Banyak peneliti telah mencoba menjelaskan bentuk batang berbagai macam jenis pohon. Tetapi teori yang telah dikembangkan tidak ada yang dapat menjelaskan
semua variasi bentuk
batang pohon.
Oleh karena itu, persamaan taper sangat
diperlukan untuk memprediksi volume pohon berdiri dan memberikan informasi tentang ketinggian dan diameter pohon Filho 1999.
Menurut Husch et al. 2003, taper diartikan sebagai suatu bentuk yang meruncing. Sedangkan definisi taper pohon adalah pengurangan atau semakin
mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujungnya. Taper pohon ini secara umum disebut pula bentuk batang atau lengkung bentuk.
Menurut Husch 1963 bentuk batang dibagi menjadi dua tipe, yaitu : 1. Excurrent, yaitu bentuk batang yang teratur dan lurus memanjang yang biasanya
terdapat pada jenis-jenis conifer atau daun jarum. 2. Deliquescient, yaitu pohon yang berbentuk tidak teratur, dimana pada ketinggian
tertentu bercabang-cabang besar yang banyak dijumpai pada jenis-jenis kayu berdaun lebar.
Menurut Husch et al. 2003, bentuk-bentuk batang yang menyusun suatu pohon ada 4 macam, yaitu silinder, paraboloid, kerucut, dan neiloid. Keempat macam
bentuk batang tersebut tidak selalu ada pada pohon, namun yang sering dijumpai adalah bentuk neiloid, kerucut, dan paraboloid.
2.4 Korelasi Linier Antar Peubah
Koefisien korelasi linier adalah ukuran hubungan linear antara dua peubah acak X dan Y, dan dilambangkan r. Jadi, r mengukur sejauh mana titik-titik
menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Bila titik-titik menggerombol mengikuti garis lurus dengan kemiringan positif, maka ada korelasi positif yang tinggi antar
kedua peubah. Akan tetapi bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi negative
yang tinggi. Korelasi antara kedua peubah semakin menurun secara numeric dengan semakin memencarnya atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus Walpole
1997.
2.5. Perkembangan Penelitian Tentang Karakteristik Biometrik Pohon
Baroroh 2006 melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Shorea leprosula Miq. di Hutan Tanaman Haurbentes, Kecamatan Jasinga,
Kabupaten Bogor pada pohon umur 13 tahun, 20 tahun, 21 tahun, 37 tahun, 54 tahun dan 66 tahun. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter
pangkal, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang serta panjang seksi. Penelitian ini mencari hubungan antara
diameter pohon dengan dimensi yang lainnya, hubungan antara diameter batang relatif dengan tinggi batang relatif, angka bentuk rata-rata , dan hubungan antara rasio
diameter dengan angka bentuk pohon. Hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal.
Maulidian 2007 melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Belian Eusideroxylon swageri T.et.B. pada tegakan hutan sumber benih
Plomas, Kabupaten Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter
per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk serta panjang seksi. Penelitian ini menghasilkan hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh
hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal pohon. Angka bentuk absolut yang diperoleh sebesar 0,69 dan angka bentuk setinggi dada sebesar
0,80. Wijayanti 2008 melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik
Pohon Agathis loranthifolia r.a. Salisbury di BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dimensi pohon yang diukur
Diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, panjang seksi batang, tinggi total, tinggi bebas cabang, panjang tajuk
serta banyak cabang dari setiap pohon contoh. Penelitian ini juga menghasilkan hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh hubungan antara diameter
setinggi dada dengan diameter pangkal pohon. Angka bentuk absolut = 0,5739 dan angka bentuk setinggi dada = 0,783.
BAB III METODOLOGI