Transformasi, seleksi dan analisis P. pastoris
                                                                                28
terintegrasi dalam genom berkorelasi dengan jumlah protein yang diekspresikan. Semakin banyak salinan gen, semakin tinggi ekspresi protein rekombinan. Vektor
pPICZα membawa gen resistensi zeocin yang dapat digunakan dalam menyeleksi transforman yang mengandung multikopi gen. Adanya insersi multikopi gen dapat
diidentifikasi melalui peningkatan resistensi terhadap zeocin.
Analisis multikopi gen dilakukan dengan menumbuhkan koloni transforman tunggal  pada  media  YPDA yang  mengandung  zeocin dengan konsentrasi
meningkat 100,  200,  500,  dan  1000  µgml  Gambar 15.  Sebagai  kontrol digunakan  media  YPDA  tanpa zeocin. Uji multikopi  gen dilakukan dengan
menumbuhkan koloni  transforman tersebut  pada  medium  dengan  konsentrasi zeocin meningkat. Sebagain besar koloni transforman tumbuh stabil pada media
kontrol dan  media  dengan zeocin  sampai  dengan  konsentrasi  500  µgml. Sedangkan  pada media  dengan konsentrasi zeocin 1000  µgml, beberapa  koloni
tampak terhambat  pertumbuhannya.  Diperoleh sekitar  53 koloni  yang stabil pertumbuhannya. Sama halnya  dengan  fusi  gen  scFv::HPR, penentuan  jumlah
salinan gen diprediksi berdasarkan Nordén et al.2011. Diperlukan minimal satu salinan gen Sh ble yang menyandi resistensi terhadap zeocin untuk dapat tumbuh
pada medium  dengan 100 µgml  zeocin,  4  salinan gen pada  500  µgml  dan  9 salinan gen pada  1000  µgml.  Klon mengandung 17  salinan  gen dapat  dijumpai
pada transforman yang tumbuh baik pada medium dengan zeocin 2000 µgml.
Gambar 16 Elektroforegram  hasil PCR  koloni  dari  beberapa  klon  yeast transforman  untuk  konfirmasi integrasi fusi gen scFv::GFP::HPR
dalam genom P. pastoris. Ukuran  panjang  dari  fusi  gen scFv::GFP::HPR
adalah  sekitar  1900  pb.  Tanda  panah menunjukkan pita DNA dari fusi gen yang dimaksud. M= penanda
DNA; 1-2 =kontrol negatif; 3-12 = klon P. pastoris transforman.
Plasmid pPICZα yang mengandung fusi gen scFv::GFP::HPR telah berhasil diintegrasikan ke dalam genom P. pastoris. Seleksi genom transforman dilakukan
dengan metode PCR  koloni  terhadap  10  koloni  transforman.  Pasangan  primer VH101-F dan  HPRmut-R digunakan untuk mendeteksi fusi gen tersebut dalam
genom  yeast. Dari 10 koloni  yang diseleksi, semua koloni menunjukkan produk PCR berupa pita DNA berukuran sekitar 1900 pb Gambar 16. Ukuran dari fusi
gen scFv:GFP::HPR adalah  1900  pb. Dari  hasil analisis  ini diduga semua transforman P. pastoris tersebut telah mengandung fusi gen scFv:GFP::HPR.
29
Galur P.  pastoris transforman  yang  digunakan  dalam  uji  ekspresi  protein rekombinan  menunjukan  fenotipe  berupa  pendaran  fluoresen  hijau. Gambar 17
menunjukkan hasil  pengamatan terhadap sel P.  pastoris transforman yang berpendar di  bawah mikroskop  flouresen. Pendaran  fluoresen  hijau  tersebut
berasal  dari  protein  GFP  yang  merupakan  bagian  dari  protein  fusi  rekombinan tersebut. Huang dan  Shusta  2006 menyatakan  bahwa GFP banyak  digunakan
sebagai  penanda  dinamika  intraseluler  dan  lokalisasi protein.  Efisiensi  sekresi protein scFv  dan protein  fusi scFv  bervariasi, dan GFP dapat  berperan sebagai
penanda  untuk  mengetahui  jalur  sekresi  protein  heterolog.  Protein  fusi  yang disekresikan  ini  diharapkan  membentuk fusi  protein  yang  fungsional,  karena
gugus  GFP  yang  aktif hanya  akan  berpendar  bila  protein  tersebut  mengalami maturasi  dan  terfolding  dengan  tepat. Perbedaan posisi  relatif protein  fusi GFP
dan scFv, baik diujung-Natau -C tidak berpengaruh terhadap jumlah protein yang dihasilkan namun lokalisasi intraselulernya memiliki pola yang berbeda.
