Hasil Model Penjadwalan PEMBAHASAN

produktivitas melalui penjadwalan transportasi yang telah dibuat. Tabel 10 memberikan contoh dari hasil penjadwalan yang telah dilakukan untuk penebangan tanggal 25 Mei 2012. Tabel 10. Contoh Hasil Pengujian Model Penjadwalan 25 Mei 2012 Nomor Truk Trip 1 Trip 2 Trip 3 Trip 4 Trip 5 Waktu Selesai Mengangkut Tebu Setiap Truk Menit 1 50 1697 561 2315 1838 711 2 60 988 1792 2315 : 608 : : : : : : : : : : : : : : 96 511 1121 1113 1362 : 738 97 1121 561 998 60 : 816 Rata – Rata Waktu Selesai Angkut Tebu 715 Melalui Tabel 10 dapat terlihat bahwa setiap truk akan mengangkut tebu di kebun yang berbeda – beda setiap tripnya, sebagai contoh, truk No.1 pada trip pertama akan mengangkut tebu di kebun dengan kode petak 50. Pada trip kedua, truk No.1 tidak mengangkut tebu di kebun yang sama, melainkan akan mengangkut tebu di kebun dengan kode petak 1697, hal ini menunjukan bahwa output dari model penjadwalan yang telah dilakukan oleh program telah sesuai dengan hasil yang diharapkan, dimana fleksibilitas truk akan meningkat dengan memiliki rute angkut menuju kebun yang berbeda di setiap tripnya. Pada Trip 5, tidak semua truk akan di alokasikan menuju kebun, dikarenakan adanya kemungkinan terdapat beberapa truk yang sudah mencapai batas waktu angkut menit ke-840 atau jumlah tebu yang telah direncanakan untuk diangkut telah terangkut semua pada trip sebelumnya trip 4. Pada Tabel 10 terdapat kolom waktu selesai mengangkut tebu setiap truk, kolom tersebut memberikan informasi bahwa setiap truk yang dialokasikan untuk mengangkut tebu pada hari tersebut dapat mengangkut keseluruhan tebu yang telah direncanakan untuk ditebang dan diangkut sebelum batas waktu pengangkutan, yaitu pada menit ke-840. Hasil pengujian model penjadwalan dapat dilihat pada Lampiran 12. Selain dilihat dari tujuan kebun yang akan diangkut, pengujian model penjadwalan dilakukan dengan melihat hasil penjadwalan yang telah dilakukan dilihat dari segi waktu pengangkutan tebu di kebun. Tabel 11 memberikan contoh hasil pengujian model penjadwalan dilihat dari segi waktu pengangkutan tebu di kebun untuk tanggal 25 Mei 201 Tabel 11. Hasil Pengujian Model Penjadwalan untuk Waktu Muat Tebu Kode Petak Nomor TrukWaktu Selesai Menit Rata – rata Waktu Tunggu Tebu menit Waktu Selesai Mengangkut Tebu di Kebun menit 50 --13 38 61 86 87-- 18 607 --310 354 385 438 463-- 4 19 6 28 60 --50 87 8 19 4-- 23 721 --237 290 329 374 452-- 6 28 14 20 53 : : : : : : : : : : : : : : : : 2315 --1 2 25 14 : 42 673 --495 520 622 648 : 128 77 1 Rata - Rata Waktu Tunggu Tebu MenitRata - Rata Waktu Selesai Mengangkut Tebu di Kebun 44 576 Tabel 11 memberikan informasi mengenai nomor truk yang mengangkut pada suatu kebun, pada menit ke berapa truk tersebut akan diisi dengan tebu, beserta waktu tunggu tebu untuk diangkut. Waktu tunggu tebu merupakan waktu tunggu yang dihabiskan oleh tebu untuk dimuat ke dalam truk selanjutnya setelah truk sebelumnya telah selesai diisi dengan tebu. Sebagai contoh, truk nomor 38 pada Tabel 11 akan mulai diisi dengan tebu pada menit ke – 354 dan proses memuat tebu akan selesai pada menit ke – 379 waktu memuat tebu = 25 menit. Setelah itu, truk nomor 61 sampai di kebun dan mulai diisi dengan tebu pada menit ke – 385, setelah proses memuat tebu untuk truk 38 selesai pada menit ke – 379 sampai dengan dimulainya proses memuat tebu ke dalam truk nomor 61 pada menit ke – 385, terdapat jeda atau waktu tunggu yang dihabiskan oleh tebu selama 6 menit. Lampiran 13 memberikan hasil pengujian penjadwalan secara keseluruhan untuk tanggal 25 Mei 2012. Waktu tunggu tebu sangatlah penting untuk diketahui, karena salah satu fungsi dari penjadwalan menurut Russel and Taylor 1995 adalah untuk mengurangi kondisi idle time dan jumlah produk yang tertahan pada suatu proses pekerjaan, dimana produk yang dimaksud dalam konteks penjadwalan angkut tebu ini adalah tebu yang akan diangkut dari kebun menuju pabrik. Semakin kecil waktu tunggu suatu tebu, semakin kecil potensi penurunan kualitas nira dan kuantitas dari tebu yang akan terjadi. Minimal waktu tunggu setiap tebu untuk diangkut ke dalam truk adalah nol. Waktu tunggu sama dengan nol menandakan bahwa setelah tebu selesai diangkut ke dalam satu truk, maka tebu tersebut langsung diangkut ke dalam truk selanjutnya, dengan kata lain, terdapat antrian truk yang menunggu untuk mengangkut tebu. Waktu selesai mengangkut tebu di kebun pada Tabel 11 berbeda dengan waktu selesai mengangkut tebu setiap truk pada Tabel 10. Pada Tabel 10, diberikan informasi mengenai waktu selesai atau waktu berakhirnya penugasan mengangkut tebu oleh setiap truk selama satu hari pengangkutan berlangsung. Sedangkan waktu selesai mengangkut tebu di kebun pada Tabel 11 memberikan informasi mengenai pada menit ke berapa atau berapa lama tebu yang terdapat di suatu kebun akan habis diangkut oleh truk. Pada dasarnya, tujuan dari diberikannya informasi mengenai waktu selesai mengangkut tebu pada suatu kebun dan setiap truk adalah sama, yaitu untuk mengetahui waktu selesai mengangkut tebu baik dari kebun maupun dari truk, namun keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Dengan diketahuinya waktu selesai mengangkut tebu di setiap kebun, dapat dilihat apakah dengan digunakannya truk yang berbeda – beda setiap tripnya untuk mengangkut tebu di kebun tersebut, sistem pengangkutan tebu mengalami gangguan serta tebu yang direncanakan untuk ditebang dapat terangkut semua dengan tepat waktu atau tidak. Sedangkan dengan diketahuinya waktu selesai mengangkut tebu dari setiap truk, dapat dilihat apakah dengan mengangkut tebu pada kebun yang berbeda, proses pengangkutan dapat berjalan dengan baik serta dapat dilakukan dengan tepat waktu atau tidak. Melalui contoh hasil penjadwalan pada Tabel 10 dan Tabel 11, dapat terlihat bahwa dengan dilakukannya proses penjadwalan, tebu dapat ditebang seluruhnya sebelum mencapai batas waktu pengangkutan, yaitu menit ke – 840, baik dilihat dari waktu selesai mengangkut tebu di kebun dan waktu selesai mengangkut tebu dari setiap truk. Rata – rata waktu penugasan truk dan rata – rata waktu tunggu tebu dihitung untuk mengetahui berapa lama waktu tunggu tebu dan apakah setiap truk yang dialokasikan pada saat pengangkutan tebu berlangsung melebihi batas waktu pengangkutan 20.00menit ke-840 serta apakah tebu yang direncanakan untuk diangkut dapat tercapai apabila dilihat dari segi waktu pengangkutan. Tabel 12 memberikan data hasil perhitungan rata – rata waktu penugasan truk dan rata – rata waktu tunggu tebu. Tabel 12. Rata - Rata Waktu Penugasan Truk dan Waktu Tunggu Tebu Sebelum Diangkut Periode Rata - Rata Waktu Penugasan Truk Menit Rata - Rata Waktu Tunggu Tebu Sebelum Diangkut Menit Periode 1 715 44 Periode 2 739 35 Periode 