2.3.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak Cangara, 2006:119. Sedangkan media massa
adalah  alat  yang  digunakan  dalam  penyampaian  pesan  dari  sumber  kepada khalayak  penerima  dengan  menggunakan  alat-alat  komunikasi  mekanis,  seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi Cangara, 2006:122. Selanjutnya  Burhan  Bungin  memberikan  definisi  media  massa  sebagai
institusi  yang  menebarkan  informasi  berupa  pesan  berita,  peristiwa  atau  produk budaya  yang  mempengaruhi  dan  merefleksikan  suatu  masyarakat  Bungin,
2008:258.  Media  massa  juga  merupakan  media  komunikasi  dan  informasi  yang melakukan  penyebaran  informasi  secara  massal  dan  dapat  diakses  oleh
masyarakat  secara  massal  pula  Bungin,  2008:72.  Berdasarkan  pengertian tersebut,  peneliti  menangkap  kesimpulan  bahwa  media  massa  adalah  media
komunikasi  yang  menyebarkan  informasi  secara  massal  dan  khalayak memperhatikan pesannya secara bersamaan.
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai  institusi  pelopor  perubahan.  Ini  adalah  paradigma  utama  media  massa.
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan : a.  Sebagai  institusi  pencerahan  masyarakat,  yaitu  peranannya  sebagai  media
edukasi.  Media  massa  menjadi  media  yang  setiap  saat  mendidik  masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.
b.  Selain  itu,  media  massa  juga  menjadi  media  informasi,  yaitu  media  yang setiap  saat  menyampaikan  informasi  kepada  masyarakat.  Dengan  informasi
yang  terbuka  dan  jujur  benar  disampaikan  media  massa  kepada  masyarakat, maka  masyarakat  akan  menjadi  masyarakat  yang  kaya  dengan  informasi  dan
menjadi  masyarakat  yang  terbuka  dengan  informasi.  Sebaliknya  pula, masyarakat  akan  menjadi  masyarakat  informatif,  masyarakat  yang  dapat
menyampaikan  informasi  dengan  jujur  kepada  media  massa.  Selain  itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadi masyarakat sebagai
masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. 25
Universitas Sumatera Utara
c.  Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa  juga  menjadi  institusi  budaya,  yaitu  institusi  yang  setiap  saat  menjadi
corong  kebudayaan,  dan  menjadi  katalisator  perkembangan  budaya.  Sebagai agent  of  change  yang  dimaksud  adalah  juga  mendorong  agar  perkembangan
budaya  itu  bermanfaat  bagi  manusia  bermoral  dan  bermasyarakat  sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya
budaya-budaya  yang  justru  merusak  peradaban  manusia  dan  masyarakatnya Bungin, 2008:85-86.
Media  yang  termasuk  kedalam  kategori  media  massa  adalah  surat  kabar, majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan The Big Five Of
Mass Media Lima besar media massa, media massa sendiri terbagi menjadi dua macam,  yaitu  :  media  massa  cetak  printed  media  dan  media  massa  elektonik
electronic  media.  Tetapi  sekarang  ini  ditambah  dengan  media  online.  Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, Film movie, termasuk CD;
sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam, yaitu : a.  Koran atau surat kabar ukuran kertas broadsheet atau setengah plano.
b.  Tabloid setengah broadsheet. c.  Majalah setengah tabloid atau kertas ukuran polio kuarto.
d.  Buku setengah majalah. e.  Newsletter polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4-8 halaman.
f.  Buletin setengah majalah jumlah halaman lazimnya 4-8 Romly, 2002:5.
Media  massa  memang  beranekaragam,  baik  media  yang  berbentuk  cetak surat kabar, majalah, tabloid, dan lain sebagainya, media elektronik televisi dan
radio,  dan  media  online.  Di  dalam  penelitian  ini,  penulis  menggunakan  media cetak  yaitu  majalah.  Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  1997:615,  majalah
adalah  terbitan  berkala  yang  isinya  meliputi  berbagai  laporan  jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca dan menurut waktu
penerbitannya  dibedakan  atas  majalah  bulanan,  tengah  bulanan,  mingguan  dan sebagainya,  dan  menurut  pengkhususan  isinya  dibedakan  atas  majalah  berita,
majalah  wanita,  remaja,  olah  raga,  sastra,  ilmu  pengetahuan  tertentu  dan sebagainya.  Selain  itu,  majalah  merupakan  penerbitan  pers  berkala  yang
26
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kertas sampul, yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto Junaedhi, 1995:155.
