53
diartikan sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome adalah sangat bagus karena berada pada titik 3,43-4,23.
L. Jadwal Penelitian Tabel 1
Jadwal Penelitian No.
Jenis Kegiatan Tahun 2015-2016
Februari- Desember
Januari Februari Maret April
1. Penyerahan
Proposal Skripsi dan Dosen
Pembimbing
2. Pelaksanaan
Bimbingan Skrispi 3.
Pengumpulan Literatur Mengenai
Skripsi
4. Observasi dan
Wawancara 5.
Pengolahan Data dan Analisis Data
6. Penyerahan
Laporan Skripsi 7.
Sidang Skripsi
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan SLBN 02 Jakarta
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan SLBN 02 Jakarta
Sejarah berdirinya Sekolah Luar Biasa Negeri 02 Jakarta adalah dilatarbelakangi oleh rasa kemanusiaan dengan menyelenggarakan
sekolah yang
memperhatikan akan
nasib anak-anak
cacat. Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdiri tanggal 1 April 1979. Pada awal
mulanya sekolah ini belum mempunyai gedung sehingga menumpang di SLBN 01 Jakarta di Lebak bulus. Namun sekitar 1 tahun kemudian
mendirikan gedung sendiri yang beralamat di jalan Lenteng Agung no. 1, Jagakarsa Jakarta. Dahulu sekolah ini memiliki 9 kelas dan hanya
berlantai 1. Namun secara bertahap melakukan pembangunan sehingga sekolah ini berkembang menjadi lantai 2 dan memiliki 12 kelas dengan
sarana laboratorium, perpustakaan, aula mushola, dan lain-lain. Tahun 2008 SLBN 02 telah berkembang sebagai sekolah bertaraf nasional,
dan mempunyai dua lokasi gedung yaitu yang terletak di wilayah jalan Medis Srengseng Sawah Jakarta dan Lenteng Agung.
SLBN 02 Jakarta ini memiliki 40 orang guru, 4 guru pustakawan, 1 kepala perpustakaan. Sekolah ini memiliki 200 orang
siswa down syndrome dan keterbatasan fisik lainnys. Pada saat bersamaan dibentuklah perpustakaan sebagai penunjang kegiatan
55
belajar mengajar. Dimana perpustakaan berfungsi sebagai tempat hiburan buat anak-anak SLBN. Di perpustakaan mereka bisa
mengespresikan apa yang mereka rasakan dan dapat menambah ilmu mereka. Di perpustakaan juga anak-anak bisa mendapatkan ilmu yang
tidak didapatkan di kelas. Pertimbangan utama dibentuk perpustakaan adalah untuk mempermudah memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih
luas.
2. Visi dan Misi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Perpustakaan SLBN 02 Jakarta memiliki visi dan misi. Adapun visi dan misi Perpustakaan
SLBN 02 Jakarta, diantaranya:
a. Visi
Visi dari Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan. Mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air sehingga
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
56
b. Misi
Perpustakaan SLBN 02 Jakarta memiliki misi, diantaranya:
1 Mengembangkan minat kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan.
2 Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta
memanfaatkan informasi. 3
Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna.
4 Meletakkan dasar-dasar kearah balajar mandiri.
5 Memupuk dan mengembangkan minat dan bakat siswa dalam
segala aspek. 6
Menumbuhkan penghargaan siswa terhadap pengalaman imajinatif.
7 Mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah yang dihadapi atas tanggung jawab dan usaha sendiri.
3. Personalia
Pengertian personalia, personel atau kepegawaiaan secara keseluruhan adalah orang-orang yang berkerja pada suatu organisasi.
Perpustakaan SLBN 02 Jakarta juga mempunyai personalia, terdiri dari:
57
a. Kepala sekolah.
b. Koordinator.
c. Guru pustakawan.
d. Tata usaha.
4. Struktur Organisasi
Dalam hal pengorganisasian, Perpustakaan SLBN 02 Jakarta memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
Kepala sekolah : Daliman
Koordinator : Sri Yati
Pustakawan : guru-guru SLBN 02 Jakarta
Tata Usaha
: Yeni
5. Koleksi
Koleksi adalah unsur yang sangat penting untuk memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan. Selain itu, koleksi juga dapat
dijadikan sebagai daya tarik utama untuk menarik minat dan perhatian pengunjungpemustaka agar mau datang ke perpustakaan. Agar
pemustaka down syndrome tertarik untuk datang ke Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini menyediakan berbagai macam koleksi. Hingga
saat ini, Perpustakaan SLBN 02 Jakarta memiliki koleksi buku kurang lebih sebanyak 2.500 judul buku, yang terdiri dari 75 buku-buku
fiksi dan sisanya 35 untuk buku-buku nonfiksi. Bahan bacaan yang
58
disediakan Perpustakaan SLBN 02 sangat bervariatif, mulai dari buku- buku pengetahuan, buku braille, buku anak berkebutuhan khusus, buku
cerita, hingga terbitan berkala serta koleksi referensi, seperti kamus dan ensiklopedia.
Pengolahan koleksi yang ada di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini menggunakan sistem DDC versi 19. Koleksi buku di Perpustakaan
SLBN 02 Jakarta ini diperoleh dari sumbangan dari orang tua murid, murid, sumbangan dari departemen pendidikan, KOMNAS HAM dan
ada juga yang dibeli. Koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang adalah buku-buku yang disiapkan pada rak buku. Buku
referensi, majalah surat kabar, dan tugas penelitian tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Koleksi referensi dapat di foto copy
dengan syarat meninggalkan kartu identitas peminjaman ini berlaku hanya satu hari jam kerja.
6. Sarana dan Prasarana
Berikut ini beberapa sarana yang terdapat di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta, sebagai berikut:
Tabel 2 Sarana Perpustakaan SLBN 02 Jakarta
No Nama Barang
Jumlah
1 Meja belajar
8 Buah 2
Kursi belajar 13 Buah
3 Komputer
5 Buah 4
Papan pengumuman 3 Buah
5 Globe
4 Buah 6
Lukisan dinding 2 Buah
7 Gambar pelajaran dinding
2 Buah 8
Karpet 1 Buah
59
7. Program kerja Perpustakaan SLBN 02 Jakarta
Kegiatan yang dilakukan: a.
