Analisis Scene Keempat Iklan Garuda Indonesia

101 lautan,dimana pohon lontar sebagai bahan dasar musik ini banyak ditemui di daerah pantai. Representasi wilayah timur Indonesia dalam iklan ini adalah Nusa Tenggara, Alasan pemilihan Nusa Tenggara sebab daerah ini adalah daerah wisata yang paling maju di Indonesia bagian timur, seperti pulau Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca adalah gugusan kepulauan Nusa Tenggara yang menjadi tujuan destinasi wisata favorit saat ini. Selain itu daerah ini masih alami dan perkembangan pariwisata tumbuh pesat di daerah ini, jika dikaitkan dengan bisnis akan memberikan keuntungan, Wilayah ini telah mendapat publikasi pariwisata secara luas diberbagai media, dan saat ini menjadi jalur sibuk penerbangan di Indonesia bagian timur dan Garuda Indonesia melayani tujuan penerbangan ke Nusa Tenggara.

4.2.4 Analisis Scene Keempat Iklan Garuda Indonesia

Gambar Detik ke- 37 Gambar Detik ke-38 Gambar Detik ke-40 Gambar Detik ke-41 Ilustrasi scene ke empat detik ke 36-41 102 Pada scene keempat muncul narasi teks”mencicipi sajian khas negri yang kaya cita rasa” Diawali dengan gambar nasi tumpeng lengkap dengan lauknya yang terkesan tampak menarik dan mewah, masih menampilkan gambar nasi kuning, kali ini bentuknya berbeda nasinya berada didalam sebuah bakul yang dilapisi daun pisang sedang diaduk-aduk dengan sendok sehingga mengeluarkan asap, Ternyata gambar selanjutnya menujukkan bahwa nasi itu terdapat dipasar pagi, tampak keramaian disuatu tempat saat pagi hari. Kemudian muncul gambar seorang pria paruh baya mengenakan pakaian jawa lengkap sedang berdiri dengan sebuah sepeda motor tua. Pada scene keempat menggunakan teknik pengambilan gambar diantaranya: medium close up, Close u, long shot, dan medium long shot. Pada gambar detik ke-37 menggunakan teknik pengambilan gambar medium close up, dengan tipe lensa normal dengan deep fokus,warna yang mendominasi adalah warna kuning dengan pencahayaan hig keycerah sehingga tampak jelas bahwa yang ada digambar adalah sebuah nasi tumpeng kuning istimewa lengkap dengan lauknya. Pada detik ke-38 lgambar berubah dan kinni nasi kuning yang masih hangat di balut daun pisang, teknik pengambilan gambarnya menggunakan close up, dengan lensa tele, dan selctive focus, warna yang masih mendominasi tetap warna kuning dan warna pendukung lainnya adalah merah. Pada gambar detik ke- 41gambar berbeda dan kini berganti menjadi suasana pasar dengan teknik pengambilan gambar long shot, lensa wide, berupa deep fokus, pencahayaan tampak low contrast,dengan dominasi warna hitam, putih, coklat, dan abu-abu. Pada gambar detik ke-40 menampilkan gambar seorang pria jawa dengan teknik 103 pengambilan gambar medium long shot, menggunakan tipe lensa normal, selective focus dengan komposisi warna coklat, hitam, abu-abu, dan pencahayaan low contrast. Tabel 4.6 Ikon scene Keempat Penanda Signifier Petanda Signified Tanda Nasi bewarna kuning berbentuk gunung, disekitarnya ada telur, tempe, tahu, airputih, bunga bewarna merah jambu,disajikan dalam piring Nasi Tumpeng Kuning Nasi bewarna kuning mengeluarkan asap, daun pisang, sendok plastik bewarna merah Nasi kuning Ada keramaian dengan banyak orang, ada beberapa dagangan, sepeda dan becak hilir mudik,dan ada beberapa bangunan Pasar Manusia ukuran tinggi dewasa, memakai baju tradisional jawa bewarna hitam , memakai kain batik, dengan sepeda motor lama, memakai blankon. Pria Dewasa Pria Jawa 104 1. Tataran Denotatif Pada gambar muncul sebuah nasi bewarna kuning berbentuk kerucut, disana juga ada telur, tempe, tahu, dan segelas air putih juga ada sebuah bunga disana. Namun kemudian gambar berganti menjadi nasi bewarna kuning mengeluarkan asap. Selanjutnya muncul gambar keramian orang-orang dengan suasana pagi hari, dan ditutup dengan gambar pria dewasa mengenakan pakaian adat jawa dan motor tuanya. 