membuat suatu model yang luar biasa. Semakin lengkap informasi yang digunakan untuk mengembangkan UML, maka akan semakin baik sistem yang dihasilkan Kendall dan Kendall, 2011.
2.9.1 Diagram Kasus Use Case Diagram
Diagram kasus menyajikan interaksi antara use case dan aktor. Aktor dalam diagram use case dapat berupa orang, peralatan, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem yang sedang dibangun.
Use case menggambarkan fungsionalitas sistem atau persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi
sestem dari pandangan pemakai Sholiq, 2006.
2.9.2 Diagram Aktivitas Activity Diagram
Diagram aktivitas menggambarkan aliran fungsionalitas sistem. Pada tahap pemodelan bisnis, diagram aktivitas dapat digunakan untuk menunjukan aliran kerja bisnis. Selain itu, dapat juga untuk
menggambarkan aliran kejadian dalam use case. Diagram aktivitas ini pada dasarnya tidak perlu dibuat untuk setiap aliran kerja, namun diagram ini akan sangat berguna untuk aliran kerja yang komplek dam
luas Sholiq, 2006.
2.9.3 Diagram Kelas Class Diagram
Diagram kelas menunjukan interaksi antar kelas dalam sistem. Kelas mengandung informasi dan tingkah laku yang berkaitan dengan informasi tersebut Sholiq, 2006.
Menurut Nugraha 2002, kelas dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu kelas abstrak yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung diinstansiasikan, tetapi harus
diimplementasikan dahulu menjadi sebuah kelas. Hubungan antarkelas dapat terdiri dari: 1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar kelas. Umumnya menggambarkan kelas yang memiliki
atribut berupa kelas lain, atau kelas yang harus mengetahui eksistensi kelas lain. Panah navigasi menunjukkan arah query antar kelas.
2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian. 3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar kelas. Kelas dapat diturunkan dari kelas lain dan
mewarisi semua atribut dan metoda kelas asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari kelas yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah
generalisasi.
2.9.4 Diagram Status State Chart Diagram
Diagram status menyediakan sebuah cara untuk memodelkan berbagai macam keadaan yang mungkin dialami oleh sebuah obyek. Jika dalam diagram kelas menunjukan Gambaran statis kelas
– kelas dan relasinya, diagram status digunakan untuk memodelkan tingkah laku dinamik sistem Sholiq,
2006. Dalam UML, status digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut membulat dan memiliki
nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar status umumnya memiliki kondisi pelindung yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku. Aksi yang
dilakukan sebagai akibat dari event tertentu dituliskan dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan berbentuk lingkaran berwarna penuh dan lingkaran berwarna setengah Nugraha, 2002.
III. METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya, tebu merupakan jenis tanaman yang harus segera diolah digiling setelah tebu tersebut selesai ditebang, Hal ini harus dilakukan untuk mengurangi resiko kehilangan rendemen gula
yang terdapat dalam tebu tersebut. Namun, tidak jarang apabila sistem transportasi yang diterapkan di perusahaan tidak efisien dan efektif dapat berakibat terhadap tidak sesuainya jumlah tonase kebutuhan
tebu yang seharusnya tersedia, sehingga target dari jumlah produksi gula yang dihasilkan pun tidak dapat terpenuhi. Tabel 5 memberikan perbandingan data dari jumlah tebang yang direncanakan dengan
realisasi jumlah tebang yang telah dilakukan. Tabel 5. Perbandingan rencana dengan realisasi tebang
Tanggal Rencana Tebang
Kuintal Realisasi Tebang
Kuintal 25-May-12
24200 24405
26-May-12 26870
32822
27-May-12 20612
23321
28-May-12 31180
38144
29-May-12 19400
24346
30-May-12 37330
36661
31-May-12 38380
36021
1-Jun-12 27500
28160
2-Jun-12 45140
41205
3-Jun-12 43140
36246
4-Jun-12 42950
38976
5-Jun-12 40680
44663