Menginventarisasi alat-alatkebutuhan perpustakaan dalam pemakaian 1 tahun.
b. Mengindukkan buku hasil pembelian dan sumbangan.
c. Menentukan nomor klasifikasi umum.
d. Menentukan nomor klasifikasi koleksi referensi.
e. Pembuatan label buku, kantong buku, kartu buku.
f. Pembuatan kartu deskripsi sekaligus pengetikan kartu
katalog. g.
Melakukan penyampulan dan perawatan bahan pustaka. h.
Pembuatan statistik pengunjung harian,bulanan, tahunan.
i. Pembuatan statistik buku yang dipinjam harian,bulanan,
tahunan. j.
Memberikan informasi kepada siswa tentang penambahan buku perpustakaan.
k. Pembelian buku perpustakaan.
l. Penataan kembali buku paket dan buku koleksi umum
sesuai dengan judul buku. m.
Peminjaman buku paket. n.
Peminjaman buku koleksi sistem kartupenunjang. o.
Pengindukan koran dan majalah.
60
p. Evaluasi kerja perpustaskaan: koleksi,staf,dana dan
ruang. q.
Kerja sama antara guru dan perpustakaan untuk memilih bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan.
r. Merekap daftar peminjam untuk guru dan siswa yang
terlambat mengembalikan buku. s.
Melakukan bimbingan kepada siswa baik layanan referensi atau layanan lainnya.
t. Membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja
perpustakaan. u.
Promosi jasa perpustakaan termasuk pemberian hadiah kepada siswa yang berkualitas.
v. Program penghijauan perpustakaan serta memelihara
dan keindahan kerapian ruang. w.
Pengetikan kartu anggota perpustakaan. x.
Pengembalian buku paket dari siswa. y.
Pemberian surat bebas pinjam kepada siswa yang telah mengembalikan buku.
z. Pengembangan dan perencanaan gedung perpustakaan.
aa. Pemberian buku kenangan ke sekolah untuk siswa yang
telah lulus.
61
8. Keanggotaan
a. Setiap anggota perpustakaan adalah siswa, guru serta karyawan
sekolah. b.
Kartu anggota dapat diperoleh dengan mengisi formulir dan meyerahkan pas foto 3x4 sebanyak 2 lembar.
c. Peminjam buku bahan pustaka hanya dapat dilayani dengan
menggunakan kartu anggota d.
Kartu anggota tidak dapat dipinjamkandipergunakan orang lain.
9. Kewajiban anggota
a. Mematuhi segala tata tertib peraturan yang telah ditentukan.
b. Menjaga kesopanan ketertiban dan ketenangan dalam ruang
perpustakaan. c.
Memelihara kebersihan, kerapian koleksi perpustakaan maupun ruang perpustakaan.
d. Mengembalikan buku bahan pustaka yang telah dipinjam
sesuai dengan ketentuan yang ditentukan.
10. Sanksi-sanksi
a. Keterlambatan mengembalikan buku pemustaka dibebani
denda Rp. 500 perhari kecuali bagi anggota yang melapor untuk diperpanjang batas waktu peminjaman.
62
b. Menghilangkan atau merusakkan buku harus mengganti buku
yang sama sejenis atau sesuai dengan harga buku. Pustakawan memberikan wewenang kepada orang tua untuk mengganti
buku yang hilang. c.
Anggota perpustakaan dapat dikeluarkan dari keanggotaan apabila:
- Tidak mentaati tata tertib peraturan yang
ditentukan. -
Terlambat mengembalikan buku lebih dari 1 bulan
- Habis jangka waktu peminjaman
- Pindah ke sekolah lain
11. Jumlah dan lama peminjaman
a. Bagi siswa
Dapat meminjam sebanyak-banyaknya satu buku untuk jangka waktu selama 1 minggu 7 hari.
b. Bagi staf pengajar atau guru
Dapat meminjam sebanyak-banyaknya 4 buku untuk satu jangka peminjaman selama satu semester.
c. Bagi karyawan
Sebanyak-banyaknya 2 buku untuk satu jangka peminjaman satu bulan.
63
12. Layanan
Untuk layanan, Perpustakaan SLBN 02 Jakarta menyediakan layanan baca di tempat dan juga bermain sambil belajar. Perpustakaan
SLBN 02 Jakarta ini mempunyai 5 orang pustakawan yang siap melayani dan memberikan pendampingan yang lebih intensif bagi
pemustaka yang berkunjung. Fungsi perpustakaan adalah sebagai tempat bermain, rekreasi serta meningkatkan daya imajinasi anak-anak
down syndrome. Setiap pengunjung perpustakaan diwajibkan mengisi buku tamu atau daftar hadir. Pengunjung perpustakaan harus
meninggalkan jaket, tas, buku, dan topi pada rak yang telah disediakan. Jika pemustaka kehilangan maka bukan tanggung jawab pustakawan.
13. Jam Layanan
Perpustakaan SLBN 02 Jakarta dibuka setiap hari kerja. -
Senin-Kamis: pukul 07.00-15.00 WIB -
Jumat: pukul 07.00-13.00 WIB -
Sabtu: pukul 07.00-14.00 WIB -
Hari libur perpustakaan tutup
B. Hasil Penelitian Kualitatif
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai sikap pustakawan terhadap pemustaka down
syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta yang diperoleh melalui
64
metode wawancara. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:
1. Sikap pustakawan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan
komponen kognitif a.
Pengertian Pemustaka Down Syndrome Pemustaka down syndrome adalah pemustaka yang
mengalami gangguan pada perkembangan yang dibawa sejak lahir. Mereka sangat mudah dikenali karena memiliki ciri fisik
yang khas dan sangat menonjol. Mereka juga mempunyai keterbatasan baik secara fisik maupun mental. Down syndrome
ini sudah ditemukan pertama kali oleh Dr longdon down pada tahun 1866 dari Inggris. Tetapi penemuannya ini baru
ditemukan pada awal tahun enam puluhan ditemukan diagnosisnya dari pemeriksaan kromosom.
