  khamar  diartikan  kerudung
yang tidak lebar dan tidak panjang. Imam AL-Qurthubi menerjemahkan khumur secara lebih luas, yaitu semua yang menutupi kepala wanita, baik itu panjang atau
pendek. Begitu juga dengan Imam Al-Alusi, dia menerjemahkannya dengan kata miqnaah,  yang  berarti  tutup  kepala,  tanpa  menjelaskan  bentuknya  panjang  atau
lebarnya secara konkret. Jika  ditelaah  lebih  jauh,  ayat  Al-Quran  tersebut  sebenarnya
memerintahkan  untuk  memanjangkan  kain  penutup  itu  kebagian  dada,  yang diambil  dari  kata  juyub  saku-saku  baju.  Artinya,  jika  perempuan  hanya
memakai penutup kepala tanpa memanjangkannya kebagian dada, maka ia belum melaksanakan  perintah  dalam  ayat  tersebut.  Dengan  kata  lain,  penutup  kepala
menurut ayat tersebut haruslah panjang menutup dada dan sekitarnya, selain juga baju muslimah yang menutupinya.
Hijab di  Indonesia memang identik dengan kerudung khumur atau kain menutupi  kepala,  terutama  rambut,  telinga,  dan  leher  kecuali  wajah.
Di Indonesia, penggunaan kata hijab memang dipakai secara luas sebagai busana yang  lebih  dikenal  dengan  kerudung  yang  menutupi  area  kepala  perempuan
kecuali  wajah.  Kerudung  ini  biasanya  dirangkai  dengan  baju  yang  menutupi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki Firdaus, 2013:17-19.
Kata hijab atau jilbab dimasukkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pada tahun 1990, bersamaan dengan mulai  populernya penggunan hijab
39
Universitas Sumatera Utara
atau jilbab di kalangan muslimah perkotaan. Dalam kosata bahasa Indonesia atau menurut KBBI, hijab atau jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai perempuan
muslim  untuk  menutupi  kepala  dan  lehernya  sampai  dada.  Karenanya,  mereka yang  menutupi  bagian  itu  disebut  orang  yang  berhijab  atau  berjilbab  Prasetia,
2010:31. Dengan  demikian,  hijab  merupakan  sesuatu  cara  atau  media  bagi
perempuan  untuk  menutup  aurat.  Seperti  yang  diketahui,  menurut  sebagian ulama,  aurat  bagi  seorang  perempuan  yang  wajib  ditutup  adalah  seluruh
tubuhnya,  kecuali  wajahmuka  dan  seluruh  telapak  tangannya  sampai pergelangan tangan. Ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan
oleh  Abu  Dawud  dari  Aisyah,  Hai  Asmaa  Sesungguhnya  perempuan  itu apabila  ia  telah  dewasasampai  umur,  maka  tidak  patut  menampakkan  sesuatu
dari  dirinya  melainkan  ini  dan  ini.  Rasulullah  SAW  berkata  sambil  menunjuk wajahmuka  dan  kedua  telapak  tangan  hingga  pergelangannya  sendiri  Fitri  dan
Khasanah, 2013:3. Jadi, rambut perempuan termasuk juga aurat yang tidak boleh sembarangan orang memegang atau bahkan melihatnya, kecuali mahram.
Selanjutnya,  dapat  dilihat  perkembangan  pemakaian  hijab  di  Indonesia. Hal ini bertujuan agar dapat dipahami perjuangan hidup lahir dan batin muslimah
terdahulu  dalam  menumbuhkan  semangat  berhijab.  Beberapa  tahun  kebelakang, berbagai  kasus  tentang  pelarangan  hijab  memang  banyak  terjadi  di  negara
sekuler. Bahkan, pada dekade 80an, di Indonesia juga terjadi kasus sama. Maraknya  muslimah  yang  berhijab  di  negeri  ini  tentu  saja  tidak  datang
secara  tiba  tiba  dan  tidak  tumbuh  seperti  jamur  dimusim  hujan.  Hijab  tumbuh subur di Nusantara setelah melalui perjuangan, pengorbanan, air mata, dan derita
40
Universitas Sumatera Utara
panjang  para  muslimah.  Setidaknya,  sejarah  mencatat  bahwa  perjuangan  kaum muslimah pengguna hijab mulai marak sejak awal 1980-an. Meskipun demikian,
sebelum itu, sebenarnya juga telah ada yang memperjuangkannya. Namun, semua pihak  sepakat  bahwa  gerakan  yang  secara  masif  mengajak  kaum  muslimah  di
Indonesia  untuk  menutup  aurat  dimulai  sejak  tahun  1980-an,  seiring  dengan semangat kebangkitan Islam diseluruh dunia.
