pajak dan pembayar retribusi daerah serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD yang diikuti dengan peningkatan kualitas,
kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan. Secara teoritis pengukuran kemandirian daerah diukur dari PAD. Sesuai
dengan UU No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwa PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
PAD yang sah. Namun di dalam perkembangan selanjutnya, diantara semua komponen PAD, pajak dan retribusi daerah merupakan penyumbang terbesar,
sehingga muncul anggapan bahwasanya PAD identik dengan pajak dan retribusi daerah.
Halim 2007:96 menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Yani 2008:44 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Dan Lain-lain PAD yang sah.
2.1.2.1. Pajak Daerah
Halim 2007:96 menyatakan Pajak Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang berasal dari pajak. Lebih lanjut Simanjuntak 2003:32 menyatakan bahwa
Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh daerah-daerah seperti propinsi, kabupaten maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil
Universitas Sumatera Utara
pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya masing- masing.
Kesit 2003:2 menyatakan bahwa Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan Berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah. Pajak KabupatenKota yang dipungut terdiri dari: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan pajak pengambilan bahan
galian golongan C. Dalam UU No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, jenis-jenis pajak kabupatenkota terdiri dari: pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
2.1.2.2. Retribusi Daerah
Pemungutan retribusi dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagai dari biaya
pelayanannya. Besarnya retribusi seharusnya lebih kurang sama dengan nilai layanan yang diberikan. Mardiasmo 2004:141 retribusi daerah terdiri dari: retribusi
jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu. Koswara 2001:191 menjelaskan bahwa retribusi daerah adalah imbalan atas
pemakaian atau manfaat yang diperoleh secara langsung seseorang atau badan atau jasa layanan, pekerjaan, pemakaian barang, atau izin yang diberikan oleh pemerintah
Universitas Sumatera Utara
daerah. Sedangkan Simanjuntak 2003:34 menyatakan bahwa retribusi daerah merupakan iuran rakyat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang yang dapat
dipaksakan dengan mendapat jasa balik atau kontra prestasi dari pemerintah yang secara langsung ditunjuk. Dalam UU No.34 Tahun 2000, jenis retribusi terdiri dari:
1. Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah
kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan. Misalnya: retribusi pelayanan kesehatan, persampahan, akta catatan sipil, KTP, dll.
2. Retribusi Jasa usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah berkaitan
dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan oleh swasta dan atau penyewaan asetkekayaan daerah yang belum dimanfaatkan misalnya: retribusi
pasar grosir, terminal, rumah potong hewan, dll. 3.
Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan sebagai pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu yang perlu
dikendalikan oleh daerah misalnya: ijin pengambilan hasil hutan, pengelolaan hutan, dll.
2.1.2.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan