Macam-Macam Pembinaan Pembinaan Ibadah Shalat

belum berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok. b. Pembinaan Kecakapan Pembinaan ini untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimilikimendapatkan kecakapan baru yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. c. Pembinaan Kepribadian Pembinaan ini menekankan pada pengembangan sikap dan kepribadian. Bagaimana untuk membantu orang agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambarancita-cita hidup yang sehat dan benar. d. Pembinaan Kerja Pembinaan ini diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya. Pada dasarnya pembinaan ini diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu. e. Pembinaan Penyegaran Pembinaan ini hampir sama dengan pembinaan kerja. Pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada. f. Pembinaan Lapangan Pembinaan ini bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam situasi nyata agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini membantu peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja di tempat yang dikunjungi. Hal ini dapat memberi pandangan dan gagasan yang baru dan segar. 31 Pembinaan jika dikaitkan dengan pengembangan manusia merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan pembinaan adanya dari sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan. 32 Pembinaan terhadap anak usia dini ini terdiri dari dua hal, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan ibadah shalat terhadap anak usia dini merupakan pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama.

3. Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat

Ibadah secara bahasa artinya taat atau patuh, 33 sedangkan dari segi istilah ibadah bermakna semacam kepatuhan sampai pada batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. 34 Menurut Syeikh Syaltut dalam Mochtar Effendy, bahwa ibadah yaitu semua amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yang didasari dengan rasa ikhlas. 35 Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam ibadah mencakup segala bentuk kegiatan perbuatan dan perkataan yang 31 Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1986, h.11 32 Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, h. 11 33 Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam,ttp. central media, tt, h. 29 34 Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam, h. 33 35 Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang: PT. Widyadara, 2001, h. 360 dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan tujuan untuk mencari ridha Allah. 36 Mencermati ketiga definisi tersebut, menurut kesimpulan penulis, ibadah yaitu segala kegiatan yang semata-mata dikerjakan berdasarkan pada memperhambakan diri kepada Allah SWT. Sedangkan kata shalat menurut bahasa “berdoa”, dan menurut istilah ialah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mempunyai pengertian mengkonsentrasikan akal pikiran kepada Allah untuk sujud kepada-Nya dan bersyukur serta meminta pertolongan kepada-Nya atau berarti doa. 37 Imam Taqiyuddin dalam Machful memberikan komentar tentang pengertian shalat, bahwa shalat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah bermakna suatu ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dengan beberapa syarat. 38 Muhsin Qira‟ati berpendapat bahwa shalat juga bisa dijadikan sarana besyukur kepada Tuhan atas segala nikmat-nikmat-Nya. Kedudukan shalat dalam Islam sebagai bendera. Ia merupakan tanda bagi agama Islam. Rasul Saw ., Bersabda, “shalat adalah dasar dan tiang agama. ” 39 Berdasarkan dari beberapa pengertian shalat di atas penulis menyimpulkan, bahwa pada hakikatnya shalat itu berhadapannya hati 36 Depag, Ensiklopedi Islam, Jakarta: CV Anda Utama, 1993, h. 385 37 Machful. M, Meninggalkan Shalat, Surabaya: Pustaka Progressif, 1992, Cet 1, h. 15 38 Machful. M, Meninggalkan Shalat, h. 16 39 Muhsin Qira‟ati, Pancaran Cahaya Shalat, Bandung: Pustaka Hidayah, 1990, Cet. 1, h. 62