Seperti  yang  ditulis  dalam  sejarah,  pada  tahun  1983,  terjadi  perdebatan ihwal  pengguna  hijab  di  sekolah  antara  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan
Noegroho  Notosoesanto  yang  kemudian  direspon  oleh  MUI  Majelis  Ulama Indonesia. Waktu itu, hijab masih menggunakan kata kerudung. Pada tahun1984
saja,  dalam  Kamus  Umum  Bahasa  Indonesia  belum  ada  kata  hijab  atau  jilbab, yang  digunakan  adalah  kata  yang  belum  populer  pada  saat  itu,  yaitu  hijab  yang
merujuk  pada  kain  penutup  aurat  perempuan  muslim  dan  4  tahun  belakang  ini kata itu mulai populer lagi di Indonesia.
Sejak  dahulu  hingga  sekarang,  hijab  memang  selalu  mengalami transformasi.  Awalnya,  hanya  sedikit  perempuan  muslim  yang  memakai  hijab.
Namun secara perlahan, kini perkembangan perempuan yang memakai hijab terus tumbuh  sebagai  sebuah  kewajiban  dalam  menutup  aurat.  Hal  ini  juga  tidak
terlepas dari peran beberapa desainer yang merancang pakaian dan hijab modern atau  tren  yang  mengikuti  mode  fashion,  sehingga  kelihatan  tidak  ketinggalan
zaman. Dahulu, sebelum mode fashion hijab banyak muncul di pasaran, memang banyak orang yang berpendapat bahwa hijab adalah pakaian orang kampung atau
kolot,  seperti  orang  yang  hidup  di  zaman  dahulu  dan  sudah  kuno  Fitri  dan Khasanah,  2013:15.  Anggapan  tersebut  dapat  dilihat  dari  beberapa  syarat  hijab
41
Universitas Sumatera Utara
yang  dijadikan  sebagai  standart  mode  hijab  berdasarkan  ayat  Al-Quran,  hadists Nabi, dan atsar salaf sebagai berikut :
1.  Menutup seluruh anggota tubuh, selain bagian yang dikecualikan wajah dan kedua telapak tangan.
2.  Tidak dimaksudkan untuk berhias diri. 3.  Harus tebal dan tidak tipis.
4.  Harus longgar dan tidak ketat. 5.  Tidak berbau apek tetapi juga tidak beraroma wangi.
6.  Tidak menyerupai pakaian laki-laki. 7.  Bukan  merupakan  pakaian  kemasyhuran  atau  popularitas  Al-Albani,
2013:59. 8.  Bahan  dan  modelnya  jangan  terlalu  mewah  dan  berlebihan  atau  mencolok
mata,  dengan  warna  yang  aneh-aneh,  sehingga  menarik  perhatian  orang. Apalagi  jika  sampai  menimbulkan  rasa  angkuh  dan  sombong  Fitri  dan
Khasanah, 2013:17-18.