57
Dahulu orang menyebutnya dengan Mongoloid karena memiliki gejala klinik
yang khas, yaitu wajahnya seperti bangsa Mongol dengan mata sipit membujur ke atas.
Down syndrome ini merupakan kelainan yang disebabkan oleh abnormalitas pada kromosom, yang sebagian besar karena
adanya penambahan jumlah kromosom pada kromosom ke
57
Lance Keith Curry, et all. “LIBRARIES - Attitude Towards the Visitors Down Syndrome
Librarian at Incredible Library Washington DC” artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari LIBRARIES - attitudde librarian sikap pustakawan.pdf.
65
21
58
. Abnormalitas ini menyebabkan penyandangnya memiliki penampilan fisik yang khas, yang berbeda dengan anak normal.
Magunsong pada tahun 1998 menyebutkan bahwa penyandang- penyandang down syndrome mengalami kelainan badaniah
yang sama dan penampilan wajah yang mirip
59
. Wajah mereka lebih rata dari anak-anak normal dengan mata sipit.
Karakteristik lain dari anak down syndrome meliputi bentuk tubuh yang pendek, kepala yang kecil dan bulat, mata yang
sipit dengan lipatan kulit di sisi dalam mata, bentuk mulut yang kecil, hidung yang pesek, lidah yang menjulur, rambut yang
tipis dan lurus, jari tangan dan kaki yang pendek, serta badan yang lemah.
Penyandang down syndrome disertai juga dengan gangguan-gangguan pada kesehatan fisiknya, seperti gangguan
pada pendengaran, penglihatan, pencernaan, kelainan jantung, gangguan pada tulang, obesitas, dan disfungsi pada tiroid.
Selain itu dalam perkembangannya terdapat juga keterbatasan mental dan sosial. Mereka mengalami kesulitan untuk berbicara
dengan tepat sehingga menghambat dalam berhubungan
58
Sjarif Hidajat, Herry Garna, Ponpon S Idjradinata, Achmad Surjono. “Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi
Penuh Trisomi 21, ” Jurnal sari pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97 - 104
59
Dhofirul Fadhil Dzil Ikrom Al Hazmi, Ketut Tirtayasa, Muhammad Irfan. “Kombinasi
Neuro Developmental Treatmen dan Sensory Integration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmen
tal Treatment Untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down Syndrome”, Sport and Fitness Journal,
Volume 2, No. 1 : 56 – 71, Maret 2014
66
dengan orang lain. Down syndrome ini sama seperti anak yang mengalami keterbelakangan mental, anak down syndrome
mengalami masalah di setiap tahap perkembangannya, salah satunya adalah masalah pada kemampuan adaptifnya.
Keterbelangan mental tersebut membuat anak tidak dapat sepenuhnya mandiri dan membutuhkan dukungan yang
berkepanjangan dan terus menerus dari keluarga atau insatansi- instansi tertentu. Angka kejadian down syndrome meningkat
jelas pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Usia ayah juga beresiko meningkatkan kelahiran
down syndrome, khususnya usia di atas 50 tahun. Hal ini dapat diketahui melalui analisis DNA yang menunjukkan bahwa 5
kasus down syndrome disebabkan oleh penambahan kromosom dari ayah sedang selebihnya dari ibu
60
. Anak down syndrome berdasarkan pada aspek kepribadian menyebutkan bahwa
stereotipe dari anak down syndrome adalah bersahabat, suka bergaul, dan terbuka. Artinya mereka dapat bersosialisasi
dengan lingkungan secara baik meskipun keterbelakangan mental membatasi keterampilan sosialnya.
Wenar juga menyebutkan hasil dari penelitian lain yang menunjukkan adanya variasi pada steteotipe kepribadian dari
anak-anak. Kepribadian anak down syndrome sangat
60
Roger H Reeves, Dkk. “A Mouse Model For Down Syndrome Exhibits Learning and
Behaviour Deficits” artikel diakses pada 17 Maret 2016 dari nature Publishing Group http:www.nature.comnaturegenetics
67
bervariasi. Menurut ibu Sriyati anak down syndrome memiliki beberapa ciri fisik yang mirip, namun mereka tidak sama persis
karena ada faktor keturunan dari orang tua dan keluarga masing-masing. Anak-anak down syndrome membutuhkan
bimbingan seperti anak normal lainnya atau bahkan lebih. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan
waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka.
“Pemustaka down syndrome adalah pemustaka yang mengalami kekurangan baik secara fisik dan mental dari
mereka lahir”. Ry
61
“Pemustaka down syndrome itu merupakan anak yang mengalami keterbelakangan mental dan disertai dengan
gangguan-gangguan lain seperti kurangnya pendengaran, penglihatan, pengucapan, dan daya tangkap terhadap
pelajaran yang kurang”. Df
62
“Pemustaka down syndrome adalah mereka yang mempunyai ciri fisik yang sama”. Mr
63
Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa ketiganya mengatakan bahwa pemustaka down syndrome adalah
pemustaka yang mengalami kekurangan baik dari segi fisik dan mental.
b. Jenis down syndrome
Ada 3 variasi genetik yang menjadi penyebab down syndrome, yaitu:
1. Trisomi 21
61
Wawancara dengan Rahma Yeni, Jakarta, 19 Agustus 2015.
62
Wawancara dengan Dini Fadilah, Jakarta, 19 Agustus 2015.
63
Wawancara dengan Mardiah, Jakarta, 19 Agustus 2015.
68
Keadaan itu disebabkan oleh adanya ekstrakromosom 21 dalam semua hal individu. Hal itu terjadi karena salah
satu orang tua memberikan dua kromosom 21 melalui sel telur atau sel sperma, bukannya satu seperti biasa. Ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi 95 pada anak-anak down syndrome yang lahir dari ibu dengan
berbagai usia. 2.
