Perumusan Masalah Analisis risiko produksi jamur tiram putih di Kampung Kukupu Kelurahan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor (Studi kasus : Kumbung Jamur Bapak Ramadin)

6 Tabel 7. Data Beberapa Pelaku Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kota Bogor Tahun 2011 No Nama Lokasi Jumlah Logbulan 1. Jamur Jaya Muarasari 3.200 2. Tani Aslam Sukasari 24.000 3. Subur Makmur Situ Gede 20.000 4. Curug Bj. Neros Curug 1.200 5. Ramadin Tanah Sareal 90.000 Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor 2012

1.2. Perumusan Masalah

Kumbung jamur milik Bapak Ramadin adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram putih yang berdiri pada tahun 2008. Kegiatan budidaya berlokasi di Kampung Kukupu Kelurahan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Lokasi tersebut pada awalnya merupakan lahan kosong yang ditumbuhi tanaman bambu. Pada awal kegiatan usaha yaitu tahun 2008, Bapak Ramadin mampu memproduksi 800 baglog per hari. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 2.000 baglog per hari. Dari tahun 2010 hingga saat ini mampu memproduksi 3.000 baglog per hari. Usaha budidaya jamur tiram putih milik Bapak Ramadin adalah usaha dengan skala besar yang mampu menghasilkan 90.000 baglog per bulan. Lokasi usaha yang terletak di Kota Bogor memiliki tingkat risiko produksi yang lebih tinggi karena keadaan alam yang kurang sesuai dengan kondisi ideal tumbuh jamur tiram putih. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26 C, dengan suhu terendah 21,8 C dan suhu tertinggi 30,4 C. Jamur tiram putih tumbuh ideal pada dataran tinggi dengan suhu 22 C – 28 C. Oleh karena itu, Bapak Ramadin melakukan modifikasi dalam pembuatan kumbung jamur agar dapat menyesuaikan dengan kondisi ideal tumbuh jamur. Jamur tiram putih memiliki tingkat risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura yang lain. Hal tersebut karena jamur tiram putih memiliki kondisi tumbuh yang harus sesuai dengan keadaan ideal, seperti suhu rendah, kelembaban tinggi, jenis kayu tidak bergetah untuk 7 serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan media tanam atau baglog, dan tempat khusus pemeliharaan atau kumbung. Pada kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Bapak Ramadin, dalam satu siklus produksi waktu yang dibutuhkan yaitu lima bulan dimulai dari pembuatan baglog sampai pada saat panen terakhir. Jika siklus pertama dimulai pada bulan Januari – Mei dan siklus kedua dimulai pada bulan Juli – November, maka dalam satu tahun terdapat dua siklus. Pada bulan Juni dan Desember adalah waktu untuk pembersihan dan pengistirahatan kumbung. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data produksi selama tiga tahun yaitu tahun 2009 sampai 2011. Siklus pertama yaitu Januari sampai Mei 2009, siklus kedua yaitu Juli sampai November 2009, siklus ketiga yaitu Januari sampai Mei 2010, siklus keempat yaitu Juli sampai November 2010, siklus kelima yaitu Januari sampai Mei 2011, dan siklus keenam yaitu Juli sampai November 2011. Pada tahun 2009 sampai 2011, input yang digunakan berjumlah 10.000 baglog dengan hasil produksi atau hasil panen berkisar antara 3.000 kg sampai 6.000 kg dalam satu siklus produksi. Selama menjalankan kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih diperoleh produktivitas tertinggi yaitu 0,6 kgbaglog dan produktivitas terendah yaitu 0,3 kgbaglog. Produktivitas terendah terjadi pada siklus kedua yaitu pada bulan Juli sampai November 2009 karena adanya peralihan musim dari musim kemarau ke musim penghujan. Data tersebut diperoleh dari 1 kumbung berukuran 6 m x 8 m dengan kapasitas 10.000 baglog Fluktuasi produktivitas tersebut diakibatkan oleh beberapa masalah yang timbul selama siklus produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, penurunan produktivitas disebabkan adanya serangan penyakit dan kondisi cuaca. Perubahan kondisi cuaca dari musim hujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Ketika musim kemarau tubuh buah jamur tiram putih akan tumbuh dengan kerdil. Ketika musim penghujan baglog menjadi mudah terserang penyakit karena kondisi suhu yang rendah. Hal tersebut terjadi karena jamur tiram putih merupakan tumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan suhu. Berfluktuasinya produktivitas mengindikasikan adanya risiko produksi yang terjadi pada usaha budidaya jamur tiram putih milik Bapak Ramadin. Risiko 8 produksi yang dialami oleh petani memberi dampak kerugian, sehingga perlu dikaji untuk mengetahui sumber risiko, dampak yang ditimbulkan, dan cara mengatasi risiko tersebut. Fluktuasi produktivitas jamur tiram putih milik Bapak Ramadin dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1. Produktivitas Jamur Tiram Putih di Kumbung Jamur Bapak Ramadin Sumber : Pemilik Usaha 2012 Berdasarkan gambaran kegiatan usaha budidaya jamur tiram yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang menjadi sumber risiko produksi budidaya jamur tiram putih pada usaha milik Bapak Ramadin? 2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi dalam kegiatan usaha budidaya milik Bapak Ramadin? 3. Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi sumber risiko produksi yang terjadi pada usaha milik Bapak Ramadin?

1.3. Tujuan Penelitian