Namun,  kini  sepertinya  pernyataan  itu  mulai  terkikis  dengan  lahirnya banyak mode hijab. Sebelumnya memang jarang orang yang berhijab, baik anak
muda  maupun  orang  tua.  Namun  dengan  munculnya  model  kerudung  yang beraneka  ragam,  banyak  muslimah  yang  kini  memakai  hijab.  Walaupun  tidak
semuanya  murni  lahir  dari  diri  sendiri  atau  hanya  ingin  mengikuti  mode  saja, mode hijab yang kini semakin beraneka ragam dapat mengubah masyarakat yang
awalnya  beranggapan  bahwa  hijab  itu  menyeramkan  menjadi  menyukainya.  Ini adalah salah satu dampak positif perkembangan mode hijab Fitri dan Khasanah,
2013:15-16.  Selain  itu  ada  beberapa  manfaat  dan  keuntungan  yang  diperoleh dari menggunakan hijab, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.  Rambut seorang perempuan muslimah yang berhijab terlindung dari sengatan panas  matahari  dan  terlindungi  dari  debu  serta  polusi,  sehingga,  rambutnya
kelihatan selalu bersinar. 2.  Dihormati  sebagai  seorang  muslimah.  Penghormatan  yang  dimaksud  tentu
saja bukan seperti anak buah kepada atasan. Penghormatan ini lebih abstrak. Orang-orang  disekitar  akan  memperlakukan  dengan  baik  karena  mereka
melihat  orang  yang  menggunakan  hijab  sebagai  orang  yang  baik  akhlaknya. Hijab yang dikenakan menjaga seseorang dari perbuatan yang asusila. Karena
itu,  berhijab  harus  secara  sempurna,  sehingga  sama  sekali  tidak menampakkan daya tarik seksual dari sipengguna.
3.  Identitas  para  muslimah  semakin  jelas.  Dengan  memakai  hijab,  identitas 42
Universitas Sumatera Utara
muslimah  akan  mudah  diketahui  oleh  orang  lain.  Tidak  perlu  menunjukkan apa  pun  karena  orang  dengan  mudah  mengenali  yang  dikenakan.  Secara
otomatis,  oang  lain  akan  memperlakukannya  sebagai  seorang  muslim. Misalnya,  jika  bertemu  dengan  muslimah  yang  lain,  mereka  akan  menyapa
dan  memberikan  perhatian.  Mereka  akan  meringankan  kesulitan  dan membantunya apabila membutuhkan.
4.  Berhijab membuat pengguna lebih anggun dan cantik. Sebuah perasaan yang aman  dan  tenang  akan  mendorong  seseorang  untuk  selalu  tersenyum  dan
memancarkan wajah yang menyenangkan. Karena setelah mengenakan hijab, pengguna  akan  menjadi  muslimah  yang  cantik  dan  anggun.  Dengan
sendirinya,  wajah  cantik  itu  akan  terlihat  dari  diri  pengguna.  Tentu  saja, kecantikan ini adalah kecantikan dari dalam, bukan karena make-up dari salon
kecantikan.  Kecantikan  ini  juga  tidak  dapat  dibuat-buat.  Ia  tidak  dapat  pula direkayasa,  namun  bersifat  alami  dan  hakiki.  Ia  muncul  dengan  keikhlasan
mengenakan hijab. Inilah anugerah Allah yang harus disyukuri.
5.  Berhijab  membuat  pengguna  semakin  termotivasi  untuk  baik  dan  shalihah. Dengan  mengenakan  hijab,  pengguna  akan  selalu  termotivasi  untuk
melakukan sesuatu lebih baik.  Pakaian itulah nantinya  yang  akan membantu pengguna termotivasi diri untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hijab
itulah yang nantinya membuka pintu kebaikan yang akan dimasuki kemudian. Dan, terbukalah pintu kebaikan lainnya yang mungkin selama ini tidak pernah
dibayangkan.  Berkah hijab ini membuat  pengguna semakin nyaman menjadi seorang muslim.
6.  Berhijab membuat  pengguna sulit  berdosa. Dengan menggunakan hijab,  hati lebih  mudah  ditata  dan  dikelola.  Manajemen  hawa  nafsu  menjadi  semakin
stabil  seiring  dengan  ilmu  yang  didapatkan.  Di  depan  pengguna,  banyak perbuatan  dosa  yang  sudah  sedemikian  terbuka,  dan  bahkan  para  pelakunya
justru  menawarkan  kepada  pengguna.  Maka,  harus  membentengi  diri  sejak dini.  Salah  satu  benteng  yang  dapat  dipersiapkan  adalah  dengan
menggunakan hijab.
7.  Berhijab  membuat  pengguna  semakin  terjaga  dan  selalu  bisa  istiqamah. Pengguna  selalu  berdoa  kepada  Allah  untuk  dikaruniai  sifat  istiqamah
konsisten  dalam  setiap  amal  yang  dilakukan.  Tidak  terkecuali  pula  tentang amalan  menggunakan  hijab  dan  berharap  dapat  menggunakan  hijab
seterusnya.  Dengan  menggunakan  hijab,  pengguna  berharap  dapat  menjaga hati dari keputusan seperti itu. Pengguna pun dapat  selalu istiqamah di  jalan
Allah Firdaus, 2013:27-29.
Dalam  beberapa  tahun  ini,  fenomena  menggunakan  hijab  dengan  mode yang  bervariasi  atau  hijab  yang  modern  memang  sedang  menjadi  tren  di
Indonesia  dan  menjadi  kebudayaan  yang  sedang  populer  saat  ini.  Fenomena Pemakaian  hijab  di  Indonesia  dengan  berbagai  variasi  mode  hingga  membentuk
sebuah  tren  sebenarnya  belum  diketahui  secara  pasti  kapan  terjadinya  di Indonesia. Tetapi dilihat dari perkembangannya, fenomena ini dimulai pada tahun
43
Universitas Sumatera Utara
2010 dan disertai dengan dibentuknya sebuah komunitas yang bernama Hijabers Community.
Hijabers  Community  atau  Komunitas  Hijabers  Indonesia  didirikan  pada 27 November 2010 di Jakarta. Sekitar 30 perempuan dari berbagai latar belakang
dan  profesi  berkumpul  bersama  demi  berbagi  visi  untuk  membentuk  sebuah komunitas yang menampung berbagai kegiatan  yang berkaitan dengan hijab dan
muslimah.  Mereka  berusaha  menumbuhkan  kecintaan  terhadap  islam  melalui fashion. Hijabers Community tidak hanya berkembang di Jakarta, tetapi juga ada
di  beberapa  kota  besar  di  Indonesia,  contohnya  :  Komunitas  Hijabers  Bandung, Komunitas  Hijabers  Surabaya,  Komunitas  Hijabers  Medan,  Komunitas  Hijabers
Solo, Komunitas Hijabers Palembang, dan lain sebagainya. Bahkan di kota kecil di  Indonesia  sekarang  ini  sudah  ada  Hijabers  Community,  seperti  :  Komunitas
Hijabers Dumai. Komunitas Hijabers ini memperkenalkan hijab yang lebih modern, stylish,
fashionable, modis, dan gaya; walaupun dengan menutup aurat. Selain itu, dalam komunitas  Hijabers  juga  diajarkan  mengenai  make  up,  tutorial  hijab,  sharing
seputar  hijab,  fotografi,  dan  lain  sebagainya.  Berkembangnya  fenomena tren fashion dan Komunitas Hijabers di seluruh dunia, terutama di Indonesia, menurut
penulis memiliki dampak positif maupun negatif, antara lain : a. Dampak Positif
a.  Dengan  dibentuknya  sebuah  komunitas  tersebut,  pemakaian  hijab  sebagai penutup tubuh para perempuan muslim semakin banyak dan menjadi tren.
b.  Menjadi media dakwah, sehingga pemakaian hijab kini lebih menarik. c.  Mencoba  mengubah  persepsi  masyarakat  yang  menganggap  hijab  sebagai
bentuk fashion yang tidak mengikuti tren mode. d.  Dibentuknya  komunitas  hijab  sebagai  upaya  mempererat  tali  silaturrahmi
44
Universitas Sumatera Utara
antar sesama  pengguna hijab. b. Dampak Negatif
a.  Mengurangi esensi dari penggunaan hijab yang sesunguhnya. b.  Dipandang sebagai salah satu produk kapitalisme digunakan sebagai ajang
bisnis. c.  Menimbulkan kesenjangan sosial mengingat jenis-jenis hijab yang ada tidak
dapat dijangkau oleh semua kalangan sosial dan lain sebagainya. Dengan  kehadiran  Hijabers  Community,  hijab  memang  semakin  dikenal
dan  banyak  diminati  masyarakat  Indonesia,  karena  hijab  yang  ditampilkan Hijabers  Community  ini  merupakan  hijab  modern  dan  dapat  menarik  perhatian
orang  yang  melihatnya,  sehingga  sekarang  ini  hijab  semakin  diminati  di Indonesia  dan  banyak  orang  yang  mengikuti  mode  berhijab  modern  tersebut.