Translokasi Down syndrome juga dapat terjadi ketika bagian dari
kromosom 21 melekat translokasi ke kromosom lain, sebelum atau pada saat pembuahan. Anak-anak dengan
sindrom down translokasi memiliki dua salinan kromosom 21 yang biasa, tetapi mereka juga memiliki bahan tambahan
dari kromosom 21 melekat pada kromosom translokasi. Variasi penyebab sindrom down ini sangat jarang terjadi.
3. Mosaic syndrom down
Merupakan bentuk yang jarang dari sindrom down, anak-anak memiliki beberapa sel dengan tambahan salinan
kromosom 21. Variasi ini terdiri dari sel normal dan sel abnormal yang disebabkan oleh pembelahan sel yang
abnormal setelah pembuahan.
64
64
Sjarif Hidajat, Herry Garna, Ponpon S Idjradinata, Achmad Surjono. “Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi
Penuh Trisomi 21. ” Jurnal sari pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97 - 104
69
“Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini memiliki jenis down syndrome trisomi 21. Karena sangat jelas terlihat dengan
bentuk fisik dengan wajah yang sama.”Sy
65
Di perpustakaan ini anak-anaknya mengalami jenis down syndrome trisomi. Tidak ada yang mengalami jenis
translokasi dan mosaic sindrome down.” Wl
66
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa pemustaka down syndrome yang berada di SLBN 02
Jakarta ini mengalami jenis down syndrome trisomi. c.
Kebutuhan informasi pemustaka down syndrome Down syndrome memiliki keterbatasan dalam kemampuan
kognitif mereka dengan kemampuan kognitif yang terbatas, maka akan mempengaruhi akademik mereka. Anak dengan
down syndrome ini biasanya mengalami kesulitan dengan hal- hal yang berhubungan dengan belajar karena kemampuan, dan
memory yang lambat dibandingkan dengan anak normal. Masalah ini dapat berasal dari lemahnya kemampuan persepsi
dan menilai suatu ingatan yang sudah disimpan dengan keadaan saat ini. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dalam
mengunakan ingatan jangka pendek yang lemah pada anak down syndrome. Namun demikian anak-anak dengan down
syndrome memiliki visual processing skills yang lebih baik. Oleh sebab itu diyakini gambar merupakan metode bagus
untuk mengajarkan anak down syndrome belajar, berbicara,
65
Wawancara dengan Sriyati, Jakarta, 20 Agustus 2015.
66
Wawancara dengan Wilowo, Jakarta, 20 Agustus 2015.
70
dan berinteraksi. Jenis koleksi yang ada di perpustakaan adalah buku pelajaran yang didukung dengan gambar. Daya ingat
jangka pendek dengan down syndrome ini menurut penelitian dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang disebut sebagai
memory skiil training. Pelatihan ini menggunakan organisasi programme. Yaitu bertujuan mengajarkan anak untuk
mengkategorisasikan dan mengelompokkan sebagai jalan untuk membantu dan mengingat sesuatu. Pelatihan ini menggunakan
gambar-gambar yang memudahkan anak down syndrome untuk mengingatnya.
Program memory skill training dapat meningkatkan daya ingat jangka pendek anak down syndrome. Program ini
dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama dan dilakukan secara berkelanjutan.
“Kebutuhan informasi pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini adalah buku pelajaran yang
didukung dengan gambar. Sehingga mereka mudah memahami
isi bacaan”. Ry “Sebenarnya kebutuhan informasi pemustaka down syndrome
tidak banyak. Mereka hanya menyukai buku bergambar dan permainan-
permainan asah otak.” Df “Kebutuhan informasi pemustaka down syndrome adalah
buku- buku bergambar yang menarik”. Wl
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa kebutuhan informasi pemustaka down syndrome itu terkait dengan buku
pelajaran yang didukung dengan gambar yang menarik. Sehingga mereka dengan mudah menangkap informasi yang
ada di dalam buku yang mereka inginkan.
71
d. Prilaku pencarian informasi pemustaka down syndrome
Pencarian informasi merupakan suatu kegiatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan
informasinya. Seseorang
melakukan pencarian informasi karena memang sedang membutuhkan informasi tersebut. Kegiatan pencarian informasi
seseorang didorong oleh keadaan dimana seseorang tersebut memiliki pengetahuan yang kurang sehingga berkeinginan
untuk menambah referensi informasi mengenai sesuatu yang sedang dibutuhkan.
Delapan tahapan pencarian informasi, yaitu: 1.
Starting Merupakan titik awal pencarian informasi atau
pengenalan awal terhadap rujukan. 2.
Chaining Diidentifikasikan sebagai hal penting pada pola
pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literatur yang
ada pada rujuan inti. Chaining dapat dilakukan dengan dua cara yaitu backward chaining merupakan cara tradisional
yakni mengikuti daftar pustaka yang ada pada rujuan inti, forward chaining mencari rujukan lain berdasarkan subjek
atau nama pengarang dari rujukan inti yang telah ada
72
dengan mengaitkan ke depan. Cara ini dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.
3. Browsing
Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian informasi dengan cara penelusuran semi
terstruktur karena telah mengarah pada bidang yang diamati. Browsing dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain melalui abstrak hasil penelitian, daftar isi jurnal, jajaran buku di perpustakaan atau toko buku, bahkan juga
buku-buku yang di pajang pada pameran atau seminar. 4.
Differentiating Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi
untuk menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. Identifikasi sumber-sumber informasi terutama
ditekankan pada subjek-subjek yang dipilih dari selanjutnya akan mengambil bahan-bahan dan topik yang diminati.
5. Monitoring
Merupakan kegiatan yang ditandai dengan kegiatan memantau perkembangan yang terjadi terutama dalam
bidang yang diminati dengan cara mengikuti sumber secara teratur.
73
6. Extracting
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama diperlukan pada saat harus membuat tinjauan literatur.
Sumber informasi yang digunakan pada extracting ini adalah jurnal-jurnal yang sudah standar, catalog penerbit,
bibliografi subjek, abstrak dan indeks. 7.
