BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari.
3.2 Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam. Alat yang pertama yaitu alat yang digunakan di lapangan, seperti:
1. Phiband pita ukur
2. Range Finder
3. Criterion RD 1000
4. Tally sheet
5. Kamera
Sedangkan alat yang kedua yaitu alat yang digunakan pada saat pengolahan data, seperti:
1. Kalkulator
2. Komputer dengan software microsoft excel dan minitab
Objek dalam penelitian ini adalah pohon contoh Agathis loranthifolia yang tersebar dalam beberapa kelas diameter.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pemilihan Pohon Contoh
Pemilihan pohon contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan dengan mempertimbangkan sebaran diameter dan kondisi pohon sehingga
keterwakilan data dapat terpenuhi. Pohon yang dipilih sebagai pohon contoh adalah pohon-pohon agathis yang memiliki bentuk batang baik, tidak memiliki cacat, tidak
miring atau bengkok.
3.3.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dimensi pohon meliputi : diameter
pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, serta tinggi tajuk setiap pohon contoh. Data
sekunder yang diambil berupa keadaan umum lokasi pengambilan data yaitu di hutan pendidikan gunung walat.
Pengukuran diameter perseksi batang dimulai dari pangkal batang hingga tinggi pada diameter 10 cm dengan panjang perseksi masing-masing 2 m atau jika pohon
berbanir pengukuran dimulai dari atas banir.
3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Perhitungan Volume Pohon Contoh
Volume yang dihitung adalah volume batang perseksi dengan menggunakan rumus Smalian yaitu:
Vi = Bp + Bu x L 2
Ket : Vi = volume batang seksi m
3
Bp = luas bidang dasar pangkal seksi m
2
Bu = luas bidang dasar ujung seksi m
2
L = panjang seksim Dengan luas bidang dasar LBDS yaitu:
B = ¼ π D100
2
Ket: D = diameter seksi cm Sedangkan untuk menghitung volume pohon aktual dapat dihitung dengan
rumus : Va = ∑ Vi
3.4.2 Penentuan Angka Bentuk Pohon
Angka bentuk pohon f ditentukan dengan cara membandingkan volume aktual yang diperoleh dengan menggunakan rumus Smalian dengan volume
silindernya, yaitu : f = VaVs
di mana : Va = Volume aktual pohon
Vs = Volume silinder,
Terdapat dua macam angka bentuk yang akan dicari, yaitu : a. Angka bentuk setinggi dada fbh
fbh = Va 0.25
Πdbh
2
Tbc b. Angka bentuk absolut fabs
fabs = Va 0.25
ΠDp
2
Tbc di mana :
Va = volume pohon sebenarnya Tbc = tinggi bebas cabang
Dbh = diameter setinggi dada Dp = diameter pangkal
fbh = angka bentuk setinggi dada fabs = angka bentuk absolut
3.4.3. Penentuan kusen bentuk pohon
Terdapat dua macam kusen bentuk yang dicari, yaitu: a.
Kusen bentuk normal = D 0.5T Dbh
b Kusen bentuk absolut = D 0.5T D 10T
Ket: D 0.5T = diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon D10T= diameter pada ketinggian 10 dari tinggi pohon
3.4.4. Deskripsi statistik pohon contoh
Untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon agathis perlu diketahui deskripsi statistik dari pohon contoh yang diukur. Data statistik yang diukur seperti
banyaknya contoh n, nilai minimum dan nilai maksimum data yang diukur, serta rata-rata atau nilai tengah mean. Nilai ini ditentukan dengan membandingkan antar
dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Rasio dimensi-dimensi pohon agathis yang diukur seperti:
1. diameter pangkal Dp diameter setinggi dada Dbh 2. diameter bebas cabang Dbc diameter setinggi dada Dbh
3. diameter bebas cabang Dbc diameter pangkal Dp 4. diameter pangkal Dp diameter tajuk Dt
5. diameter setinggi dada Dbh diameter tajuk Dt 6. diameter pangkal Dp banyak cabang
7. panjang tajuk Ttajuk banyak cabang 8. panjang tajuk Ttajuk tinggi total Ttotal
9. tinggi bebas cabang Tbc tinggi total Ttotal.
