Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam

responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Kelebihan dari komunikasi antarpribadi ini yakni anak mendapat rangsangan stimuli dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan umpan balik feed back pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan ada juga yang sulit. Oleh sebab itu, guru di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dituntut memiliki keahlian untuk mengajak para murid-murid agar terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tersebut. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar. 2 Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pembinaan ibadah shalat yang telah dilakukan oleh guru terhadap murid di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, menurut pengamatan penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan tersebut. Proses pembinaan ibadah shalat yang terjadi di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan suatu komunikasi tatap muka face to face. Dan, komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil jika dilihat dari segi sasaran dan situasinya, merupakan komunikasi kelompok 2 Wawancara pribadi dengan NurhikmahYanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. dalam bentuk kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih. Kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator, dan pada saat itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal. 3 Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi ini dilakukan, bahwasanya pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru terhadap murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, merupakan salah satu program wajib yang ada di sekolah tersebut. Program pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ini, untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah. 4 Selain itu untuk melatih disiplin waktu, kebersihan sejak dini, kepemimpinan, dan mampu membaca bacaan shalat sejak dini, maka program pembinaan ibadah shalat mulai diterapkan sejak anak terdaftar menjadi peserta didik di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. 5 Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tersebut, para guru sering kali menggunakan pendekatan komunikasi, salah 3 Wawancara pribadi dengan Miftahus Sa‟adah, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 4 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2013, h. 6 5 Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. satunya adalah dengan pendekatan komunikasi antar pribadi. 6 Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pentingnya komunikasi antar pribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif. Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama. Komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi. 7 Misalnya pribadi guru pembina menyentuh pribadi anak didiknya. Ketika guru pembina ibadah shalat menyampaikan pesan, umpan 6 Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 7 Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. balik berlangsung seketika. Guru mengetahui pada saat itu tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah, dan gaya bicara. 8 Pendekatan komunikasi antar pribadi komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh para guru dengan para murid secara tatap muka melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pembinaan ibadah shalat di dalam kelas. Bagi siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan, diminta untuk mendemonstrasikannya di hadapan teman-teman kelasnya. Sehingga murid yang belum menguasai materi tersebut menjadi paham. 9 Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar proses pembinaan ibadah shalat. Dengan bentuk komunikasi ini, hubungan antara guru pembina dengan anak didiknya sangat baik. Sehingga materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh para guru tersebut, sangat membantu anak didik yang mempunyai kesulitan dalam memahami materi pada pembinaan ibadah shalat. Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi interpersonal, bagi guru pembina ibadah shalat dan guru-guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil lainnya adalah untuk dapat mengetahui secara langsung diri murid selengkap- lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian guru dapat mengarahkan anak didik pada suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran yang efektif. 10 8 Hasil pengamatan langsung pada pembinaan ibadah shalat, saat guru pembina sedang memberikan materi tentang cara-caranya sujud atau gerakan sujud di dalam shalat. 9 Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 10 Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Pada proses pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penulis menemukan beberapa unsur-unsur komunikasi, yakni guru pembina sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan materi pelajaran pembinaan ibadah shalat kepada para muridnya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi pelajaranpembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru pembina kepada anak didiknya. Anak didik sendiri sebagai komunikan atau penerima pesan yang telah disampaikan oleh guru pembina tersebut. Sedangkan yang menjadi medianya adalah CD, televisi, dan kertas. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana anak didik dapat memahami ibadah shalat. Selain melalui materi-materi yang sudah di ajarkan oleh guru, juga melalui praktek-praktek yang dilakukan secara langsung. Penyampaian materi-materi yang diajarkan oleh para guru Pembina dalam pembinaan ibadah shalat melalui beberapa metode pengajaran yang menyenangkan. Penggunaan beberapa metode ini untuk mendukung pola komunikasi pembinaan ibadah shalat. 11 Oleh sebab itu metode dan materi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dilaksanakan dalam konteks “bermain sambil Belajar” yang disesuaikan dengan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 12 Untuk menyukseskan pola komunikasi pembinaan ibadah shalat, para guru menerapkan beberapa metode pengajaran. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai berikut: 11 Wawancara pribadi dengan Nurhikmah dan Khairiah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 12 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 12 dan hasil wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat. 1. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya atau sebaliknya. Para guru manyampaikan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil. Setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka guru mempersilahkan kepada anak didik yang hendak bertanya apabila materi yang dijelaskan belum dapat dimengerti dan dipahami. Maka guru akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik. 2. Metode Peraga Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan gerakan, kejadian, aturan dan urutan yang ada dalam ibadah shalat. Kegiatan di lakukan secara langsung dan melalui penggunaan media komunikasi yang relevan dengan materi yang sedang diajarkan. Setelah guru memaparkan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa, kemudian guru memberikan sebuah pelatihan kepada murid untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam materi diterima baik atau tidak. Dalam pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh guru, terkadang siswa mendapat ketidakpahaman terhadap materi yang sudah disampaikan. Dengan terjadinya hal tersebut maka siswa langsung bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahami, kemudian guru menerangkan pertanyaan yang diajukan murid tersebut dengan penerapan pola komunikasi antar pribadi. Dengan begitu terciptalah komunikasi dua arah dikarenakan murid bersikap responsif, mengajukan pendapatpertanyaan, dengan begitu masalah yang tidak dipahami dapat terjawab langsung Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ibadah shalat. Dan, dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan. Karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan memperagakannya secara langsung. Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam kehidupan sehari- hari maupun latihan secara continue sehingga siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan anak didik dalam proses pembinaan ibadah shalat. 13 3. Metode Menghafal Pada metode menghafal ini para siswa diajarkan untuk menghafal beberapa surat pendek yang biasa dibaca di dalam ibadah shalat. Seperti surat al-Fatihah, al-Ashr, al-Ikhlas dan al-Kautsar, serta bacaan-bacaan lainnya, seperti bacaan yang ada pada adzan, takbiratulikhram, rukuk, sujud dan lain-lain. 13 Wawancara pribadi dengan Miftah Hussaidah dan Maemunah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. Metode menghafal ini selain ditujukan untuk menguatkan hafalan para murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil terhadap bacaan-bacaan tersebut. Juga untuk mengetahui bacaan-bacaan apa saja yang sukar untuk di hafalkan oleh anak didik. Sehingga para guru pembina dapat segera mencari solusi yang tepat untuk meminimalisir kesukaran-kesukaran tersebut. 14 Metode dan materi di atas mempermudah para guru pembina dalam menyampaikan pesan materi pembinaan ibadah shalat kepada anak didiknya. Dan anak didik pun dapat dengan mudah untuk memahaminya. Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh guru pembina ibadah shalat dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa. Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan`efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan ibadah shalat tersebut. Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampaian teori, dimana hal tersebut terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Dan sebelum menyampaikan materi, guru terlebih dulu merencanakan pesan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa didiknya dengan pesan-pesan yang terancana. Sehingga menimbulkan suatu 14 Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I dan Khairiah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh anak didik. Komunikasi yang baik jika seorang guru dan siswa mengadakan kesamaan makna atau arti. Dikatakan efesien, indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran atau praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti, disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar pada suatu materi yang berlangsung. Oleh sebab itu, seorang guru memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat efesien.

B. Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat

Hambatan-hambatan pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor Murid

Faktor penghambat yang terjadi disini lebih disebabkan karena pengaruh usia anak didik yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Sebab bagi anak pada tingkat Raudhatul Atfhal, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup mereka. Anak pada usia ini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rukoyah: “...apa ya? Kalau hambatan dari siswanya sih lebih karena faktor umur anak kali ya. Karena kan anak seumuran ini belum terlalu tanggap sama apa yang di perintahkan, masih senang main. Makanya kadang mereka ga bisa bedain antara main, belajar, dan kerja ” 15 Beberapa hambatan yang terjadi karena faktor murid adalah sebagai berikut: a. Anak nakal b. Sulit di nasehati diberitahu c. Kurangnya konsentrasi murid d. Perilaku berbeda dari masing-masing murid. 16

2. Faktor Lingkungan

Waktu untuk bertemu di sekolah hanyalah 5 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang anak didik gunakan di luar jam sekolah. Sehingga masing-masing guru Pembina tidak bisa memantau secara penuh ibadah shalat anak para murid ketika di luar jam sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurhikmah Yanti: “Waktu kita bertemu secara langsung dengan para murid kan cuma lima jam, jadi ya kita kurang tahu bagaimana kebiasaan ibadah para murid kalau di luar sini. ” 17 15 Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I dan Nurhikmah Yanti guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 16 Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat dan pengamatan secara langsung kegiatan pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. 17 Wawancara pribadi dengan Nurhikmah Yanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.