Verifying Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaian
apakah informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan. Ini sering digunakan oleh peneliti
bidang fisika dan kimia. Karena melalui tahapan ini dapat melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada
kesalahan-kesalahan pada informasi yang diperoleh. 8.
Ending Merupakan tahapan akhir dari pola pencarian informasi
biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.
67
Prilaku pencarian informasi ini merupakan sistem temu kembali informasi serta keputusan memilih buku yang
paling relevan diantara beberapa sederetan buku di rak perpustakaan. Prilaku pencarian informasi di SLBN 02
Jakarta ini adalah biasanya pemustaka langsung datang ke
67
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1991,h. 50
74
rak dan mengambil buku yang mereka inginkan. Dan juga sering pustakawan yang mengambilkan buku yang mereka
inginkan. “Prilaku pencarian informasi anak down syndrome itu
beragam ada yang langsung datang ke rak dan mengacak- ngacak buku sampai menemukan buku yang mereka
inginkan, ada juga yang menyuruh pustakawan mencarikan buku yang bergambar.”Ry
“Prilaku pencarian informasi pemustaka down syndrome kebanyakan langsung datang ke rak. Dan ada
juga yang bermain-main saja. Dan bahkan ada yang merebut buku temannya, sehingga banyak anak yang
mengamuk dan menangis, tugas pustakawan yang melerai dan mendamaikan merek
a.” Sy “Prilaku pemustaka down syndrome itu dalam
pencarian informasi lebih banyak langsung datang ke rak, dan juga meminta dicarikan ke pustakawan. “Wl
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa prilaku pencarian informasi pemustaka down syndrome
adalah langsung datang ke rak, dan ada juga yang mengajak pustakawan untuk membantu dia mencarikan buku yang
menarik. Guru sekolah luar biasa sering menginstruksikan anak-anak untuk datang ke perpustakaan. Di perpustakaan
guru dan pustakawan bekerjasama untuk melayani anak down syndrome. Sehingga pemustaka down syndrome
diberikan jadwal masing-masing untuk berkunjung ke perpustakaan. Sehingga kegiatan di perpustakaan berjalan
dengan baik dan tertib.
75
Pelayanan Pemustaka Down Syndrome a.
Cara melayani pemustaka down syndrome Ketika pemustaka down syndrome datang ke perpustakaan
maka pustakawan harus tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka. Jadi tidak membeda-
bedakan anak. Hindari penekanan ketidakmampuan dengan mengenyampingkan pencapaian masing-masing. Pikirkan cara
anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk anak yang lain. Berikan lingkungan dimana
anak yang bermasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak yang tidak bermasalah dan cara-caranya yang bermanfaat satu
sama lainnya. Pustakawan harus berempati dengan pemustaka down
syndrome. Pustakawan harus sabar membimbing dan menjaga anak down syndrome. Ajak anak down syndrome untuk
terbuka dengan pustakawan. Sehingga dia bisa berintraksi dengan baik di lingkungan perpustakaan maupun di rumah nya.
“Saya melayani pemustaka down syndrome sama seperti memperlakukan anak sendiri, sabar dalam mengurusnya, serta
berempati terhadap mereka. Karena mereka sangat peka terhadap kebaikan orang. Ketika orang b
aik ke “mereka, mereka juga akan patuh kepada orang tersebut.” Ry
“Saya melayani pemustaka down syndrome dengan baik, ramah, santun, dan meberikan pendekatan dari hati kepada
anak down syndrome”. Sy “Saya melayani pemustaka down syndrome sama, tidak
membeda-bedakan mereka dan bersikap lemah lembut kepada mereka”. Df
76
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa pustakawan melayani pemustaka down syndrome dengan baik, ramah,
santun, lemah lembut, ikut berempati dan tidak membeda- bedakan mereka.
b. Sarana yang disediakan untuk penelusuran informasi
pemustaka down syndrome Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini menggunakan
komputer dan katalog manual sebagai sarana penelusuran informasi. Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini terdapat 5 unit
komputer. Tetapi sarana itu jarang digunakan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta. Kebanyakan pemustaka langsung datang ke
rak dan mengambil buku yang mereka inginkan. Pustakawan sering mengajarkan dan membimbing pemustaka untuk
menggunakan katalog. Tetapi dengan keterbatasan kemampuan pemustaka down syndrome. Maka sarana komputer dan katalog
jarang digunakan. Di perpustakaan akan memberikan warna di bagian
punggung buku. Karena anak penderita down syndrome lebih menyukai warna yang cerah dan gambar.
77
“Sarana yang disediakan untuk penelusuran informasi di perpustakaan
sudah lumayan
banyak, tetapi
karena keterbatasan mereka. Mereka sesuka hati saja melakukan
kegia tan yang mereka inginkan.”Ry
“Sarana untuk penelusuran informasi di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini tidak digunakan oleh pemustaka. Seperti katalog
mereka tidak menggunakannya, mereka langsung datang aja ke
rak mencari buku yang mereka inginkan.” Sy “Sarana penelusuran informasi yang disediakan oleh
perpustakaan ada komputer untuk melihat katalog online, dan juga ada katalog manual. Tetapi pemustaka tidak pernah
menggunakannya”. Wl Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas sarana yang
disediakan Perpustakaan SLBN 02 Jakarta sudah ada seperti katalog online dan katalog manual. Namun sayangnya
pemustaka down syndrome tidak menggunakannya. Karena mereka langsung datang ke rak dan mengambil buku yang
mereka inginkan. Pustakawan selalu membimbing mereka untuk menggunakan sarana penelusuran informasi tersebut.
Tetapi karena kekurangan pemustaka maka apa yang mereka pelajari tidak di aplikasikan.
c. Kegiatan bagi penyandang down syndrome di perpustakaan
Kegiatan di perpustakaan sangat penting adanya. Karena dengan adanya kegiatan maka akan adanya interaksi aktif
antara pustakawan dan pemustaka. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan minat pemustaka untuk berkunjung ke
perpustakaan. Kegiatan juga dapat meningkatkan kreativitas pemustaka down syndrome.
