26
2 Pola kemitraan sub kontrak yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan
oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. 3 Pola kemitraan dagang umum yaitu hubungan usaha dalam pemasaran hasil
produksi. Dalam pola ini pihak yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai
pada kegiatan agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung dalam bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok
supermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok barang-barang dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.
4 Pola kemitraan kerjasama operasional, yaitu hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra adalah
kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaaan sarana
produksi lainnya. Terkadang perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan
pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu, tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam pola ini telah diatur tentang kesepakan
pembagian hasil dan risiko.
3.1.3 Manfaat dan Masalah Kemitraan Usaha
Dua pelaku utama dalam kemitraan usaha agribisnis adalah petani dan perusahaan inti. Manfaat utama dari kesepakatan kontrak yang diterima petani adalah
adanya jaminan dari perusahaan inti untuk membeli hasil produksi berdasarkan spesifikasi parameter kuantitas dan kualitas tertentu. Berikutnya, kemitraan usaha
agribisnis juga dapat membantu agribisnis dalam mempermudah akses terhadap teknis dan jasa penyuluhan yang sebelumnya relatif kurang atau tidak dapat diperoleh petani.
Disamping itu, melalui kemitraan usaha agribisnis, agribisnis diharapkan dapat mengatur dan mengurus kredit ke lembaga perbankan komersial untuk pembelian sarana
produksi. Singkatnya, manfaat potensial yang dirasakan petani dalam kemitraan antara lain dalam hal penyediaan sarana dan jasa produksi, akses terhadap fasilitas kredit,
27
introduksi teknologi tepat guna, transfer keterampilan, jaminan struktur harga, akses terhadap pasar Iqbal, 2008, kemudahan dalam memperoleh informasi dan
meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga Simmons, 2002. Adanya kerjasama kemitraan dalam bidang peternakan dapat menguntungkan
kedua belah pihak yaitu perusahaan dan peternak. Kontrak kemitraan memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-masalah yang
berkaitan dengan minimnya informasi. Kontrak kemitraan bagi perusahaan inti memberikan manfaat antara lain meningkatkan keuntungan dari penjualan produk, dan
keuntungan dari pembelian sarana produksi peternakan serta omset penjualan dan permintaan pasar tetap dapat dipenuhi. Sebagian besar petani merasakan manfaat dari
terjalinya kemitraan itu sendiri, terutama adanya jaminan pemasaran dari perusahaan inti, selain itu terciptanya lapangan kerja baru, harga penjualan stabil karena dijamin
perusahaan, tidak diperlukan modal sendiri, risiko kerugian kecil dan tambahan pengetahuan bagi peternak menurut Mulyantono 2003 dalam Priyono, B.S, et al
2004. Lengkapnya, manfaat yang diterima peternak dan perusahaan inti dalam kemitraan usaha peternakan dapat disimpulkan pada Tabel 12.
Perlu digarisbawahi bahwa kemitraan dapat diperoleh beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan di atas, dalam prakteknya kemitraan ditemui beberapa
permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak negatif dari implementasi kemitraan itu sendiri Iqbal, 2008
Ranti Lucky 2010 dalam Agrina 2010 menyatakan bahwa melakukan kemitraan kemungkinan besar bagi peternak plasma dapat mengalami kerugian apabila
kualitas dan kuantitas sapronak yang diberikan oleh perusahaan inti kurang bagus, pembayaran sisa hasil usaha yang lambat, penentuan panen yang dominan, dan fluktuasi
harga yang sebagian besar ditentukan oleh perusahaan inti. Hal tersebut dapat dicegah dengan mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan kemitraan dengan
perusahaan inti, yaitu peternak terlebih dahulu mengetahui penggunaan sapronak dan peternak harus membandingkan dengan perusahaan inti lain dengan cara
membandingkan brosur penawaran harga kontrak dari perusahaan inti
28
Tabel 12. Manfaat Kemitraan Usaha Peternakan dari Perspektif Peternak dan Perusahaan Inti
No Peternak
Perusahaan Mitra
1
2
3
4
5 Sarana produksi dan jasa pelayanan
disediakan oleh perusahaan inti
Kemitraan usaha dilaksanakan melalui pola kredit yang di fasilitasi perusahaan
inti Kemitraan usaha biasanya dilengkapi
dengan introduksi
teknologi baru,
sehingga peternak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
Peternak memperoleh kepastian harga lebih awal, sehingga peternak dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
Membuka peluang pasar yang sebelumnya tidak bisa di akses peternak
Kemitraan usaha dengan peternak lebih bisa diterima secara politis politically
acceptable dibandingkan
kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan lain
Kerjasama dengan
peternak dapat
menghindari keterbatasabn perusahaan inti dalam pengusahaan lahan
Produksi lebih terjamin dibandingkan membeli di pasar dan perusahaan inti
dapat mengurangi risiko karena tanggung jawab usaha produksi berada di tangan
peternak Kualitas produksi dapat diperoleh secara
konsisten dibandingkan membeli produk di pasar
Dalam pelaksanaan kemitraan usaha ini juga mempunyai kelemahan- kelemahan, misalnya bagi perusahaan inti bisa terjadi over supply apabila panen terjadi
bersamaan. Sementara bagi peternak tidak bisa antara lain penetapan harga jual oleh perusahaan menyebabkan peternak tidak mendapatkan keuntungan maksimal, peternak
tidak bisa memasarkan hasil produknya ke pihak lain karena terikat perjanjian dengan pihak inti Priyono, B.S, et al 2004
Dibalik harapan dan keberhasilan atas kemitraan, beberapa masalah timbul dalam implementasi penerapannya
1
. Beberapa masalah yang menggangu kelancaran pelaksanaan kemitraan antara lain :
1
Ahmad Zazali. Pola Inti Plasma, Kemitraan “Harus” Ditinjau Ulang. Hlm 1.
29
1 Terjadinya pelanggaran perjanjian baik dilakukan oleh perusahaan inti maupun petani
2 Masalah alih teknologi yang berjalan setengah-setengah menyebabkan tingkat produktivitas rendah
3 Latar belakang petani yang beragam, sehingga sering terjadi beberapa masalah seperti petani tidak menguasai teknologi dan teknis budidaya
Selain itu menurut Priyono, B.S, et al 2004 menyatakan terdapat beberapa faktor penghambat keberhasilam kemitraan, antara lain :
1 Ada beberapa aturan yang tidak termuat dalam surat perjanjian. 2 Harga sapronak baru diketahui pada saat pelunasan.
3 Peternak tidak mengetahui cara perhitungan bonus. 4 Penyuluhan yang dilakukan pihak inti tidak menyeluruh.
5 Jadwal pengisian bibit tidak tepat waktu. 6 Jadwal pemanenan kadang tidak tepat waktu.
3.1.4 Syarat Keberhasilan Kemitraan Usaha