Gambar 17 Pengamatan P. pastoris transforman  dan  non-transforman dengan mikroskop flouresen pada fase kontras lajur kiri dan fase flouresen
lajur kanan. A. Sel non transforman tanpa GFP kontrol ; B dan C. Sel transforman yang mengandung GFP dari klon no. 48 dan 50.
Hal  ini  membuktikan  bahwa  gen  penanda  GFP  yang  diintegrasikan  pada vektor  pPICZα  dapat  terekspresi  pada  sel P.  pastoris. Pengamatan  dengan
mikroskop fluoresen terhadap sel transforman menunjukkan bahwa pada sebagian sel  tampak  seperti  adanya  partikel  berfluoresen  yang  terjebak  di dalam  sel,  ada
yang keseluruhan sel berpendar hijau, atau sel berpendar dengan tingkat pendaran bervariasi. Pembentukan  partikel  flouresen di  dalam  sel ini dapat terjadi  karena
pelipatan fusi protein dengan GFP  terjebak  dalam  sitoplasma.  Hal  tersebut kemungkinan terjadi sebagai konsekuensi dari tingkat kelarutan GFP yang tinggi
dalam  sitoplasma dan karena  ekspresi protein  heterolog yang  sangat  tinggi.
30
Namun demikian ada kemungkinan lain dimana terjadi transfer GFP ke beberapa organel Zupan et al. 2004. Sementara  itu  pada  sebagian  sel  yang  memiliki
efisiensi  sekresi  tinggi  akan  menunjukkan  pendaran  lebih  lemah,  disebabkan protein  yang  diproduksinya  segera  disekresikan  keluar  sel  secara  efektif.
Sedangkan  bila  sel  mangalami  kendala  dalam  proses  sekresi  protein,  seperti inefektif  dalam  memproses  atau  memotong  sinyal  peptida,  maka  kemungkinan
protein tersebut akan terakumulasi pada permukaan sel. Proses pemotongan sinyal peptida  umumnya  berlangsung  pada  tahap  akhir  proses  protein  di  retikulum
endoplasmik ER atau pada permukaan sel dimana banyak dijumpai endoprotease yang memproses protein ekstraselular.
Gambar 18 Ekspresi  protein  khimera scFv::EGFP::HPR dari  beberapa  klon P. pastoris
transforman 6 klon, dianalisis dengan metode slot-blot A dan elektroforesis gel SDS PAGE B. A Analisis slot-blot protein
sampel duplo; kolom 1: kontrol negatif; kolom 2-7: protein
ekstraseluler dari kultur media yeast transforman. B Elektroforesis gel  protein  rekombinan dari  sampel  media  kultur yang  dipekatkan
dari klon no.48 lajur-1 dan klon no.50 lajur-2.
