I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia.
Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar
mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar
bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan
kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan. Pembangunan sub sektor peternakan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga tahun terakhir telah
berhasil memberikan kontribusi PDB yang terus melonjak secara konsisten, dilihat dari tiap tahunya khususnya pada tahun 2006 hingga 2008 dan pertumbuhan PDB
peternakan pada tahun 2008 sebesar 3,89 persen dapat melebihi tingkat pertumbuhan tanaman perkebunan dan kehutanan Tabel 1 .
Tabel 1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2009
Kelompok Komoditi Nilai PDB Persen
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Tanaman Bahan Makanan
2,89 2,60
2,98 3,35
5,91 6,20
Tanaman Perkebunan 0,40
2,48 3,79
4,40 3,84
4,03 Peternakan
3,35 3,13
3,35 3,36
3,89 4,08
Kehutanan 1,28
-1,47 -2,85
-1,10 -0,39
-0,37 Perikanan
5,56 5,87
6,90 5,39
4,81 5,05
Sumber : BPS 2010
2
Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat
dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya peran sektor peternakan khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein hewani.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup, dan pendapatan sehingga mendorong
meningkatnya kebutuhan akan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada
masyarakat Indonesia. Konsumsi daging pada masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar tujuh persen pada tahun 2005, pada tahun 2006-2007 mengalami
peningkatan sebesar empat persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar tiga persen, sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar delapan persen.
Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu sub sektor peternakan khususnya pada sub sektor peternakan unggas mengalami wabah penyakit avian influenza di Indonesia pada
akhir 2008 dan awal 2009 Tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun 2004-2009
Tahun Konsumsi Daging
Perkembangan Konsumsi Telur
dan Susu Perkembangan
2004 2,54
- 2,38
- 2005
2,61 7
2,71 33
2006 2,65
4 2,51
-20 2007
2,69 4
3,23 72
2008 2,72
3 3,05
-18 2009
2,64 -8
2,96 -9
Sumber : BPS 2010
3
Salah satu keberhasilan dari peningkatan tingkat konsumsi daging pada masyarakat Indonesia adalah kontribusi dari subsektor peternakan unggas pada dasarnya
peternakan unggas mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun kecil. Pembangunan peternakan unggas di indonesia dapat
dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Berdasarkan data statistik bahwa jumlah populasi usahaternak ayam broiler dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu
tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing berjumlah 811.189 ekor, 830.527 ekor, 891.659 ekor, 902.052 ekor, 991.281 ekor, dan 1.249.953 ekor dengan
persentase rata-rata 9,3 persen. Perkembangan usahaternak ayam broiler berkembang di berbagai propinsi di Indonesia, salah satunya adalah propinsi Jawa Barat yang
merupakan salah satu propinsi dari propinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2005-2010 000 ekor
Jenis Peternakan Tahun
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Sapi Potong 10.569
10.875 11.515
12.257 12.760
13.633 Sapi Perah
361 369
374 458
475 495
Kerbau 2.128
2.167 2.086
1.931 1.933
2.005 Kuda
387 398
401 393
399 409
Kambing 13.409
13.790 14470
15.147 15.815
16.821 Domba
8.327 8.980
9.514 9.605
10.199 10.932
Babi 6.801
6.218 6.711
6.338 6.975
7.212 Ayam Buras
278.954 291.085
272.251 243.423
294.964 268.957
Ayam Ras Petelur 84.790
100.202 111.489
107.955 99.768
102.841 Ayam Ras
Pedaging 811.189
830.527 891.659
902.052 991.281 1.249.952
Itik 32.402
32.481 35.867
38.840 42.318
45.292 Sumber : BPS 2010
4
Daerah asal pemasukan usahaternak ayam broiler di Jawa Barat berasal dari Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, Cikampek, dan Depok. Daerah pemasarannya
meliputi Bogor, Depok, Bekasi dan Sukabumi dalam daerah Jawa Barat sedangkan pemasaran keluar propinsi Jawa Barat yaitu meliputi Banten, Lampung, Palembang dan
DKI Jakarta. Perkembangan populasi usahaternak ayam broiler di Jawa Barat tidak terlepas
dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar, permodalan, teknologi dan penyediaan sarana produksi yang
tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil risiko untuk mengembangkan usahaternak ayam broiler dengan skala
