29
1 Terjadinya pelanggaran perjanjian baik dilakukan oleh perusahaan inti maupun petani
2 Masalah alih teknologi yang berjalan setengah-setengah menyebabkan tingkat produktivitas rendah
3 Latar belakang petani yang beragam, sehingga sering terjadi beberapa masalah seperti petani tidak menguasai teknologi dan teknis budidaya
Selain itu menurut Priyono, B.S, et al 2004 menyatakan terdapat beberapa faktor penghambat keberhasilam kemitraan, antara lain :
1 Ada beberapa aturan yang tidak termuat dalam surat perjanjian. 2 Harga sapronak baru diketahui pada saat pelunasan.
3 Peternak tidak mengetahui cara perhitungan bonus. 4 Penyuluhan yang dilakukan pihak inti tidak menyeluruh.
5 Jadwal pengisian bibit tidak tepat waktu. 6 Jadwal pemanenan kadang tidak tepat waktu.
3.1.4 Syarat Keberhasilan Kemitraan Usaha
Menurut Priyono, B.S, et al 2004, peternak menilai bahwa pelaksanaan kemitraan sejauh ini bisa berjalan baik karena ada beberapa faktor pendukungnya,
antara lain : 1 Adanya perjanjian tertulis yang mengikat ke dua belah pihak.
2 Kredit diberikan dalam bentuk sapronak bukan uang tunai. 3 Sapronak diantar langsung ke lokasi kandang.
4 Pembimbingan oleh tenaga ahli dari perusahaan inti. Secara garis besar, kemitraan usaha antara mitra dengan perusahaan inti dijalin
dalam suatu mekanisme perjanjian dengan memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kondisi prasarana dan sarana, komponen kegiatan, dan dukungan
30
kebijakan pemerintah. Pada akhirnya, harmonisasi mekanisme kontrak dapat memberikan umpan balik bagi kedua belah pihak yang menjalin kontrak Iqbal, 2008.
Menurut Eaton 2001 dalam Iqbal 2008 paling sedikit ada tiga aspek kemitraan usaha yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu koordinasi produksi,
pengelolaan budidaya, dan pola hubungan dengan mitra. Jika ketiga aspek ini tidak dijalankan secara sinergis, maka implementasi kemitraan usaha sulit berjalan mulus.
Koordinasi produksi terkait dengan lokasi usaha agribisnis, seleksi mitra, formasi kelompok kerja, pengaturan sarana dan prasarana produksi dan kredit berikut
pendistribusiannya, dan pengaturan pembelian produksi. Pengelolaan budidaya meliputi jasa penyuluhan, transfer teknologi, jadwal produksi, dan pelatihan. Sementara pola
hubungan dengan peternak mencakup partisipasi dan eksistensi forum organisasi mitra. Hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1.
Menurut Simmons 2002 bahwa keberhasilan kemitraan usaha adanya dukungan dari faktor lingkungan dan adanya manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang
terdapat pada faktor lingkungan dipengaruhi oleh adanya kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat
mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan manajemen kemitraan biasanya dipengaruhi oleh seleksi petani kontrak dan resolusi konflik.
31
Gambar 1. Mekanisme Kemitraan Usaha Eaton 2001 dalam Iqbal 2008
Administrasi dan Ketatalaksanaan
Kontrak
Implementasi Kontrak
Keragaan Produksi
Pengawasan Monitoring
Umpan Balik : Modifikasi Penyesuaian Kontrak
Adaptasi dan Inovasi Alokasi dan Distribusi
Kondisi Sarana dan Prasarana :
- Pasar fisik dan sosial
- Dana dan Keuangan - Prasarana dan
Sarana - Bahan
- Komunikasi Komponen Kegiatan :
- Proses Produksi - Kebijakan Harga
- Penyuluhan - Seleksi Mitra
- Sarana Produksi - Pembayaran
- Penelitian - Pelatihan
Kebijakan Pemerintah : - Stabilisasi Politik
- Jasa Pelayanan Publik
- Pengawasan - Regulasi Industri
Mitra Perusahaan Inti
Kontrak
32
3.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Usaha