Fusi  protein  scFv  rekombinan  yang  dikonstruksi mengandung  sekuen penanda his-tag 6xHis  pada  ujung-C. His-tag ini umumnya  digunakan  pada
analisis protein untuk memudahkan produksi, purifikasi, dan deteksi protein yang diinginkan. Karena itu analisis imunoblotting dengan metode slot blot dilakukan
menggunakan antibodi anti his-tag sebagai antibodi primer. Dari hasil analisis slot blot
terhadap  enam  sampel  terpilih  terlihat  bahwa  protein fusi rekombinan tersebut terdeteksi dengan baik menggunakan anti his-tag Gambar 18A. Analisis
slot  blot merupakan  teknik  semi-kualitatif  yang dapat  digunakan untuk  deteksi
dan  karakterisasi  protein  rekombinan  total  yang  diekspresikan  baik  pada E.  coli maupun  sistem  ekspresi  lain  seperti  yeast.  Sedangkan elektroforesis SDS-PAGE
dan western blot dapat mendeteksi protein target lebih spesifik dengan sensitivitas lebih tinggi dan dapat memperlihatkan bobot molekul yang jelas dari protein yang
dianalisis Zhu et al. 2005.
Purifikasi  protein  menggunakan  kromatografi  kolom  afinitas  Ni-NTA agarose Qiagen dilakukan untuk isolasi dan purifikasi protein rekombinan yang
dihasilkan  oleh P. pastoris.  Hasil  purifikasi dianalis  lebih  lanjut dengan elektroforesis SDS-PAGE dan western blot. Dari hasil SDS-PAGE Gambar 19A
terlihat protein bahwa protein fusi rekombinan dapat diisolasi dan dielusi dengan
31
larutan imidazol Gambar  19A,  lajur-3,  4,  5. Tampak  pada  gel  bahwa  protein hasil  isolasi  memiliki  tingkat  kemurnian  cukup  baik,  bila  dibandingkan  dengan
sampel awal protein tersebut Gambar 19A, lajur-2. Protein target secara efisien dipertahankan pada kolom  matriks.  Setelah  proses  pencucian kolom  untuk
menghilangkan  protein  kontaminan  lain, protein  target dapat  dengan  mudah dielusi baik dengan mengatur kondisi pH pada kolom atau dengan menambahkan
larutan imidazol ke dalam kolom Bornhorst  Falke 2000. Analisis western blot Gambar 19B juga  dilakukan  untuk  mengetahui bobot molekul protein scFv
rekombinan yang  dihasilkan. Dari  analisis western  blot tampak  adanya  pita protein  yang  terdeteksi  pada  membran yang  menunjukkan  ukuran  dari  pita
tersebut berkisar 55 kDa Gambar 19B. Pita protein tersebut tampak jelas pada membran dan hanya  ada satu pita protein  yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa pita protein tersebut merupakan protein target yang dihasil oleh P. pastoris transforman. Berat molekul protein fusi scFv::GFP::HPR secara teoritik adalah 70
kDa yang dihitung menggunakan program ‘Compute pIMw tool’ dari salah situs pangkalan  data  protein
http:web.expasy.orgcgi-bincompute_pipi_tool. Perhitungan  teoritis didasarkan  pada  jumlah  dan  jenis  asam  amino  penyusun
dengan algoritma yang relatif kompleks, namun perhitungan tersebut tidak sesuai dengan berat molekul yang diperoleh  melalui  eksperimental, yaitu 55 kDa
Lampiran  10. Perbedaan ukuran molekul  protein antara perhitungan secara teoritis dengan perhitungan secara  eksperimental pada  gel  SDS  PAGE  dapat
terjadi, seperti  yang juga dialami oleh Trung et al. 2006 dan dapat disebabkan oleh  beberapa  hal. Trung et  al. 2006 melakukan fusi  protein  rekombinan
ButaITGNA yang mengandung polipeptida ButaIT yang difusi pada ujung-N dari snowdrop  lectin.
Protein fusi  tersebut dimigrasikan  pada SDS  PAGE dan menunjukkan perbedaan  ukuran dari  ukuran  teoritis yang  diduga  karena
polipeptida toksin tersebut memiliki kandungan sistein yang tinggi. Nicot et al. 2002 memprediksi protein humanrat M-CPTI dan pig L-CPTI bermigrasi lebih
cepat  pada gel elektroforesis SDS dibandingkan  dengan  berat  molekul  yang diprediksi. Fenomena  ini  diperkirakan karena  protein  mempertahankan  anomali
pola migrasi pada  produksi  secara in  vitro,  karena  adanya  perbedaan intrinsik pada struktur primer pada kedua protein. Menurut Rath et al. 2009 pergeseran
berat  molekul protein pada gel  SDS PAGE tampaknya menjadi  kejadian yang relatif  umum. Penyebab  perbedaan  migrasi ini antara  lain karena perubahan
pengikatan  SDS  dan  konformasi  jepit  rambut  hair  pin.  Keduanya  merupakan komponen  yang  saling  terkait yang  dianalogikan  dengan  pelipatan  protein.
Pertama, pelapisan dari daerah transmembran oleh rantai asil detergen dan adopsi konformasi heliks, dan  kedua  kompetisi  diantara  protein-protein  dan  kontak
antara protein dengan detergen. Perbedaan ukuran antara perhitungan teoritis dan perhitungan pada gel SDS PAGE ini juga diduga karena adanya proses modifikasi
pascatranslasi pada protein yang dihasilkan dari organisme eukariotik seperti yang diproduksi pada P. pastoris. Proses ini termasuk glikosilasi yang berfungsi secara
biologis untuk  berbagai  hal, seperti pembentukan dinding  sel, pembelahan  sel, perkembangan siklus sel, dan pelipatan protein Bobrowicz et al. 2004. Powers et
al.
2001 mengemukakan bahwa heterogenitas berat molekul yang diamati bisa disebabkan oleh perbedaan  dalam proses glikosilasi atau pengolahan sinyal
peptida yang  digunakan.  Hal  tersebut  telah  dibuktikan  dengan  sekuensing N- terminal dan  analisis deglikosilasi dari  hasil  purifikasi  human  IgG1  scFv-Fc
32
protein  yang  menghasilkan  N-glikosilasi ditunjukkan oleh pita  yang  lebih  tingi sedangkan protein  yang  tidak  terglikosilasi ditunjukkan  oleh pita  yang  lebih
rendah.
Gambar  19 Isolasi  dan  purifikasi  protein fusi rekombinan  scFv::GFP::HPR dari salah satu  galur P. pastoris transforman. Analisis protein dilakukan
dengan  teknik  SDS-PAGE  A  dan  western  blot  B. 1: penanda protein;  2: crude  protein;  3-5:  fraksi  elusi  hasil  purifikasi  protein
dengan kolom afinitas.
Penentuan konsentrasi protein dilakukan menggunakan Qubit
®
Fluorometer invitrogen. Pada  sampel  protein  dari  proses  purifikasi  didapatkan  konsentrasi
protein rekombinan pada fraksi elusi E1, E2, dan E3 masing-masing 720, 484 dan 376  µgml dengan  volume  dari  masing-masing  fraksi  adalah 250  µl. Dengan
demikian  estimasi  total  protein  rekombinan hasil  purifikasi  dari  3  fraksi  elusi saja mencapai 15,85 mg per L kultur. Tingkat ekspresi protein fusi rekombinan
pada penelitian ini setara dengan hasil yang pernah dilaporkan penelitian lainnya untuk  jenis  protein  yang  hampir  sama. Huang  Shusta  2006 menyebutkan
tingkat ekspresi protein dari  antibodi  untai  tungal  sekitar 20 mgL kultur, menggunakan  sel  inang S. cerevisiae. Hasil  yang  hampir  sama  didapatkan  dari
purifikasi total  protein  rekombinan scFv anti-ED-B domain fibronectin pada P. pastoris
sebesar 5 sampai 20 mg per liter kultur Marty et al. 2001. Sementara itu Maeng et al. 2012 melaporkan produksi protein rekombinan anti-BNP scFv
hasil purifikasi pada P. pastoris mencapai 150 mg per  liter  kultur. Hal  ini menunjukkan  bahwa jenis protein  yang  berbeda  dapat  mengalami  pengolahan
jalur  sekresi  yang berbeda  dan  mengalami  perbedaan  hambatan  sekresi  yang berbeda pula.
5 SIMPULAN DAN SARAN