Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelatihan

kompetensi traits dan motives inti berada di dasar gunung es lebih sulit untuk dikembangkan, cara yang paling efektif untuk meningkatkan kompetensi ini adalah mengadakan seleksi untuk aspek ini, sedangkan kompetensi-kompetensi self-concept terletak diantaranya. Sikap dan nilai seperti kepercayaan diri dapat ditingkatkan melalui pelatihan, psikoterapi, dan pengalaman positif meskipun akan lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak waktu.

2.3. Penelitian Terdahulu

Ali 2005 dengan tesis yang berjudul Hubungan Pelatihan dengan Peningkatan Kompetensi Pegawai Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menyimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini sudah berjalan baik, tingkat kompetensi pegawai berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil yang cukup baik, dan terdapat hubungan antara pelatihan dengan kompetensi pegawai atau dengan kata lain ada keterkaitan antara peningkatan kompetensi dengan peningkatan efektivitas pelatihan. Nofrianti 2009 dalam skripsi yang berjudul Hubungan Pelatihan Mutu Produksi Bagian Quality Inspection dengan Kinerja Karyawan Studi Kasus Departemen Quality Control PT Krama Yudha Ratu Motor, Jakarta. Dalam penelitiannya metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data primer yang berasal dari kuesioner dan wawancara serta data sekunder yang berasal dari hasil studi pustaka. Analisis data menggunakan uji beda wilcoxon untuk melihat perbedaan pada kinerja sebelum dan sesudah pelatihan, uji rank spearman untuk menganalisis hubungan antara sistem pelatihan dengan kinerja, kemudian analisis persepsi menggunakan rataan skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program, metode, fasilitas, kebutuhan, waktu, dan manfaat pelatihan dinilai baik oleh karyawan. Instruktur dan materi dinilai kurang baik. Hasil uji beda wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesudah pelatihan karena positive rank lebih besar dari ties. Hasil korelasi spearman menunjukkan bahwa indikator pelatihan yang mampu meningkatkan pengetahuan yaitu manfaat, program, metode, dan kebutuhan pelatihan. Penelitian-penelitian terdahulu di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan dengan kompetensi dan kinerja karyawan sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalis pengaruh pelatihan WISE Leadership terhadap pengembangan kompetensi karyawan yaitu knowledge, skill, self concept, traits, dan motives.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Secara garis besar penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran seperti yang terdapat pada Gambar 3. Persaingan bisnis yang semakin ketat mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan kompetensi dan keunggulan daya saing. Daya saing yang tinggi dapat diperoleh melalui pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien melalui pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Tak terkecuali PT Tirta Investama, melalui visi dan misi perusahaan berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya agar memiliki keunggulan komparatif sehingga mampu menghadapi persaingan global. PT Tirta Investama melakukan strategi pengembangan melalui program pelatihan SDM untuk meningkatkan kompetensi karyawannya. pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan agar visi, misi, dan tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Oleh karena itu, untuk mengembangkan sumber daya manusia, perusahaan mengadakan program-program pelatihan, salah satunya pelatihan WISE atau Work In Safety Environment Leadership. Pelatihan WISE Leadership merupakan pelatihan internal yang diikuti oleh para manajer lini dari divisi SDM, SHE, SD, MDC, dan Finance PT Tirta Investama yang berjumlah 50 orang. Pelatihan WISE bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lini manajemen di bidang keselamatan kerja agar mampu menjadi contoh atau role model dalam penerapan program WISE sehingga meningkatkan kesadaran, kepedulian, serta memotivasi unit kerja yang dipimpinnya untuk selalu memprioritaskan keselamatan kerja dalam menjalankan aktivitas kerja sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat menciptakan kondisi dan perilaku kerja yang lebih aman sehingga nihil kecelakaan dapat dicapai, minimal mengurangi angka kecelakaan kerja sehingga keselamatan karyawan terjamin. Menurut Kirkpatrick 1998, evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan mencakup empat level evaluasi, yaitu evaluasi reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil. Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan peserta. Kepuasan peserta dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu materi pelatihan, fasilitas yang tersedia, kualitas instruktur, jadwal pelatihan, kualitas