3.4.5. Korelasi antar dimensi pohon
Data dimensi pohon diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan tinggi tajuk yang
didapat dari hasil pengukuran akan dilakukan perhitungan secara matematis. Setelah itu akan dicari koefisien korelasinya untuk mengetahui hubungan antar peubah,
apakah antar kedua peubah saling bergantung atau tidak. Koefisien ini akan membantu dalam menggambarkan karakteristik biometrik pohon agathis.
Nilai koefisien korelasi r merupakan variabel yang dapat menunjukkan keeratan hubungan antar dimensi pohon. Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai
+1. Jika nilai r = -1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi negatif sempurna dan sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan diameter dengan
tinggi merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka
hubungan antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya Walpole 1997.
3.4.6. Penyusunan persamaan regresi
Data hasil pengukuran dimensi seperti diameter pangkal, diameter setinggi dada dbh, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total,
tinggi bebas cabang, dan tinggi tajuk dianalisis secara statistik untuk mendapatkan persamaan regresi hubungan antar peubah tersebut. Persamaan regresi ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dalam penggambaran karakteristik biometrik pohon. Analisis ini dilakukan setelah terbukti bahwa antar peubah terdapat hubungan yang
nyata. Persamaan yang dibuat menggunakan model regresi linier, yaitu: Y = bo +
b1Xi + ei. Dalam hubungan ini X diasumsikan tetap, artinya tidak mempunyai sebaran, sedangkan Y diasumsikan merupakan suatu peubah acak yang mengikuti
suatu sebaran dengan nilai tengah bo+b1X dan ragam Ve Draper N Smith H 1992.
3.4.7. Kriteria Ketepatan Model
Beberapa ukuran yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ketepatan sebuah model yaitu koefisien determinasi R
2
, koefisien determinasi yang terkoreksi R
2
adj. Adapun kriteria yang dipakai untuk menguji sebuah model adalah sebagai
berikut : a. Koefisien determinasi R
2
Koefisien determinasi adalah ukuran dari besarnya keragaman respon yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah peramalnya. Perhitungan besarnya
koefisien determinasi R
2
dimaksudkan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus :
R
2
= JKtotal x 100 JKregresi
Jika nilai koefisien determinasi sebesar 50 mempunyai pengertian bahwa 50 variasi peubah x dapat menerangkan secara memuaskan variasi peubah y,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
b. Koefisien determinasi yang terkoreksi R
2
adj Koefisien determinasi yang terkoreksi R
2
adj adalah koefisien determinsi yang telah dikoreksi dengan derajat bebas db dari JKS dan JKT-nya.
R
2
adj = 1 - JKS n − p x 100
JKT n −1
di mana : JKS = Jumlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total n-p = Derajat bebas sisaan
n-1 = Derajat bebas total
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Lokasi dan Luas
Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi – Bogor Segog. Dari simpang Ciawi berjarak 46 km dan dari Sukabumi
12 km. Secara Geografis HPGW berada pada 106°4827BB sampai 106°5029BT dan -6°5423LU sampai -6°5535LS. Secara administratif pemerintahan, HPGW
terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, sedangkan secara administratif kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten
Sukabumi.
Luas kawasan HPGW adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu blok timur Cikatomang seluas 120 Ha, Blok barat Cimenyan seluas 125 Ha, dan blok tengah
Tangkalak seluas 114 Ha Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009.
4.2 Topografi dan Iklim
HPGW terletak pada ketinggian 460-715 m dpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara
mempunyai topografi yang semakin curam. Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua blok patok triangulasi KN 2.212 670 m dpl dan KN 2.213 720 m dpl.
Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan nilai Q = 14,3-33 dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara
1600-4400 mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29°C dan minimum 19°C di malam hari Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009.
4.3 Tanah dan Hidrologi