17
3.1.4. Pengukuran Risiko
Menurut Darmawi 2010, setelah tahap identifikasi risiko maka selanjutnya risiko diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh
informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk digunakan. Informasi yang diperlukan
berkaitan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu : a frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi; b keparahan dari kerugian. Sementara itu,
paling sedikit untuk masing-masing dimensi yang ingin diketahui adalah : a rata- rata nilainya dalam periode anggaran; b variasi nilai dari suatu periode ke
periode anggaran sebelumnya dan berikutnya; c dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika kerugian tersebut ditanggung sendiri.
Menurut Kountur 2006, tujuan pengukuran risiko yaitu menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang
menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu
peta sehingga dapat diketahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian dapat dilakukan penanganan risiko sesuai
dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya
Kountur, 2006.
3.1.5. Teknik Pemetaan
Menurut Kountur 2006, probabilitas merupakan dimensi pertama yang menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi
kemungkinan risiko terjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya jika semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, maka semakin rendah perhatian
yang diberikan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak yang merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi akibat suatu
18 risiko maka semakin rendah perhatian yang perlu diberikan. Umumnya dimensi
dampak dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran
I merupakan area skala prioritas ketiga dengan tingkat probabilitas sedang sampai besar dan tingkat dampak kecil sampai sedang. Risiko dalam kuadran ini memiliki
tingkat probabilitas kejadian yang besar tetapi berdampak kecil. Risiko ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan perusahaan. Kadang terasa mengganggu
jika risiko tersebut muncul menjadi kenyataan. Namun, hal tersebut biasanya mampu diatasi oleh perusahaan.
Kuadran II merupakan area dengan skala prioritas pertama. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian dan dampak sedang sampai
besar. Kuadran II terdiri dari risiko yang masuk ke dalam prioritas pertama atau prioritas utama. Jika risiko tersebut terjadi maka target perusahaan tidak akan
tercapai dan berada dalam kondisi terburuk yang bisa dinyatakan tutup atau bangkrut.
Kuadran III merupakan area dengan skala prioritas keempat dengan tingkat probabilitas kejadian yang kecil. Jika risiko ini terjadi akan berdampak kecil bagi
perusahaan dalam mencapai target atau tujuan. Risiko yang masuk dalam kuadran III cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan
sumber dayanya untuk menangani risiko. Namun, perusahaan tetap perlu mengadakan pengawasan pada risiko ini.
Kuadran IV merupakan area dengan skala prioritas kedua dengan memiliki tingkat probabilitas kejadian antara kecil sampai sedang. Risiko dalam kuadran IV
cukup jarang terjadi. Bila risiko pada kuadran IV terjadi akan menyebabkan terancamnya tujuan perusahaan.
3.1.6. Konsep Penanganan Risiko