Pengangkutan Tebu TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mochtar 1982, tebu yang dipanen dengan cara mekanis dengan mesin pemanen tebu hasilnya lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan tebu yang dipanen secara manual tenaga manusia. Tebu yang ditebang secara manual umumnya memiliki hasil yang lebih bersih sehingga tidak perlu dicuci, disamping itu umumnya tebu yang ditebang oleh manusia hasil bagi kemurnian nira lebih tinggi, karena umumnya ditebang lebih rendah ke bawah jika ditebang secara manual. Hal ini disebabkan oleh kadar gula yang tertinggi terdapat pada bagian bawah batang tebu dan yang terendah terdapat pada pucuk tebu.

2.2 Pengangkutan Tebu

Pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan itu terlihat tiga hal, yakni ada muatan yang diangkut, tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya, dan ada jalan yang dapat dilalui. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan, dimana kegiatan pengangkutan diakhiri Siregar, 1990. Natojoewono 1981 mengatakan hal serupa terkait dengan transportasi angkut tebu, dimana angkutan atau transportasi tebu adalah kegiatan pemindahan tebu dari areal perkebunan menuju pabrik untuk diolah menjadi gula.Transportasi tebu terletak diantara dua kegiatan, yaitu kegiatan penebangan dan kegiatan penggilingan di pabrik.Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang optimum harus ada koordinasi yang baik antara kegiatan penebangan dan penggilingan. Transportasi merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan ini, sehingga pemecahannya membutuhkan perhatian yang lebih lanjut guna didapatkannya efisiensi kerja yang optimum serta jaringan kerja yang lebih efektif. Penentuan jumlah armada transportasi yang tepat akan mengurangi waktu yang hilang. Kehilangan waktu operasi menyebabkan terjadinya penundaan waktu penggilingan sehingga akan menurunkan kualitas tebu dan kuantitas nira yang dihasilkan Mochtar, 1982. Truk banyak digunakan sebagai alat angkut karena memiliki banyak keuntungan, yaitu dapat beroperasi dengan lancar, cepat, dapat memasuki daerah yang tidak terjangkau jalan lori, dan bila mengalami kerusakan, kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan menggunakan lori. Sistem pengangkutan yang efektif dan dapat dijamin untuk mencapai lokasi kebun serta mengangkut tebu ke pabrik merupakan suatu kebutuhan yang mutlak. Lama waktu perjalanan antara kebun dan pabrik tergantung dari jarak yang ditempuh, tenaga alat angkut, jenis alat angkut dan keadaan jalan yang dilewati serta arus lalu lintas Byrne, 1960. Tebu yang telah ditebang selanjutnya akan dikumpulkan pada suatu tempat sebelum diangkut ke dalam truk atau loader. Pengangkutan tebu yang sudah ditebang dari lahan ke truk dibedakan menjadi 3 macam yaitu pengangkutan manual manual loading, pengangkutan derek winch loading, dan grab loading James, 2004. Tranportasi tebu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penarikan dengan hewan, kereta, dan truk. Pada saat ini pengangkutan tebu lebih populer dilakukan dengan menggunakan truk atau dengan loader yang dibuat oleh bagian mekanisasi pabrik. Kegiatan pemanenan tebu akan berakhir pada kegiatan bongkar muat di cane yard, pada tempat ini tebu akan disimpan dan menunggu giliran untuk dimasukkan ke dalam mesin gilingan. Waktu simpan tebu maksimal di cane yard adalah selama 24 jam James, 2004. Secara umum, pengangkutan tebu merupakan proses pemindahan tebu dari kebun menuju pabrik, dimana koordinasi antara penebangan dan penggilingan harus optimal agar hasil rendemen tebu menjadi optimal. Pengangkutan tebu harus memperhitungkan jumlah armada transportasi yang tepat untuk mengurangi waktu yang hilang pada saat transportasi yang secara langsung dapat mengurangi tingkat penurunan kualitas tebu. Selain itu, sistem pengangkutan tebu harus berlangsung efektif dengan memperhitungkan jarak yang ditempuh, tenaga alat angkut, jenis alat angkut, dan keadaan jalan yang akan dilewati.

2.3 Penjadwalan