Majalah  merupakan  refleksi  dari  masyarakat  atau  keadaan  zamannya dimana  pembacanya  diharapkan  akan  mendapatkan  gambaran  yang  utuh
mengenai  segala  sesuatu  yang  sedang  berkembang  saat  itu.  Oleh  karenanya majalah dapat dikatakan sebagai penemuan yang fenomenal. Majalah adalah salah
satu  bagian  dari  pers  yang  membawa  misi  penerangan,  pendidikan,  dan  hiburan. Penerbitan  majalah  dimulai  pertama  kali  di  London,  Inggris;  yang  kemudian
menyusul  penerbitan-penerbitan  lainnya  pada  tahun  1741  di  Amerika  Serikat, tetapi  baru  pada  abad  ke-19  majalah  menunjukkan  perkembangan  yang  cukup
pesat. Abad ke-20 yang dikenal sebagai abad revolusi informasi telah membawa
dunia  pers  khususnya  majalah  mengalami  perkembangan  yang  sangat  pesat.  Ini terlihat  dari  banyaknya  majalah-majalah  yang  beredar  tidak  hanya  di  negara-
negara  maju  tetapi  juga  di  negara  berkembang  seperti  Indonesia.  Nama-nama majalah  tersebut  seperti  :  Femina,  Gadis,  Hai,  Kartini,  Kawanku,  dan  lain
sebagainya.  Majalah-majalah  tersebut  telah  memiliki  kelompoknya  masing- masing.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  masyarakat  modern  lebih  bersifat  selektif
terhadap  media  yang  diharapkan  dapat  memenuhi  kebutuhan  mereka  akan informasi.  Karena  itulah  sebagian  orang  mengatakan,  majalah  merupakan
perpaduan antara surat kabar dan buku. Majalah memiliki ruang dan waktu  yang lebih  leluasa  untuk  menyajikan  suatu  peristiwa  dengan  selengkap-lengkapnya,
sehingga  isi  majalah  biasanya  lebih  mendalam  dan  lengkap  dibandingkan  surat kabar harian.
27
Universitas Sumatera Utara
Boove  dalam  Liliweri  1992:  75  mengemukakan  media  massa  cetak dalam hal ini majalah yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain :
a.  Daya  tarik  pesan,  meliputi  isi  pesan,  tata  bahasa,  sistem  penulisan  dan aktualitas berita yang disajikan dalam majalah.
b.  Daya tarik fisik,  meliputi  gambar kualitas  gambar foto dan kualitas kertas, tata  letak,  tata  warna  teknik  pewarnaan  dan  kualitas  warna  dari  majalah
tersebut. c.  Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media majalah.
d.  Massa cetak tersebut dan jumlah halaman yang tersedia. e.  Daya tarik dengan menggunakan teknik propaganda. Untuk menciptakan daya
tarik,  media  massa  cetak  menggunakan  teknik  propaganda  yang  dapat mempengaruhi  khalayak  sasarannya  seperti  menggunakan  public  figure  dan
slogan.
