2.4 Komunikasi Therapeutik
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus.
Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam
lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia. Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan pasien, perawat diharapkan dapat menjadi
“obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi perawat hendaknya dapat membawa kenyamanan dan kerinduan bagi pasien. Komunikasi Therapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang
mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat Heri Purwanto, 1994.
Penggunaan komunikasi therapeutik yang efektif dengan memperhatikan pengetahuan, sikap dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya
terhadap usaha mengatasi masalah psikologis pasien dengan komunikasi therapeutik pasien akan mengetahui apa yang sedang dan apa yang akan dilakukan selama di
rumah sakit sehungga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis dapat teratasi Brehman, 1996.
Secara Therapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku pasien berubah kearah yang positif seoptimal mungkin. Untuk dapat
melaksanakan Komunikasi Therapeutik yang efektif, perawat harus mempunyai
Universitas Sumatera Utara
keterampilan yang cukup dan memahami betul tentang dirinya. Agar perawat dapat berperan efektif dan Therapeutik, ia harus menganalisa dirinya, yaitu kesadaran diri,
klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan dan kemampuan menjadi model dan rasa bertanggung jawab.
2.4.1 Analisa Diri Perawat
Setiap memulai aktifitas dalam memberikan pelayanan kepada pasien selalu didahului dengan komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menjalin hubungan
interpersonal perawat dengan pasien agar proses keperawatan dapat dilakukan dengan lancar dan efektif. Dalam Komunikasi Therapeutik, hubungan yang dilakukan adalah
dalam rangka menolong atau membantu mengatasi masalah pasien dan alat yang efektif digunakan adalah diri perawat. Sebelum melakukan komunikasi, perawat
harus melakukan “Analisa diri” yang meliputi kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan dan kemampuan menjadi model.
2.4.1.1 Kesadaran Diri
Sebagai instrument dalam berkomunikasi yang bertujuan therapeutik, maka perawat harus dapat mengenali perasaan, perilaku dan keperibadiannya secara pribadi
maupun sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Perawat harus dapat menjawab pertanyaan “siapa saya” yang sebenarnya. Kesadaran diri perawat ini diharapkan
dapat membuat perawat dapat menerima perbedaan dan keunikan pasien. Kesadaran diri yang mantap akan mempengaruhi komunikasi yang therapeutik. Untuk membantu
mengenal siapa sebenarnya diri seseorang pada aspek prilaku, pikiran dan perasaan,
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat dari teori “Self Disclosure” yang digambarkan oleh Johari Window, sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Analisa Kesalahan diri Menurut Johari Window
I Diketahui oleh diri sendiri
dan orang lain II
Hanya diketahui oleh orang lain III
Hanya diketahui oleh diri sendiri IV
Tidak diketahui oleh siapapun
Berdasarkan tabel tersebut, terjadinya perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain, beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dari
pergeseran masing-masing pintukuadran menurut teori tersebut, antara lain : a.
Jika kuadran I yang diperbesar, maka individu ini cenderung bahkan selalu terbuka dengan orang lain. Ciri khas dari individu ini adalah periang, familier,
mudah akrab, tidak kikir, banyak teman dan menyenangkan. b.
Jika kuadran II diperbesar, maka individu ini suka menonjolkan dirinya sendiri, dia merasa paling hebat, seperti katak dalam tempurung. Dia tidak menyadari
bahwa tindakannya tidak benar, dia buta terhadap dirinya sendiri sehingga area ini disebut juga Blind Area area buta.
c. Jika kuadran III diperbesar, maka individu ini akan nampak suka menyendiri,
pendiam, tidak suka bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Individu ini lebih banyak menyimpan rahasia, sehingga area ini dapat disebut dengan
“Secret area”
Universitas Sumatera Utara
d. Jika kuadran IV diperbesar, maka individu ini tidak diketahui orang lain namun
dia tau banyak tentang orang lain. Dia tertutup terhadap dirinya, tidak ada yang tau tentang dirinya sekalipun dirinya sendiri, hanya Tuhan yang mengetahui
segala sesuatu tentang dirinya. Kesadaran diri seseorang dapat ditingkatkan melalui tiga cara, yaitu
mempelajari diri sendiri, belajar dari orang lain dan membuka diri terhadap informasi atau perubahan yang terjadi. Kesadaran diri ini menentukan pola interaksi yang
dibangun antara komunikator dengan komunikan, antara perawat dengan pasien. Kesadaran diri yang baik dapat menciptakan hubungan yang Therapeutik yang saling
memuaskan.
2.4.1.2 Klarifikasi Nilai
Kenyamanan dan kepuasan perawat terhadap sistem nilai yang dianut merupakan modal yang bermakna bagi perawat dalam melaksanakan Komunikasi
Therapeutik. Perawat akan lebih siap dan mantap dalam mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan nilai yang dimiliki, sehingga hubungan Therapeutik antar
perawat-pasien tidak terganggu.
2.2.1.3 Eksplorasi Perasaan
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat menggunakan dirinya secara therapeutik. Jika perawat terbuka pada
perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi penting, yaitu bagaimana responnya pada pasien dan bagaimana penampilannya pada pasien. Sehingga pada
Universitas Sumatera Utara
saat berbicara dengan pasien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol penampilannya.
2.2.1.4 Kemampuan Menjadi Model
Kebiasaan yang kurang baik tentang kesehatan akan mempengaruhi keberhasilan dalam berhubungan antara pasien-perawat. Perawat tidak dapat
memisahkan atau memberi batasan yang jelas antar peran sebagai profesional dengan kehidupan pribadinya karena diri perawat sebagai intrumens dalam menjalankan
hubungan yang therapeutik. Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadap apa yang disampaikan kepada pasien disamping
tanggung jawab profesi. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui tentang kondisi pasien jika
tidak ada kemampuan menghargai keunikan pasien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing kebutuhan pasien, perawat juga akan kesulitan memberikan bantuan
kepada pasien dalam mengatasi masalah pasien. Sehingga perlu dicari metode yang tepat dalam mengakomodasi agar perawat mampu mendapatkan “pengetahuan” yang
tepat tentang pasien. Melalui Komunikasi Therapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi dan menghargai keunikan pasien.
Komunikasi therapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tapi harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional. Sehingga jangan
sampai karena terlalu banyak atau asiknya bekerja, perawat melupakan pasien sebagai manusia dengan latar belakang dan permasalahannya. Pada saat pertama kali perawat
melakukan Komunikasi therapeutik, proses komunikasi umumnya berlangsung
Universitas Sumatera Utara
singkat, canggung, semu dan seperti dibuat-buat. Namun, hal ini akan lebih membantu untuk mempresepsikan masing-masing hubungan pasien karena adanya
kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan keperawatan Mundakir, 2006.
2.2.2 Tujuan Komunikasi Therapeutik
Komunikasi Therapeutik dilaksanakan dengan tujuan : 1.
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. 2.
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatan derajat kesehatan. 4.
Mempererat hubungan atau interaksi antara pasien dengan perawat secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah
pasien.
2.2.3 Prinsip-prinsip Komunikasi Therapeutik
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut. 2.
Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
Universitas Sumatera Utara
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. 5.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. 6.
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi rasa gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
frustasi. 7.
Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang Therapeutik. 8.
Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan Therapeutik.
9. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidup.
10. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang
apa yang dikomunikasikan Mundakir, 2006.
2.5 Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit