Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati ? 2. Bagaimana lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati?
3. Bagaimana hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT Setiawan Sedjati?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati.
2. Menganalisis persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati.
3. Menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif PT Setiawan Sedjati.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Perusahaan sebagai bahan pertimbangan serta memberikan informasi
tambahan bagi PT Setiawan Sedjati dalam menciptakan lingkungan kerja produktif melalui pola komunikasi organisasi dan dapat menambah
pengetahuan, serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pola komunikasi dalam menciptakan lingkungan kerja
yang produktif.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berdasarkan persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi dan persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif
PT Setiawan Sedjati. Pola komunikasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada komunikasi formal yang terdiri dari upward communication, downward
communication, diagonal communication dan horizontal communication, serta komunikasi informal terdiri dari selentingan dan penyebaran desas-
desus. Dimana pola komunikasi organisasi tersebut diterapkan mulai dari level manajer sampai level karyawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu elemen manajemen yang penting dalam suatu organisasi, karena komunikasi menyebarkan fungsi manajemen,
yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan. Istilah komunikasi diambil dari bahasa latin communis, yang berarti
umum common. Berdasarkan asal kata tersebut Gibson et al 1997 mendefinisikan komunikasi sebagai pengiriman transmisi pemahaman
umum melalui penggunaan isyarat simbol. Penambahan unsur pengertian pemahaman dalam definisi komunikasi dikemukakan oleh Stoner dan Freeman
1994 yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses dimana seorang individu berusaha untuk memperoleh pengertian yang sama melalui
pengiriman pesan simbolik. Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi.
Komunikasi juga
membantu anggota-anggota
organisasi mencapai
tujuan individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi, mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut
memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan Romli, 2011. Definisi yang dapat mencakup semua aspek komunikasi menurut
Zuhdi 2011 adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang baik verbal maupun
non verbal dengan menggunakan media dan bertujuan melakukan perubahan perilaku.
Pengertian komunikasi juga dipaparkan Wood 2000 dalam Soedarsono 2009 adalah proses yang sistematis dimana individu saling berinteraksi
dengan dan melalui simbol-simbol yang membentuk dan menginterpretasikan pengalaman.
Komunikasi organisasi
adalah proses
menciptakan dan
saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-
ubah menurut Goldhaber 1986 dalam Romli 2011.
2.1.1 Fungsi-fungsi Komunikasi
Menurut Sanjaja 2007, ada empat fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu:
1. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
infomation processing system. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. 2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Dalam organisasi, ada dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempengaruhi bawahannya daripada memberi perintah.
4. Fungsi Integratif Setiap
organisasi berusaha
untuk menyediakan
saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
2.1.2 Peran Komunikasi
Menurut Mintzberg dalam Stoner 1996 mendefinisikan mengenai peran komunikasi dalam tiga peran manajerial, yaitu:
1. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan,
pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi.
2. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontrak pribadi yang lain mengenai segala sesuatu yang
mungkin mempengaruhi pekerjaan dan tanggung jawabnya. 3. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasi-kan
proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen.
Berdasarkan peran komunikasi menurut Mitzberg dalam Stoner 1996 dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki arti penting, terutama
dalam peran antar pribadi, informal dan pengambilan keputusan. Dimana, komunikasi digunakan sebagai alat dalam penyampaian maksud dan tujuan
yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu hal penting yang dapat digunakan
untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.
2.1.3 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi dua tahap yaitu komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang simbol sebagai media. Lambang
tersebut berupa bahasa isyarat, gambar, warna dan sebagainya. Lambang yang paling banyak digunakan adalah bahasa proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikasi tidak berlangsung dengan sendirinya tetapi memiliki
proses. Menurut Bovee dan John Thil dalam Purwanto 2003 proses komunikasi terdiri atas enam tahap, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Komunikasi Purwanto, 2003
SALURAN
MEDIA Tahap 1
Pengirim mempunyai gagasan Tahap 2
Pengirim mengubah ide menjadi pesan
Tahap 3 Pengirim mengirim pesan
Tahap 4 Penerima mengirim ide pesan
Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan
Tahap 6 Penerima mengirim pesan
Adapun penjelasan proses komunikasi menurut Bovee dan John Thil dalam Purwanto 2003, adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan. Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim
pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber
yang terbentang luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi, baik yang dapat dilihat, didengar, dicium maupun
diraba. 2. Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan.
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah
kedalam bentuk pesan. 3. Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan.
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang
ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, namun ada juga
yang cukup panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan.
4. Tahap keempat: Penerima Menerima Pesan. Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila
pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Pesan yang diterima adakalanya sempurna, namun tidak jarang
hanya sebagian kecil saja. 5. Tahap kelima: Penerima Menafsirkan Pesan.
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Penafsiran suatu pesan secara
benar bila penerima pesan memahami pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.
6. Tahap keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik
Ke Pengirim. Umpan balik feedback adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Feedback dapat berfungsi sebagai koreksi
bagi pengirim. Pelaksanaan proses komunikasi tidak selamanya semudah yang
diharapkan, dimana terdapat gangguan noise dalam proses komunikasi yang akhirnya akan mempengaruhi jalannya proses penyampaian pesan.
Gangguan merupakan faktor apapun yang menggangu, membingungkan atau mencampuri informasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi
atau metode pengiriman, seperti udara untuk pembicaraan lisan dan kertas untuk surat. Gangguan dapat terjadi internal seperti ketika penerima tidak
memperhatikan, atau eksternal dimana pesan terganggu oleh suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap mana pun dari proses
komunikasi. Gangguan dapat sangat mengganggu dalam tahap penyandian dan pengertian Stoner, 1996.
Proses komunikasi dikatakan positif bila pesan diterima oleh penerima atau komunikan, sedangkan proses negatif bila pesan yang
disampaikan ditolak oleh komunikan Robbins, 2003.
2.1.4 Prinsip-prinsip Komunikasi
Menurut Nawangsari 1997 prinsip-prinsip komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Hilang dalam Perjalanan Principle of line loss Prinsip ini mengatakan bahwa efektifitas suatu komunikasi condong
berubah menurut jaraknya. Artinya makin banyak orang campur tangan dan semakin jauh jarak komunikator maka makin besar kemungkinannya
bahwa maksud dan pesan komunikan ini diputar balikkan, ditunda atau dihilangkan.
2. Prinsip Himbauan Emosional Principle of emotional appeal Himbauan emosi lebih cepat dikomunikan daripada himbauan pada akal
pikiran. Maksudnya gagasan atau ide akan lebih cepat didengar dan dimengerti kalau dihubungkan dengan kepentingan komunikan.
3. Prinsip Aplikasi Principle of application Makin banyak suatu cara komunikasi dipraktekkan, maka makin banyak
dimengerti. Manusia bersifat lupa, sehingga pesan atau informasi harus diulang-ulang. Dalam komunikasi terjadi proses penyesuaian diri manusia
dengan situasinya, sebagaimana juga usaha untuk menguasai keadaan karena itulah manusia berkomunikasi.
2.2. Pola Komunikasi