Gempuran media yang mengedepankan teknologi terbaru tidak mematikan perkembangan  majalah.  Sampai  saat  ini  majalah  tetap  berkembang  dengan  jurus
lamanya;  yaitu  dengan  menjual  segmentasi,  mengupayakan  kemasan  yang eye cathing,  permainan warna,  desain,  dan  kualitas  kertas  sebagai nilai  jual  selling
point. Namun, majalah tidak bisa lagi selalu dituntut layaknya sebuah “toko serba
ada”  yang  menyediakan  beragam  kebutuhan  informasi.  Berbeda  dengan suratkabar,  majalah  dituntut  lebih  fokus  untuk  menjangkau  khalayak  atau  target
audiens tertentu. Berikut sejumlah kategori majalah menurut Morissan dan setiap kategori  dapat  diklasifikasikan  lagi  berdasarkan  isi  editorial  content  dan
ketertarikan  pembaca  audiensice  appeal,  yaitu  :  majalah  konsumen  consumer magazines,  majalah  pertanian  farm  magazines,  majalah  bisnis  bussiness
publications, dan majalah perdagangan Morissan, 2012:282-284. Selain memiliki kategori atau karakteristik  yang telah penulis kemukakan
di atas, ternyata majalah juga memiliki keunggulan. Berikut beberapa keunggulan dari majalah diantaranya :
28
Universitas Sumatera Utara
1.  Permanen. Keunggulan  majalah  yang dapat  dilihat secara nyata  adalah daya
hidup pesannya yang lama. Televisi dan radio memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan  memiliki  waktu  hidup  yang  sangat  singkat  dan  juga  tidak  dapat
diulang.  Pesan  muncul  seketika  dan  hilang  seketika.  Surat  kabar  biasanya langsung ditinggalkan segera setelah selesai dibaca. Namun majalah biasanya
dibaca dalam periode beberapa hari dan sering kali disimpan untuk digunakan sebagai  referensi  di  masa  datang.  Majalah  adalah  media  yang  paling  lama
disimpan di rumah dibandingkan dengan media lainnya. Suatu penelitian yang dilakukan  terhadap  sekelompok  pembaca  majalah  menemukan  bahwa
pembaca  menghabiskan  waktu  hampir  satu  jam,  namun  dalam  periode  dua hingga  tiga  hari  untuk  menyelesaikan  bacaan  majalah  yang  dibelinya.  Studi
juga  menunjukkan  sekitar  75  persen  pembaca  menyimpan  majalah  yang digunakan  untuk  referensi  di  masa  depan  Morissan,  2012:289.  Bahkan
rubrik-rubrik yang ada di dalam majalah dapat dikliping. Keuntungan jangka hidup  majalah  yang lebih panjang ini memungkinkan
audiensi untuk membaca secara lebih rileks atau tidak terburu-buru, sehingga memberi  kesempatan  pembaca  untuk  melihat-lihat  isi  majalah  secara  lebih
cermat.  Sifat  permanen  majalah  ini  juga  dapat  membuka  kemungkinan beberapa  orang  untuk  membaca  majalah  yang  sama  Morissan,  2012:289-
290.
2.  Kualitas  Reproduksi.  Atribut  paling  berharga  yang  dimiliki  majalah  adalah
kualitas  reproduksinya.  Majalah  pada  umumnya  dicetak  di  atas  kertas berkualitas  tinggi  dan  menggunakan  proses  percetakan  yang  memungkinkan
reproduksi yang sangat bagus, baik dalam hitam putih ataupun berwarna. Pada 29
Universitas Sumatera Utara
umumnya,  kualitas  reproduksi  majalah  jauh  lebih  baik  dibandingkan  media cetak  lainnya,  seperti  :  surat  kabar,  khususnya  jika  menggunakan  warna
Morissan, 2012:287.
3.  Isi Majalah. Majalah dengan isi atau editorial yang kuat  yang dapat menarik
minat dan memenuhi kebutuhan demografis serta gaya hidup konsumen yang terus  berubah  memiliki  posisi  yang  kuat  untuk  menarik  pembaca  Morissan,
2012:298.  Pada  masa  lalu,  mungkin  sulit  membayangkan  akan  terbitnya majalah  yang  isinya  khusus  membahas  mengenai  tata  rias  muslimah,
khususnya hijab; namun saat ini sudah ada beberapa majalah yang menyajikan editorial  yang  khusus  membahas  mengenai  tata  rias  muslimah,  khususnya
hijab seperti : majalah Hijabella, Laiqa, Scraft, dan lain sebagainya.
4.  Kreativitas  Fleksibel.  Majalah  memiliki  keunggulan  dalam  hal  kreativitas
dalam  penyajiannya,  baik  dalam  hal  desain,  tata  letak,  ukuran,  dan  lain sebagainya. Dari segi ukuran, majalah memiliki ukuran yang standart, sekitar
210.5mm  x  270,5mm  dan  sekarang  ini  bahkan  majalah  ada  yang  berukuran kecil seperti buku dengan ukuran sekitar 21,5cm x 17,5cm.  Dengan berbagai
ukuran yang standart dan kecil seperti buku itu, maka majalah mudah dibawa
kemana-mana tanpa membuat beban bagi pembacanya.
5.  Majalah  karena  bersifat  tertulis  dan  cetak,  maka  dianggap  pembaca  sebagai
sesuatu yang aktual dan layak dipercaya.