78
“Perpustakaan SLBN 02 Jakarta mengadakan banyak kegiatan. Diantaranya lomba menggambar, mewarnai,
kegiatan bermain sambil belajar dengan menggunakan puzzle, story telling, kegiatan membacakan buku bergambar sesuai
dengan imajinasi anak down syndrome. Dengan adanya berbagai kegiatan ini membuat mereka sangat senang untuk
datang ke perpustakaan.” Ry “Kegiatan di perpustakaan ini banyak ada kegiatan
perlombaan seperti lomba menggambar, mewarnai, kegiatan membaca buku bergambar dan masih banyak lainnya.” Sy
“Perpustakaan SLBN 02 Jakarta mempunyai banyak kegiatan diantaranya diadakan perlombaan menggambar, mewarnai,
kegiatan bermain sambil belajar dengan menggunakan puzzle,
dan story telling yang disampaikan oleh pustakawan.” Wl Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa Perpustakaan
SLBN 02 Jakarta mengadakan banyak kegiatan. Seperti perlombaan, story telling, dan kegiatan belajar sambil bermain
dengan menggunakan puzzle. 2. Sikap pustakawan berdasarkan sikap afektif terhadap down
syndrome Pengetahuan tambahan mengenai down syndrome
a. Pustakawan senang menambah pengetahuan dalam bidang perpustakaan
Untuk menambah
pengetahuan dalam
bidang perpustakaan pustakawan dianjurkan untuk memperbanyak
membaca buku tentang perpustakaan. Ada kebijakan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta kepada pustakawan untuk
meresume apa saja yang telah mereka baca. Serta pustakawan
79
dianjurkan untuk sering mengikuti pelatihan dan training untuk menambah pengetahuan tentang perpustakaan.
“Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini mewajibkan pustakawan menambah pengetahuan dalam bidang perpustakaan. Saya
sendiri membaca buku 8 jam per hari untuk menambah pengetahuan dan juga sering mengikuti pelatihan dimana saja.
Asal bermanfaat saya akan mengikuti proses nya dengan
senang hati.” Ry “Saya sering membaca buku dan mengikuti pelatihan untuk
menambah pengetahuan di bidang perpustakaan. Saya tidak akan pernah merasa puas dengan satu ilmu yang di dapat tetapi
akan terus mencari dan mencari sampai maut memisahkan.” Sy “Untuk menambah pengetahuan dalam bidang perpustakaan,
saya tidak akan pernah bosan untuk membaca buku dan mengikuti pelatihan. Karena memang jiwa saya di bidang
perpustakaan. saya menikmatinya.” Wl Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa pustakawan
di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini selalu senang menambah pengetahuan mereka dengan membaca buku maupun mengikuti
pelatihan-pelatihan. b. Pustakawan senang menambah pengetahuan dalam bidang down
syndrome Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini kebanyakan
pustakawannya berasal dari lulusan Sekolah Luar Biasa. Jadi mereka sudah mempunyai basic tentang bidang down syndrome.
Sehingga mereka bisa saling berbagi ilmu pengetahuan dengan sesama pustakawan yang ada di SLBN 02 Jakarta.
80
“Kalau boleh sombong nih, kebanyakan pustakawan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta sudah ahli dalam bidang down
syndrome karena mereka kebanyakan lulusan Sarjana Sekolah Luar Biasa. Tetapi walaupun demikian pustakawan selalu
menambah pengetahuan dalam bidang down syndrome” Ry “Pustakawan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta selalu
berusaha menambah pengetahuan dalam bidang down syndrome. Baik dengan cara sharing dengan sesama
pustakawan, membaca buku, jurnal dan mengikuti pelatihan.” Wl
“Saya memang lulusan sekolah luar biasa dan sudah mempunyai basic dalam bidang down syndrome ini. Tapi saya
selalu berusaha untuk menambah pengetahuan dengan membaca buku, mengikuti training, dan membaca jurnal.
Sehingga pelajaran yang dipelajari di bangku kuliah bisa
diaplikasikan dengan baik.” Wl
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa pustakawan walaupun banyak dari lulusan sekolah luar biasa tetapi tetap
terus senang menambah pengetahuan dalam bidang down syndrome. Dengan cara membaca buku, jurnal, sharing dengan
sesama pustakawan dan mengikuti pelatihan. c. Pustakawan senang menambah pengetahuan dalam psikologi
anak down syndrome Pengetahuan tentang psikologi anak down syndrome ini
sangat penting di pelajari oleh pustakawan. Karena ini adalah ilmu dasar untuk mengenali lebih dalam pemustaka down
syndrome dan dengan adanya ilmu ini maka pustakawan akan mudah untuk memberikan pelayanan yang baik kepada
pemustaka down syndrome.
81
“Untuk menambah pengetahuan dalam psikologi anak down syndrome maka saya memperbanyak membaca buku, jurnal,
dan mengikuti pelatihan dan training- training”. Ry
“Saya sering membaca buku dan mengikuti training untuk menambah pengetahuan psikologi anak down syndrome” Sy
“Saya sangat menyukai anak down syndrome sehingga saya akan terus mempelajari psikologi anak down syndrome
dimanapun dan kapanpun.” Wl Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pustakawan senang untuk menambah pengetahuan psikologi anak down syndrome dengan membaca buku, jurnal, sharing
dengan orang yang ahli dalam bidang psikologi down syndrome dan mengikuti training.
Pelayanan yang Diberikan Pustakawan Terhadap Down Syndrome
a. Pelayanan langsung terhadap penderita down syndrome
Pelayanan di perpustakaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas dalam memberikan jasa layanan kepada pengunjung
perpustakaan tanpa membedakan status sosial, ekonomi, kepercayaan maupun status sosialnya. Layanan yang digunakan
di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah layanan langsung. Hal ini berarti pustakawan berhubungan langsung dengan
pemustaka.