produksi lebih besar. Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun 2005-2010
Propinsi Tahun
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Jawa Barat 328. 015
335.680 343.954
369.121 417.373
455.258 Jawa Timur
162.781 166.036
119.525 182.375
140.006 55.634
Jawa Tengah 50.356
50.575 61.258
65.314 54.643
58.351 Sumatra Utara
38.045 51.219
42.763 51.615
42.891 43.063
DI Yogyakarta 17.326
18.192 25.360
25.613 5.128
5.276 Sumber : BPS 2010
Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka
diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan
antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan
daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan peranya dalam pemberdayaan masyarakat melalui
5
pola kemitraan PIR perusahaan inti rakyat dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat
Direktorat Jenderal Peternakan, 2001 dalam Binaukm, 2010. Pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan PIR dengan sentra
perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat sudah memberikan nilai tambah bagi peternak ayam broiler,
salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan memperluas kesempatan kerja di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Barat, termasuk juga di Kota
Depok. Nilai tambah dari adanya pola kemitraan PIR di Kota Depok dapat dilihat dari
perkembangan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok. Dilihat dari dua tahun terakhir perkembangan populasi ayam broiler pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase sebesar tujuh persen sedangkan pada tahun 2008 populasi ayam broiler mengalami peningkatan
yang cukup besar dengan persentase sebesar 34 persen. Sedangkan pada tahun 2009 populasi ayam broiler mengalami penurunan menjadi 677.482 dengan persentase
sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 perkembangan populasi ayam broiler kembali mengalami peningkatan menjadi 1.559.451 ekor. Populasi ternak ayam ras pedaging
atau broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Selain itu dilihat dari produksi ayam broiler di Kota Depok mengalami
perkembangan pada tahun 2007 produksi ayam broiler mampu menghasilkan 3.996.750 Kg dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 4.621.630 Kg
dengan persentase sebesar 15 persen. Peningkatan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler Sedangkan pada tahun 2009 produksi ayam broiler mengalami
penurunan menjadi 3.197.400 Kg dengan persentase sebesar 30 persen. Produksi daging, susu dan telur di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 6.
6
Tabel 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di Kota Depok ekor Tahun 2005-2010
Kecamatan Tahun
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Sawangan 178.954
191.085 200.000
705.449 299.438
750.957 Pancoran Mas
84.790 90.202
65.489 141.090
68.044 190.130
Sukmajaya 45.342
53.527 80.000
548.682 103.700
249.952 Cimanggis
32.402 32.481
50.000 313.533
151.000 292.500
Beji -
- -
50.162 16.700
32.400 Limo
8.700 9.560
10.000 62.707
38.600 43.512
Kota Depok 350.188
376.855 405.000
1.821.626 677.482 1.559.451
Sumber : BPS Kota Depok 2010
Tabel 6. Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun 2007-2009
Jenis Produksi Satuan
Tahun 2007
2008 2009
Daging Daging Sapi
Daging Kerbau Daging Kambing
Daging Domba Daging Ayam Ras Petelur
Daging Ayam Broiler Daging Ayam Kampung
Daging Itik Kg
1.982.882 63.261
66.690 90.450
166.400 3.996.750
199.837 18.250
2.776.851,32 493,90
61.253,61 74.315,52
21,90 4.621.630
1.728 15.002
6.367.124,80 104.766,50
157.915,20 63.935
0,00 3.197.400
4.083,20 66.167,20
Susu Liter
2.660.850 2.359.500,00 2.556.588,00 Telur
Telur Ayam Ras Petelur Telur Ayam Kampung
Telur Itik Butir
423.050.847 9.705.058
1.470.585 28.800.000
5.870.916 2.240.316
44.917.875 646.163
699.504
Sumber : BPS Kota Depok 2010
7
Fluktuatif naik turunya populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masa pemeliharaan
ayam broiler yang cukup singkat antara lima sampai enam minggu, teknologi yang mudah di adopsi dan minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap usahaternak
ayam broiler, dan adanya wabah flu burung yang terjadi di akhir 2008 dan di awal 2009. Dilihat dari adanya penurunan dari tingkat populasi ayam broiler dan hasil
produksi ayam broiler pada tahun 2009 di Kota Depok tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap usahaternak ayam broiler, usahaternak ayam broiler
terus diminati oleh masyarakat Kota Depok baik dengan usaha mandiri maupun kemitraan.
1.2 Perumusan Masalah