6-Jun-12 43450
39028
7-Jun-12 43650
36766
8-Jun-12 43400
40357 Sumber : PG Rajawali II Unit Jatitujuh 2012
Melalui Tabel 5 dapat terlihat bahwa dari lima belas hari tebang angkut tebu, jumlah realisasi tebu yang sesuai atau lebih dari jumlah tebu pada rencana tebang adalah sebanyak tujuh hari. Hal ini
menunjukan bahwa jumlah tebu yang didapat oleh perusahaan tidak selalu sesuai dan stabil. Terkait dengan hal pengangkutan tebu, PG Rajawali II Unit Jatitujuh menggunakan beberapa alternatif untuk
menanggulangi tidak tercapainya target tebang tebu ini, salah satunya dengan menghitung jumlah alat angkut dengan jumlah perkiraan trip setiap truknya sebagai dasar penentuan jumlah kebutuhan truk
untuk mencapai target tebang harian yang telah direncakan. Manajemen transportasi yang digunakan
ini pada dasarnya baik untuk dilakukan namun terdapat beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan agar proses pengangkutan tebu berjalan efektif dan efisien, seperti jumlah dari alat transportasi yang
digunakan haruslah tepat, jarak antara kebun menuju pabrik yang cukup variatif, kondisi idle dari pihak penebang tebu serta truk yang digunakan, jumlah tebang tebu yang direncanakan tidak sama setiap
harinya, melainkan variatif tergantung kondisi dari pabrik, jumlah tebu yang tersedia di caneyard, dan lain
– lain. Selain itu, sistem transportasi yang dilakukan oleh perusahaan yaitu setiap truk yang
mengangkut tebu, truk tersebut hanya dapat mengangkut tebu di satu kebun saja. Sistem ini pada dasarnya baik untuk diterapkan, namun sistem ini tidak cukup fleksibel serta tidak selalu efektif dan
efisien. Sistem yang telah digunakan oleh perusahaan tersebut memberikan potensi idle untuk tebu yang sudah ditebang, karena tebu yang sudah di tebang tidak dapat langsung diangkut oleh truk ketika truk
tersebut sedang mengangkut tebu menuju pabrik. Apabila tebu yang sudah ditebang tidak langsung diangkut oleh truk, sedangkan waktu yang digunakan untuk mengangkut dan menebang terbatas, akan
terjadi kemungkinan tidak tercapainya target tebang atau tonase dari tebu yang telah dibuat dengan realisasi tebang yang telah dilakukan.
Terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala pengangkutan tebu ini, salah satunya yaitu dengan melakukan penjadwalan transportasi truk yang digunakan untuk
mengangkut tebu dengan teknik heuristik agar pengangkutan tebu berjalan dengan baik. Penjadawalan transportasi yang dibuat merupakan penjadwalan transportasi dimana setiap truk memiliki fleksibilitas
untuk mengangkut tebu di kebun lain namun harus sesuai dengan koridor sistem yang akan dibuat dibuat. Penjadwalan pengangkutan tebu yang dibuat terdiri dari penentuan rute angkut tebu pada setiap
trip serta penentuan jumlah kebutuhan truk yang akan digunakan, sehingga proses angkut tebu dan penebangan tebu dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Dalam sistem penjadwalan transportasi yang dibuat ini, kebun, pabrik, dan transportasi angkut dipandang sebagai satu kesatuan mata rantai yang saling berkaitan. Mengacu pada kerangka pemikiran
yang telah dibuat pada Gambar 9, penjadwalan transportasi dibuat dengan memperhatikan penjadwalan tebang panen di kebun dan penjadwalan produksi di pabrik. dengan kata lain, penjadwalan transportasi
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi dengan penjadwalan panen dan penjadwalan produksi. Dengan demikian, penjadwalan angkut tebu ini dibuat berdasarkan dari rencana
penebangan tebu, kapasitas produksi, serta rencana produksi tebu yang di update setiap harinya, sehingga penjadwalan tebu akan bervariasi setiap harinya tergantung dari faktor
– faktor yang telah disebutkan. Selain itu, penjadwalan transportasi tebu ini dilakukan dengan melakukan analisa terlebih
dahulu terhadap antrian yang terjadi pada saat pengangkutan tebu, agar hasil yang didapatkan lebih mendekati hasil untuk kondisi real dari pengangkutan tebu di industri gula.