82
“Bentuk pelayanan langsung di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah langsung membantu mengambilkan apa yang
dibutuhkan pemustaka di rak. Dan juga setia mendampingi
pemustaka selama berada di perpustakaan”. Ry Saya selalu membantu pemustaka untuk mengambilkan buku
apa yang dia inginkan di rak. Saya juga sering
merekomendasikan buku yang menarik kepada mereka.” Sy Saya terus memantau pemustaka down syndrome dan selalu
berusaha memberikan bantuan kepada pemustaka down syndrome secara langsung. Karena ketika saya bisa membantu
pemustaka down syndrome, ada rasa kepuasan tersendiri buat saya. Wl
Dari hasil wawancara pustakawan melakukan pelayanan
langsung dengan memberikan bantuan kepada pemustaka down syndrome secara langsung. Contohnya mengambilkan buku di
rak, serta memberikan pendampingan selama di perpustakaan kepada pemustaka down syndrome.
b. Yang dilakukan pustakawan ketika menjadi fasilitator dalam
kegiatan belajar Pustakawan adalah komponen yang sangat penting di
perpustakaan. ketika tidak ada pustakawan maka kegiatan di perpustakaan tidak akan berjalan dengan baik. Pustakawan
sering menjadi fasilitator pemustaka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
83
“Yang saya lakukan ketika menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar adalah berusaha untuk bisa menjadi teman pemustaka.
Memulai pendekatan dengan hati ke hati. Ketika pemustaka down syndrome membutuhkan sesuatu maka saya siap
membantu. Saya sering menggunakan buku bergambar untuk menyampaikan kandungan isi buku yang pemustaka baca. Saya
pun juga melakukan kegiatan belajar sambil bermain, seperti main puzzle aatau main tebak-tebakkan. Sehingga pemustaka
senang dan lebih bisa memahami isi buku yang mereka
inginkan” Ry “Saya berusaha untuk menjadi perantara pemustaka untuk
bisa memahami isi buku yang dia baca. Saya membacakan kembali buku yang dia baca dengan bahasa yang mudah dia
pahami.” Sy Saya menggunakan buku bergambar dan puzzle sebagai
sarana untuk memudahkan pemustaka memahami isi bacaan. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan pemustaka
menggunakan buku bergambar dan puzzle untuk menjadi fasilitator pemustaka down syndrome.
c. Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pembelajaran
pemustaka down syndrome Kegiatan sangat penting adanya di perpustakaan. Karena
jika tidak ada kegiatan di perpustakan maka pemustaka akan merasa jenuh dan bosan di pepustakaan. Kegiatan ini juga
membantu untuk menunjang pembelajaran pemustaka down syndrome.
“Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta sering melakukan kegiatan diantaranya diadakannya lomba mengambar, mewarnai,
menulis, story telling, bercerita isi buku maka itu hal yang
menunjang pembelajaran pemustaka down syndrome.” Sy “Perpustakaan SLBN 02 Jakarta mempunyai banyak kegiatan
diantaranya bedah buku, lomba menggambar, mewarnai, dan menceritakan kembali isi buku dengan bahasa sendiri.”Ry
“Kegiatan bermain sambil belajar adalah hal yang paling disukai pemustaka down syndrome.”Wl
84
Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan, kegiatan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berjalan seperti
lomba mewarnai, menggambar, menceritakan kembali isi buku dengan bahasa sendiri, pokoknya kegiatan bermain sambil
belajar ini sangat disukai pemustaka down syndrome.
Sikap dalam Melayani Pemustaka Down Syndrome a.
Sikap yang dilakukan pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka down syndrome
Pemustaka down syndrome merupakan orang yang berbeda dengan manusia normal lainnya. Melayani nya pun
juga berbeda. Pemberian pelayanan ini sangat berpengaruh kepada psikologis anak. Anak down syndrome membutuhkan
banyak perhatian, kasih sayang, dan hati yang tulus dari pustakawan. Sikap pustakawan terhadap pemustaka down
syndrome adalah sikap yang baik dan positif. Sikap pustakawan diantaranya belaku lemah lembut kepada
pemustaka.
85
“Saya mendekati pemustaka dengan lemah lembut, saya berusaha memberikan pemahaman tentang perpustakaan
secara terus menerus. Ketika mereka bingung maka saya akan berusaha membimbing dia agar tidak bingung
lagi.” Ry “Saya memberikan kasih sayang yang tulus, ketika mereka
menginginkan sesuatu langsung saya wujudkan semampu nya. Dan ketika mereka bersalah tidak langsung emosi, tetapi
berikan peringatan terlebih dahulu.” Sy “Sikap saya ketika memberikan pelayanan kepada pemustaka
down syndrome adalah berusaha untuk berempati kepada mereka.” Wl
Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sikap pustakawan dalam melayani perpustakaan bukan hanya bersikap lemah lembut saja tetapi ikut berempati kepada
mereka juga. b.
Sikap yang harus dimiliki pustakawan dalam melayani pemustaka down syndrome
Pustakawan adalah cerminan dari kualitas perpustakaan. Ketika pustakawannya baik maka perpustakaannya pun juga
akan baik. Pustakawan harus memiliki sikap- sikap seperti di bawah
ini:sabar, ramah, sopan, menahan emosi, mengayomi, mempunyai jiwa kasih sayang, berempati kepada pemustaka,
dan sikap tidak membeda-bedakan anak.
86
“Saya sendiri belum sempurna, namanya manusia tidak luput dari kesalahan, tetapi saya akan berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pemustaka down syndrome. Saya berusaha untuk sabar,
ramah, berjiwa besar dan tidak emosi. Ketika saya merasakan
kesal, saya akan berusaha menenangkan diri sendiri.” Ry “Saya sering berlaku sopan, ramah, berbicara lemah lembut,
selalu memberikan pendampingan ekstra semampu saya. Agar pemustaka merasa puas dan senag di perpustakaan” Sy
“Saya selalu memberlakukan mereka dengan baik. Saya menganggap mereka seperti anak saya sendiri.” Wl
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pustakawan berlaku sopan santun, ramah, berempati, tidak kasar, sabar terhadap pemustaka down syndrome.
c. Cara pustakawan memberikan semangat kepada pemustaka
down syndrome Anak down syndrome tidak bisa diberikan ilmu secara
cepat. Mereka harus dibimbing, diarahkan, dan diberikan contoh terlebih dahulu. Mereka memang mempunyai
keterbatasan dalam mengingat dan memahami sesuatu. “Untuk memberikan motivasi biasanya saya membacakan
cerita yang menarik dan memotivasi. Sehingga mereka senang dan tidak sedih dengan keadaan mereka. Dan juga saya sering
memberikan contoh kepada mereka tentang orang-orang down syndrome yang semangat sehingga menghasilkan karya.
