Uji Statistik F Uji Statistik t Koefisien Determinasi R

variabel independen. Tahap kedua adalah dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika setiap variabel independen nilai signifikannya lebih besar dari α 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji F uji signifikansi simultan dan uji t uji signifikansi individualparsial.

4.6.2.1. Uji Statistik F

Uji F untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen bersama-sama. Menurut Kuncoro 2001 Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F- tabel , jika nilai F- hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Uji F juga dapat dilihat dengan nilai signifikan, jika nilai signifikan lebih kecil dari α 0,05 maka dapat disimpulkan seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut : Ha : b ≠ 0, X1, X2, dan X3 secara simultan berpengaruh terhadap Y Universitas Sumatera Utara

4.6.2.2. Uji Statistik t

Menurut Kuncoro 2001 Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual parsial dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari pada t-tabel dapat disimpulkan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Uji t juga dapat dilihat dengan nilai signifikan, jika nilai signifikan setiap variabel independen lebih kecil dari α 0,05 maka dapat disimpulkan variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut: Ha : b ≠ 0, X1, X2, dan X3 secara parsial berpengaruh terhadap Y

4.6.2.3. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol Ghozali, 2005. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka niali R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ghozali, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Data yang dipergunakan adalah laporan realisasi APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada tahun 2007 sd 2009 terdiri dari 25 KabupatenKota yang tercatat pada Propinsi Sumatera Utara yang memiliki laporan realisasi APBD dan menyajikan data mengenai Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dan Belanja Daerah. Laporan realisasi APBD pada 25 Kabupatenkota 18 Kabupaten dan 7 Kota dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini dari populasi sebanyak 33 Kabupatenkota. Pada variabel Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah data yang digunakan yaitu total pendapatan daerah dan total pengeluaran daerah yang tercatat di laporan realisasi APBD.

5.2. Statistik Deskriptif

Deskripsi suatu data dapat dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Pada Tabel 5.1. dapat dijelaskan bahwa dari sampel sebanyak 75 3 tahun untuk 25 kabupatenkota, diperoleh data deskripsi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil Terhadap Kemandirian Daerah Melalui PDRB Per Kapita (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara)

1 55 108

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kota Balikpapan.

0 15 124

Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang.

1 9 97