3 721 30 Periode 4 738 41 Periode 5 709 35 Periode 6 737 37 Tabel 12 memberikan data lama waktu tunggu yang dialami tebu sebelum dimuat ke dalam truk melalui implementasi system dengan menggunakan model penjadwalan yang telah dibuat untuk enam periode. Periode satu merupakan hari pengangkutan untuk tanggal 25 Mei 2012, periode dua untuk tanggal 26 Mei 2012, periode tiga untuk tanggal 27 Mei 2012, periode empat untuk tanggal 29 Mei 2012, periode lima untuk tanggal 30 Mei 2012, dan periode enam untuk tanggal 31 Mei 2012. Rata- rata waktu penugasan truk yang didapatkan melalui pengujian model penjadwalan memberikan hasil bahwa setiap truk yang dialokasikan untuk mengangkut tebu dapat menyelesaikan pengangkutan tebu sebelum batas waktu pengangkutan tebu, yaitu menit ke 840. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan model penjadwalan yang telah dibuat, jumlah tebu yang telah direncanakan untuk diangkut dan ditebang dapat tercapai sebelum mencapai menit ke-840. Rata- rata waktu tunggu tebu sebelum diangkut merupakan jumlah rata – rata waktu tunggu yang dibutuhkan tebu sampai tebu tersebut dimuat ke dalam truk di kebun. Waktu tunggu tersebut sangatlah berpengaruh terhadap tingkat kerusakan tebu, dimana semakin lama tebu tersebut menunggu untuk diangkut, maka semakin lama pula waktu tebu tersebut menunggu untuk digiling. Rata- rata waktu tunggu tebu sebelum dimuat ke dalam truk tersebut dipengaruhi oleh jarak dari kebun menuju pabrik, serta kondisi jalan dan cuaca, dimana semakin jauh jarak tempuh truk, semakin lama pula waktu tunggu tebu. Dari hasil perhitungan, di dapatkan data bahwa waktu tunggu tebu untuk diangkut pada hari penebangan yaitu 44 menit, 35 menit, 30 menit, 41 menit, 35 menit, dan 37 menit. Tebu pada dasarnya tidak hanya mengalami waktu tunggu pada saat sebelum tebu diangkut saja, namun tebu tersebut akan kembali mengalami waku tunggu ketika tebu tersebut dimuat dari kebun ke dalam truk, diangkut dari kebun menuju pabrik, mengantri di stasiun bongkar tebu, dan ketika tebu tersebut di simpan di caneyard. Jumlah waktu tunggu tebu dapat dihitung melalui persamaan 7. Waktu tunggu tebu ketika di dalam caneyard tidak dimasukan ke dalam persamana 7 karena tebu yang disimpan di dalam caneyard akan digiling secara acak atau tidak bersifat First In First Out FIFO sehingga waktu tunggu tebu di dalam caneyard sulit untuk ditentukan lama waktu tunggunya. Hasil dari persamaan 7 dapat dilihat melalui Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Waktu Tunggu Tebu Periode Rata - Rata Waktu Tunggu Tebu Sebelum Diangkut Menit Waktu Mengangkut Tebu Muat tebu – Bongkar tebu Menit Jumlah Waktu Tunggu Tebu Hasil Model Penjadwalan Menit Periode 1 44 120 164 155 150 161 155 157 Periode 2 35 120 Periode 3 30 120 Periode 4 41 120 Periode 5 35 120 Periode 6 37 120 Rata - rata 37 120 157 Melalui Tabel 13, dapat terlihat bahwa rata - rata waktu tunggu tebu dengan menggunakan model penjadwalan yaitu 157 menit. Waktu tunggu hasil model penjadwala tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan waktu tunggu tebu aktual, yaitu sebesar 178 menit. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model penjadwalan yang telah dibuat, tebu dapat di angkut lebih cepat sehingga waktu tunggu tebu tersebut akan menjadi leibh sedikit, dan secara tidak langsung akan menunda kerusakan tebu karena tebu tersebut dapat digiling lebih cepat. Selain dari waktu tunggu tebu, tercapainya jumlah tonase tebu yang akan ditebang merupakan salah satu tujuan dari dilakukannya pemodelan untuk penjadwalan transportasi angkut tebu. Setelah dilakukan pengujian model penjadwalan untuk enam hari penebangan tebu, dihasilkan suatu data seperti yang terlihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Hasil Validasi Model Penjadwalan untuk Jumlah Tebang Tebu Dengan Realisasi Jumlah Tebang Periode Rencana Tebang Kuintal Jumlah Aktual Hasil Tebang Kuintal Jumlah Tebang Hasil Model Penjadwalan Kuintal Periode 1 24200 24405 24200 Periode 2 26570 32822 26500 Periode 3 20600 23321 20600 Periode 4 19400 24346 19400 Periode 5 36700 36031 36700 Periode 6 37340 34981 37340 Hasil dari pengujian program dengan rencana tebang yang telah dibuat oleh perusahaan memberikan hasil yang positif. Melalui Tabel 14 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model penjadwalan yang diberikan, jumlah tebu yang dapat diangkut oleh truk selama proses tebang angkut dilakukan tercapai atau sesuai dengan jumlah rencana tebang tebu yang telah dibuat. Selain dari jumlah tebang tebu yang dapat dicapai, pengujian model penjadwalan dilakukan dengan membandingkan jumlah dari realisasi truk yang digunakan dengan jumlah truk dari output model penjadwalan yang dihasilkan oleh program. Tabel 15 memberikan hasil dari perbandingan realisasi jumlah truk dengan jumlah truk hasil pengujian model penjadwalan. Tabel 15. Perbandingan Hasil Model Penjadwalan Jumlah Truk Dengan Realisasi Jumlah Penggunaan Truk Periode Rencana Tebang Kuintal Jumlah Aktual Penggunaan Truk Unit Jumlah Truk Hasil Model Penjadwalan Unit Periode 1 24200 114 97 Periode 2 26570 125 105 Periode 3 20612 99 83 Periode 4 19400 106 81 Periode 5 36700 127 146 Periode 6 37340 162 148 Melalui Tabel 15, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model penjadwalan yang diberikan, terdapat lima hari dari enam hari penebangan tebu yang dapat dilakukan dengan jumlah truk yang lebih sedikit dibandingkan dengan realisasi jumlah truk yang telah digunakan oleh perusahaan. Produktivitas truk dihitung dengan membandingkan rata – rata jumlah tebu yang dapat diangkut oleh setiap truk yang digunakan oleh perusahaan dengan rata – rata jumlah tebu yang dapat diangkut oleh setiap truk melalui model penjadwalan. Efisiensi truk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6 dimana hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan Rata - Rata Tebu yang Diangkut Setiap Truk Dengan Jumlah Aktual dan Jumlah Model Penjadwalan Periode Rata - rata Jumlah Tebu yang Diangkut Kuintal Truk Aktual Rata - rata Jumlah Tebu yang Diangkut Kuintal Truk Model Penjadwalan Efisiensi Jumlah Tebu yang Diangkut Periode 1 214 249 114.19 Periode 2 263 252 95.96 Periode 3 236 242 102.8 Periode 4 230 240 104.1 Periode 5 284 250 86.36 Periode 6 216 249 113.26 Rata - Rata 240 248 102.77 Melalui Tabel 16, dapat terlihat bahwa terdapat tiga hari dari lima hari waktu penebangan tebu dengan menggunakan model penjadwalan dimana setiap truk dapat mengangkut lebih banyak tebu dibandingkan dengan jumlah tebu yang dapat diangkut setiap truk dengan kondisi aktual. Selain itu, efisiensi dapat tercapai pada tanggal 25, 27, 29, dan 31 Mei periode satu, periode tiga, periode empat, dan periode enam sebesar 114,19, 102,8, 104,1, dan 113,26. Melalui hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model penjadwalan dapat meningkatkan efisiensi truk dan terdapat peningkatan produktivitas truk yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah tebu yang diangkut oleh setiap truk. Selama rentang waktu lima hari tersebut, terdapat dua hari penebangan dimana efisiensi tebu yang dapat diangkut setiap truk tidak tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena pada tanggal 30 Mei periode lima, jumlah aktual truk yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah truk hasil dari model penjadwalan. Sedangkan pada tanggal 26 Mei periode dua, jumlah truk yang dihasilkan dengan model penjadwalan lebih sedikit dari jumlah truk aktual, namun jumlah tebu yang dapat diangkut dengan jumlah truk aktual berbeda dengan jumlah tebu yang direncanakan untuk ditebang. Jumlah tebang yang melebihi jumlah rencana tebang pada dasarnya dapat menyebabkan tingkat penurunan rendemen gula di dalam tebu, dimana menurut Mochtar 1982, kehilangan gula dari saat penebangan sampai penggilingan terutama disebabkan oleh cara pemanenan dan penundaan tebu untuk digiling. Jumlah tebu berlebih yang didapatkan selama proses pengangkutan tebu dilakukan akan disimpan di dalam caneyard sampai tebu tersebut akan diolah. Apabila tebu berlebih tersebut terlalu lama didiamkan di dalam caneyard, maka tebu ditumpuk tersebut akan mengalami penurunan rendemen gula dan memberikan kerugian untuk perusahaan.

4.7 Kekurangan Model Penjadwalan

Model penjadwalan transportasi angkut tebu dibuat dengan menggunakan metoda heuristik dan menghasilkan efisiensi dan efektifitas yang cukup memuaskan. Namun, model yang dibuat masih memiliki beberapa kekurangan, terutama pada saat implementasi sistem, yaitu : 1. Hasil dari pengujian model menunjukan bahwa terdapat beberapa kebun dengan sisa tebu kurang dari 60 kuintal namun jumlah tebu tersebut masih diangkut oleh truk. Hal ini tidak sesuai dengan kapasitas dari truk yang seharusnya dapat mengangkut tebu secara optimum, yaitu 60 kuintal. Sehingga jumlah truk yang dihasilkan oleh program tidak maksimal. 2. Model ini masih bersifat statis, sehingga jika ada gangguan dalam sistem pengangkutan, model ini tidak dapat memberikan solusi. 3. Jarak dari kebun menuju pabrik yang digunakan untuk model ini tidak variatif atau tidak terlalu mendekati kondisi aktual dari kebun. Dalam artian, pembagian jarak menjadi lima radius tidak terlalu mewakili jarak sesungguhnya dari setiap kebun, sehingga penggunaan jarak menjadi tidak terlalu tepat 4. Waktu yang digunakan untuk melakukan penjadwalan transportasi angkut dengan menggunakan program ini relatif lama. 5. Program tidak dapat menghasilkan suatu penjadwalan tranportasi untuk mengangkut tebu lebih dari jumlah tebu yang berada di rencana tebang. Berbeda data aktual yang diberikan oleh perusahaan dimana terdapat beberapa realisasi tebang dengan jumlah angkut tebu yang lebih besar dibandingkan dengan rencana tebang. 6. Program menghasilkan suatu output penjadwalan dimana setiap jumlah sisa tebu yang terdapat di kebun mulai dihitung ketika truk telah selesai melakukan unloading di pabrik. Hal ini memberikan suatu potensi idle untuk tebu di kebun karena jumlah truk akan dialokasikan ketika sisa setiap tebu selesai dihitung sisanya ketika truk selesai melakukan unloadin, tidak pada saat tersebut selesai mengangkut tebu di kebun tersebut.