Setelah mendengarkan cerita tersebut biasanya mereka sangat
senang sekali dan mempunyai motivasi untuk belajar kembali.” Ry
“Saya memberikan hadiah bagi pemustaka yang rajin dan patuh. Sehingga mereka semangat untuk datang ke
perpustakaan. Dengan hal itu juga mereka tertib ketika berada
di perpustakaan”. Df “Saya memotivasi pemustaka dengan melalui story telling.
Karena biasanya anak-anak akan senang jika dikasih dongeng apalagi di dukung dengan alat peraga yang lucu.” Sy
87
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas pustakawan memotivasi pemustaka dengan memberikan story telling dan
hadiah kepada pemustaka. 3. Sikap pustakawan berdasarkan komponen prilaku down
syndrome a.
Buku yang pustakawan baca untuk meningkatkan kemampuan mengenai down syndrome
Buku adalah sumber ilmu. Sehingga ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Dengan
membaca buku kita jadi lebih tahu dan mengerti. “Buku yang sering saya baca adalah yang berkaitan dengan
psikologi, mengenal lebih dalam anak down syndrome, buku perpustakaan, dan buku pelayanan di perpusta
kaan.” Ry Saya sering membaca kamus lengkap psikologi, yang dikarang
oleh Chaplin, J.P. yang telah dialih bahasakan oleh Kartono Kartini pada tahun 1999. Buku kesehatan mental 2 yang
dikarang oleh Yustinus Semiun pada tahun 2006 dan juga buku
tentang perpustakaan” Sy Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan
harus banyak membaca agar ilmu pengetahuannya bertambah. Buku yang harus dibaca yaitu berkaitan dengan psikologi anak
down syndrome, perpustakaan, dan cara melayani pemustaka down syndrome.
b. Pelatihan yang telah diikuti oleh pustakawan
Pelatihan ini sangat bagus di ikuti oleh pustakawan karena pelatihan ini bertujuan untuk memantapkan lagi ilmu yang
sudah di punyai oleh pustakawan.
88
“Pustakawan sering melakukan pelatihan tentang cara menangani anak down syndrome, pelatihan cara pendekatan
anak down syndrome, pelatihan cara mengelola perpustakaan dengan baik dan menarik di perpustakaan nasional dan juga
sering juga diadakan pelatihan di Perpustakaan SLBN 02
Jakarta.” Ry Saya sering mengikuti pelatihan di Perpustakaan Nasional
Indonesia, juga pernah di Universitas Indonesia, dan di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Jakarta di Lebak B
ulus.” Sy Saya baru sekali mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
Perpustakaan Nasional. Saya mendapatkan banyak ilmu baik dari segi perpustakaan maupun tentang melayani pemustaka
down syndrome.” Wl Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahawa
pustakawan SLBN 02 Jakarta, sudah berpengalaman mengikuti berbagai pelatihan. Pelatihan yang sudah mereka ikuti, mereka
aplikasikan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta. c.
Cara memahami pemahaman mengenai perpustakaan Peran
pustakawan juga
dalam hal
memberikan pemahaman mengenai perpustakaan kepada pemustaka down
syndrome. Pemustaka down syndrome harus diberikan pemahaman agar mereka berlaku tertib di perpustakaan dan
senang ke perpustakaan.
89
“Cara memberikan pemahaman mengenai perpustakaan adalah dengan pendekatan personal. Biasanya pustakawan
dengan cara mendekati satu persatu, setelah melakukan pendekatan personal, mulai dengan memahami mereka tentang
perpustakaan secara pelan-pelan dan dengan bahasa yang menarik. Sehingga pemustaka down syndrome mudah
memahami
nya dan
merasa senang
berkunjung ke
perpustakaan.” Sy “Saya memberikan pemahaman kepada pemustaka dengan
cara mendekati mereka satu per satu. Dan saya sering membawakan hadiah untuk mereka. Sehingga mereka senang
dan
mau mendengarkan
saya dalam
memberikan pemahaman.” Ry
“Saya sering memberikan permainan dulu untuk mereka, setelah mereka merasa senang, baru saya berusaha mendekati
mereka dengan cara berkomunikasi dari hati ke hati. Karena ketika disampaikan dengan hati, biasanya lebih melekat dan
mudah dipahami oleh pemustaka. “Wl Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan cara
pustakawan memberikan pemahaman tentang perpustakaan banyak macamnya. Dilakukan secara dari hati-ke hati,
mendekati mereka satu per satu, dan dengan cara memberikan games untuk menyenangkan hati mereka, setelah mereka
senang baru mulai berikan pemahaman. Sehingga lebih membekas di kepala mereka.
d. Pedoman yang digunakan dalam interaksi dengan down
syndrome Pedoman ini sangat penting karena dengan adanya
pedoman maka pustakawan akan melakukan pekerjaannya dengan teratur dan tidak sembarangan. Dan juga dengan
adanya pedoman segala sesuatunya akan lebih terstruktur.
90
“Pedoman yang saya gunakan adalah Undang-Undang Republik Indonesia dan buku tentang down syndrome dan
perpustakaan.” Ry Saya menggunakan pedoman undang-undang dan peraturan
yang telah berlaku di perpustakaan ini”. Sy “Pedoman yang saya gunakan adalah aturan yang ada di
perpustakaan dan Undang-Undang Republik I ndonesia.” Wl
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan menggunakan undang-undang, buku dan aturan di
perpustakaan sebagai pedoman untuk berinteraksi dengan pemustaka down syndrome.
C. Pembahasan