Definisi Operasional Peran Pemerintah Kota Depok Terhadap Kemitraan Ayam

41 Statistik W j mengikuti sebaran normal Z, jika nilai Wj . Z α2 atau two-tailed p- value dari statistik W j lebih kecil dari taraf nyata α =0,050 maka keputusannya adalah menolak H , artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh nyata signifikan terhadap variabel respon.

2. Interprestasi Koefesien

Interprestasi hasil regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat nilai rasio oddsnya. Odds ratio digunakan untuk memudahkan interprestasi koefisien. Peubah penjelas jika mempunyai tanda koefesien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu atau sebaliknya. Rasio odds merupakan interprestasi dari sebuah peluang yang dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Parameter β k mencermin perubahan dalam fungsi logit untuk perubahan satu unit peubah penjelas X yang disebut log odds. Nilai satu variable bebas tertentu jika naik satu unit, sedangkan variable bebas lainnya tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interprestasi terhadap nilai odds ini diperoleh dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interprestasi dari nilai odds ratio ini adalah kecenderungan atau peluang Y = 1 pada kondisi X = 1 sebesar β k kali dibandingkan X = 0.

4.6 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai peubah yang diteliti. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Karakteristik peternak mitra, yaitu cirri-ciri yang melekat dalam diri peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Karakteristik dari peternak plasma ayam broiler dalam penelitian ini meliputi : 42 a Umur, yaitu usia peternak pada saat melakukan usahaternak ayam broiler, dihitung berdasarkan satuan tahun. b Lama pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh peternak, diukur berdasarkan lama pendidikan yang dijalani selama satuan tahun. c Lama usahaternak ayam broiler, yaitu jumlah tahun lama peternak berusaha ternak ayam broiler baik dengan pola kemitraan maupun mandiri. Pengukuran dilakukan dalam satuan tahun. d Jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah banyaknya keluarga yang ditanggung peternak, dihitung berdasarkan satuan orang. e Prioritas usahaternak ayam broiler, yaitu kedudukan usaha ternak ayam broiler dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Pengukuran dilakukan dengan skala nominal yaitu berdasarkan sebagai usaha pokok dan sebagai usaha sampingan. f Luas kandang, yaitu luas kandang yang digunakan peternak dalam melakukan usahaternak ayam broiler, dihitung dalam satuan meter. 43 V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Kota Depok

Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor. Kata depok sendiri berasal dari kata dalam bahasa sunda yang berarti pertapaan atau tempat bertapa. Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok sebagai daerah penyangga dari Kota Jakarta mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Letak wilayah Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang terinkronasi secara regional dengan kota-kota lainnya.

5.1.2 Keadaan Perekonomian

Selama tahun 2002-2005 perekonomian Kota Depok tumbuh enam persen lebih per tahun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu 6,45 persen. diperkirakan sampai tahun 2011, pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada enam persen. PDRB Kota Depok dihasilkan dari beberapa sektor. Sektor tersebut terbagi dari sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer terdiri dari lapangan usaha pertanian dalam arti luas, meliputi peternakan, perikanan dan perkebunan. PDRB sector primer tahun 2005 hanya menyumbang sekitar 2,81 persen dari total PDRB dan akan semakin kecil di masa mendatang. Sektor yang kedua yaitu sektor sekunder terdiri dari lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan bangunan atau konstruksi dengan sumbangan PDRB sebesar 52,08 persen dari total PDRB. Diproyeksikan pada tahun 44 2011 akan mencapai 53,54 persen dari total PDRB Kota Depok. Sektor yang ketiga atau sektor tersier, terdiri dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, lapangan usaha angkutan dan komunikasi, lapangan usaha bank dan lembaga keuangan lainnya, dan usaha jasa. Selama lima tahun terakhir PDRB menunjukkan penurunan meski tidak signifikan dan kecenderungan ini akan terbawa ke masa mendatang.

5.1.3 Keadaan Geografis

Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi, secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut : 1 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan wilayah khusus Ibukota Jakarta 2 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor 3 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor 4 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19’ 00” – 6 o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106 o 43’ 00” – 106 o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2 . Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. 45 Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Penggunaan lahan di Kota Depok adalah untuk pemukiman dan usaha baik pertanian dan non pertanian. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman pada tahun 2010 hampir 53,28 persen total luas kawasan terbangun, hampir 45,49 persen akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Sedangkan pemanfaatan lahan untuk usaha di bidang non pertanian seperti jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96 persen total luas kota, industri 2,08 persen total luas kota, pendidikan tinggi 1,49 persen total luas kota, dan kawasan khusus 1,27 persen total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Untuk penggunaan lahan pertanian yang mencakup sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor perikanan dan sub sektor perikanan. Kondisi penggunaan lahan pertanian di Kota Depok mengalami penyempitan khususnya pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah irigasi. Dengan kondisi lahan di Kota Depok khususnya pada lahan pertanian yang mengalami penyempitan, tetapi daerah Kota Depok tetap menjadi daerah yang berpontensi pada pertanian khususnya pada sub sektor peternakan yang meliputi sapi perah, sapi potong, kambing, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik.

5.1.4 Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa 50,66 persen dan perempuan 678.193 jiwa 49,34 persen, Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km 2 , maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwakm 2 . Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. 46 Dalam kurun waktu lima tahun 2000 –2005 penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 persen per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai jumlah 1.610.000 jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 7.877 jiwa per km 2 . Adapun angka kelahiran penduduk dari tahun 1999 sampai 2004 senantiasa berfluktuasi, demikian juga angka kematian berfluktuasi hampir mendekati pola angka kelahiran. Pada tahun 2004, angka kelahiran sebesar 3.713 jiwa dan angka kematian 1,962 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergian penduduk Kota Depok tahun 2004 memperlihatkan pula pola yang berfluktuasi, dimana jumlah penduduk yang datang 11,899 jiwa dan penduduk yang pergi 4.503 jiwa, atau rata-rata jumlah pendatang pertahun mencapai 7,396 jiwa. Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat.

5.2 Peran Pemerintah Kota Depok Terhadap Kemitraan Ayam

Broiler Program kemitraan ayam broiler di Kota Depok membuat pemerintah Kota Depok mendukung program tersebut, ada beberapa alasan mengapa pemerintah Kota Depok mendukung program kemitraan, antara lain : 1 Program kemitraan ayam broiler menghindarkan terjadinya monopoli konsentrasi pemilikan dan penguasaan tanah secara luas, terutama oleh perusahaan asing 2 Program kemitraan kemitraan ayam broiler dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam broiler, pemberantasan kemiskinan, dan pemerataan program pembangunan 47 3 Program kemitraan ayam broiler dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah Kota Depok dalam mengontrol peternak ayam broiler, membonceng program yang tidak ada hubungannya dengan program kemitraan, seperti : keluarga berencana, program transmigrasi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Berjalannya program kemitraan ayam broiler di Kota Depok, dalam hal ini pemerintah Kota Depok telah berperan dalam mendorong program kemitraan yaitu : 1 Menciptkan pasar yang efisien melalui pelayanan informasi, infrastruktur untuk memperlancar distribusi barang, stabilitas harga dan produksi. 2 Memberikan penyuluhan terhadap peternak ayam broiler mengenai teknis budidaya ayam broiler, hal tersebut dilakukan oleh pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ayam broiler. 3 Pengendalian dan penanggulangan penyakit ayam broiler salah satunya avian influenza

5.3 Karakteristik Peternak Responden