Hijab yang dikenakan Hijabers Community juga dianggap tidak kuno lagi seperti zaman  dahulu.  Memang,  jika  dilihat  dari  syarat  hijab  yang  sesungguhnya,  hijab
modern ini sudah lepas dari syariat Islam, karena orang yang menggunakan hijab modern  pasti  dianggap  orang  yang  mengerti  dengan  fashion  dan  mode.  Orang
yang  bermode  pasti  akan  menjadi  pusat  perhatian  orang  banyak,  sedangkan menurut  syarat  hijab  yang  telah  penulis  kemukakan  di  atas,  menggunakan  hijab
jangan  untuk  mencari  perhatian  dan  popularitas.  Itulah  kenyataan  yang  dapat dilihat  sekarang  ini,  menggunakan  hijab  karena  tren  yang  terjadi  sekarang  ini,
bukan karena agama dan peraturan yang ada dalam agama. Pendapat  mengenai  hal  ini  dapat  dilihat dalam artikel Powell 2003, dia
mengatakan  bahwa  karena  proses  popularisasi  busana  muslim  dan  proses westernisasi  terjadi  bersama-sama  di  Indonesia,  maka  mode  menjadi  unsur
45
Universitas Sumatera Utara
berpakaian yang sangat penting dan pada saat ini kalau berhijab dianggap sebagai orang yang bermode.  Oleh karena itu, ada banyak perempuan di Indonesia yang
baru  berhijab.  Selanjutnya  Powell  2003  menjelaskan  bahwa  hijab  bukan  lagi sebagai  lambang  ibadah,  tetapi  lambang  orang  yang  bermode  saja.  Maksudnya,
kalau  berhijab,  menjadi  orang  yang  berpakaian  sesuai  dengan  mode  terakhir. Hijab  tidak  punya  hubungan  dengan  ketaatan  beragama  lagi,  karena  siapa  saja
bisa  berhijab  dan  sebagian  besar  lebih  khawatir  bagaimana  penampilannya  jika berhijab  daripada  nilai  ketaatan  agamanya.  Artikel  tersebut  mencerminkan
pendapat  yang biasa terhadap adanya imitasi kebudayaan populer,  yaitu : bahwa jika  ada  sesuatu  dalam  hal  ini  hijab  modern  yang  populer,  arti  agama  atau
sejarah sudah hilang Raleigh, 2004:11-12. Jadi  fenomena  yang  dapat  diihat  sekarang  ini,  dengan  adanya  budaya
modern  yang  diterapkan  atau  digabungkan  dalam  hijab,  hijab  menjadi  diterima masyarakat  Indonesia  dengan  baik.  Mereka  juga  beranggapan  bahwa  hijab  itu
modis, modern, tidak terlihat kuno, dan mereka juga mulai meminati hijab yang awalnya mereka tidak mau menggunakan hijab dan akhirnya memutuskan untuk
memakai hijab. Perkembangan  hijab  juga  semakin  berkembang  saat  ini  dan  Rasulullah
SAW  juga  tidak  pernah  melarang  seseorang  untuk  mengikuti  tren  modern  yang menjadi  budaya  saat  ini,  namun  jangan  sampai  melupakan  syariat  Islam  saja.
Islam telah mensyariatkan hijab untuk menutup aurat para muslimah, jadi jangan sampai budaya modern mengikisnya Fitri dan Khasanah, 2013:30-31.
46
Universitas Sumatera Utara
2.6. Gaya Hidup