2. Tataran Konotatif Analisis Scene keempat diawali dengan narasi “mencicipi sajian khas negri yang kaya cita rasa” gambar-gambaryang ditampilkan juga mendukung dengan narasi teks. Gambar yang tampak dominan di sini adalah nasi, pasar, dan pria jawa. Maka gambar itu akan di analisis melalui tataran konotatatif. Pada gambar detik ke-37-38 menggunakan teknik medium close updan close up dengan lensa tele, fokusnya disana terlihat jelas gambar nasi. Nasi yang muncul pada gambar adalah nasi tumpeng bewarna kuning, nasi ini memiliki cita rasa khas, nasi ini banyak dijajakan dipasar-pasar tradisional sehingga menjadi jajanan pasar seperti tampak pada gambar. Biasanya nasi ini disajikan pada perayaan-perayan besar. Nasi yang berbentuk kerucut ini sudah sangat lama dikenal, nasi ini berasal dari daerah jawa dan bali nasi ini memiliki falsafah berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur nenek moyang. Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh 105 kebudayaan Hindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi. Namun setelah Islam memasuki pulau jawa tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar pengajian Al Quran. Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun. Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan Jika melihat dari gambar, untuk mengangkat citra indonesia melalui makanan, Garuda tampaknya memilih makanan jawa, yakni berasal dari nasi, tempe, telur, dan tahu yang sudah menjadi makanan pokok, selain itu ada alasan 106 sebab sebagian besar penduduk Indonesia banyak menetap didaerah jawa. Jadi sangat tepat mengaitkan makanan dengan salah satu pulau yang ada di indonesia yang bernama jawa. Pemunculan gambar pasar memiliki makna, bahwa pasar merupakan sumber dari makanan pokok di Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat menyukai pasar, disanalah tempat tersedianya bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Nasi kuning adalah hasil jajanan pasar yang banyak ditemui didaerah jawa dan biasanya disajikan dipagi hari.Pemunculan gambar pria jawa jelas menunjukkan bahwa penekanan pada scene ini adalaah daerah jawa. Dilihat dari komposisi penggunan kamera, pewarnaan, serta pencahayaan punya maksud, dari segi pengambilan gambar teknik close up gingga long shot menunjukkan bahwa yang ingin ditampilkan disini langsut menuju objek sehingga dapat membuat gambar itu bercerita, sementara dari sisi pewarnaan gambar yang tampak dominan disitu adalah warna kuning,coklat dan hitam adalah warna-warna yang realistik yang menekankan persahabatan, kehangatan, perlindungan, dan ketenangan. Seperti yang tampak pada warna nasi tumpeng yang dominan kuning, bahwa makanan itu memiliki nilai paling tinggi dari suatu penghargaan. Pria paruh baya berpakaian jawa tampak selalu bersahaja dengan motor butut dengan senyum persahabatan. Menunjukkan bahwa makanan itu sungguh sangat layak dan enak, sekali lagi yang ingin ditekankan makanan ini asli dari jawa, dan hanya terdapat di Indonesia. Garuda mengadopsi ini kedalam pelayananya, sebagai wujud apresiasi mereka terhadap para pelanggannya, mereka sengaja memberikan makanan yang 107 diindonesia dianggap memiliki nilai budaya paling tinggi untuk menghargai bahwa pelanggan patut dihargai.

4.2.5 Analisis Scene Kelima Iklan Garuda Indonesia