2.4. Teori Norma Budaya
Cultural Norms Theory
Teori  norma  budaya  menyatakan  bahwa  komunikasi  massa  mempunyai efek  tidak  langsung  indirect  effect  terhadap  perilaku  individu  melalui
kemampuannya untuk membentuk norma-norma. Melvin DeFleur dalam Severin 30
Universitas Sumatera Utara
dan  Tankard  Jr,  1979  menyatakan  pada  dasarnya  teori  norma  budaya mengemukakan  bahwa  media  massa  melalui  presentasi  selektif  dan  penekanan
ada  tema-tema  tertentu  menciptakan  kesan  di  antara  para  khalayaknya.  DeFleur menegaskan  penekanan  pada  topik-topik  dari  norma  budaya,  tersusun  atau
ditetapkan  dalam  beberapa  cara  spesifik.  Biasanya  menurut  DeFleur,  perilaku individual  dibimbing  oleh  norma-norma  dan  sebagai  aktor  yang  terpengaruh
norma-norma  yang  berkaitan  dengan  topik  atau  situasi,  maka  media  massa  akan memberikan pengaruh tidak langsung Suprapto, 2009:53.
Teori  norma  budaya  dari  DeFleur  ini  tampaknya  menawarkan  banyak harapan Di mana teori ini menyatakan bahwa media massa melalui penyajiannya
yang  selektif  dan  menekankan  pada  tema-tema  tertentu  mampu  menciptakan kesan  yang  mendalam  pada  khalayaknya.  Peranan  media  massa  dapat
menumbuhkan kesan yang dapat mempengaruhi norma, seperti tindakan-tindakan kekerasan  yang  merupakan  cara  untuk  berhubungan  dengan  pihak  lain.  Di
samping  itu  pula,  media  massa  akan  membentuk  streotipe  seksual  dan  citra anggota  khalayak  terutama  yang  menyangkut  materialisme  dan  konsumerisme
Suprapto, 2009:54. Jadi inti dari teori ini adalah melihat cara-cara media massa mempengaruhi
sebagai  suatu produk budaya. Pada hakikatnya, teori  norma budaya menganggap bahwa  media  massa  melalui  pesan-pesan  yang  disampaikannya  secara  tertentu
dapat  menumbuhkan kesan-kesan  yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma budayanya.  Perilaku  individu  umumnya  didasarkan  pada  norma-norma  budaya
yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut.
31
Universitas Sumatera Utara
Paling  sedikit  ada  tiga  cara  untuk  mempengaruhi  norma  budaya  yang
dapat  ditempuh  oleh  media  massa.  Pertama,  pesan-pesan  komunikasi  massa
dapat  memperkuat  pola-pola  budaya  yang  berlaku  dan  membimbing  masyarakat untuk  mempercayai  bahwa  pola-pola  tersebut  masih  tetap  berlaku  dan  dipatuhi
oleh  masyarakat.  Kedua,  media  dapat  menciptakan  pola-pola  budaya  baru  yang
tidak  bertentangan  dengan  pola  budaya  yang  ada,  bahkan  menyempurnakannya.
Ketiga ,  media  massa  dapat  mengubah  norma  budaya  yang  berlaku  dan  dengan
demikian  mengubah  perilaku  individu-individu  dalam  masyarakat  Suprapto, 2009:25-26.
Menurut  Lazarfeld  dan  Merton  dalam  Wright  1985  mengatakan  bahwa media sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya
yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara konservatif dan hanya  menyesuaikan  diri  dengan  norma  budaya  masyarakat  seperti  selera  dan
nilai-nilai,  daripada  memimpin  mereka  untuk  membentuk  norma-norma  yang baru.  Lazarfeld  dan  Merton  mengatakan  bahwa  media  memperkuat  status  quo
belaka daripada menciptakan norma-norma baru yang berarti Suprapto, 2009:26. Dengan  demikian,  dapat  disimpulkan  bahwa  media  massa  dapat
memperkuat  norma budaya  dengan informasi-informasi  yang disampaikan setiap hari.  Selain  itu,  media  massa  dapat  mengaktifkan  perilaku  tertentu.  Hal  tersebut
terjadi apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak  bertentangan  dengan  struktur  norma  budaya  yang  berlaku.  Media  massa
bahkan  dapat  menumbuhkan  norma-norma  budaya  baru  dalam  perilaku  selama norma tersebut tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan sosial budaya Suprapto,
2009:26-27. 32
Universitas Sumatera Utara
2.5. Imitasi Budaya Populer