29
Studi kelayakan proyek adalah suatu analisis terhadap proyek tertentu baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang, dan selsesai dilaksanakan untuk bahan
perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu:
1. manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri sering juga
disebut sebagai manfaat finansial. Artinya apakah proyek yang bersangkutan dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan
dengan risiko proyek tersebut. 2.
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara sering juga disebut manaat ekonomi nasional yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi suatu negara. 3.
Manfaat sosial proyek yang bersangkutan bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.
Tujuan dilaksanakannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan. Pengeluaran modal memiliki arti yang sangat penting karena Husnan dan Suwarsono,1994:
1. pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang;
2. pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah yang sangat besar;
3. komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah. Pasar untuk
barang-barang modal bekas, mungkin tidak ada terutama untuk barang- barang modal yang sangat khusus sifatnya. Karena itu sulit untuk
mengubah keputusan pengeluaran modal.
3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi
Dalam suatu kegiatan investasi, keputusan menanam modal adalah suatu keputusan yang mengandung risiko besar. Untuk melihat besarnya manfaat yang
diterima dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi perlu dilakukan analisis kelayakan investasi. Kriteria investasi digunakan untuk
mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Investasi pada proyek merupakan investasi jangka panjang, oleh karena itu
dalam mengukur kemanfaatan proyek perlu mempertimbangkan konsep time
30
value of money. Pengukuran kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan perhitungan berdiskonto maupun tidak berdiskonto. Perbedaan antara keduanya
adalah konsep time value of money yang diterapkan pada perhitungan berdiksonto. Diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang
diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya” pada
masa sekarang Gittinger,1986. Sedangkan perhitungan tanpa diskonto belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang
diterima. Konsep time value of money mempunyai arti bahwa sejumlah uang yang
tersedia pada saat ini akan lebih berarti dibandingkan sejumlah uang yang sama beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh dua unsur yaitu time
preference sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan datang,
dan produktivitas atau efisiensi modal modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan produktif yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan Kadariah et.al, 1976.
3.1.4. Analisis Finansial
Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam
proyek. Hasil finansial sering disebut “private returns”. Analisis finansial dalam studi kelayakan proyek dapat menggunakan kriteria-kriteia penilaian investasi
seperti Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio, dan Payback Period. Metode penilaian investasi tersebut
digunakan untuk menilai suatu proyek menguntungkan atau tidak.
3.1.4.1. Net Present Value NPV
NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisish antara nilai sekarang
arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria kelayakan berdasarkan metode NPV yaitu :
1. NPV0, maka proyek dikatakan bermanfaat dan layak untuk dilaksanakan;
31
2. NPV=0, proyek yang bersangkutan mampu mengembalikan persis sebesar
social opportunity cost faktor produksi modal. Proyek dikatakan tidak untung dan tidak rugi;
3. NPV0, proyek tidak menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan atau
proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
3.1.4.2. Internal Rate of Return IRR
IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang.
Atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka proyek layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari discount rate yang ditentukan maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR menggambarkan tingkat bunga
maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.
3.1.4.3. Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio
Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif sebagai pembilang dengan present value yang negatif sebagai penyebut. Jika
Net BC = 1 maka proyek hanya mampu mengembalikan sebesar opportunity cost-nya, jika Net BC1 maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan jika Net
BC1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu
rupiah.
3.1.4.4. Tingkat Pengembalian Investasi Payback Period
Tingkat pengembalian investasi merupakan jangka waktuperiode yang diperlukan untuk membayar kembali mengembalikan semua biaya-biaya yang
telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Oleh karena itu satuan hasilnya bukan
presentase, tetapi satuan waktu bulan, tahun, dan sebagainya. Jika periode payback ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan
menguntungkan dan layak dilaksanakan. Sedangkan jika lebih lama dari waktu proyek, maka proyek dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
32
Beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek yaitu: 1.
Umur ekonomis aset, yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya;
2. Umur teknis aset, biasanya pedoman ini digunakan untuk proyek-proyek
yang mempunyai investasi modal yang besar sekali.
3.1.5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Proyek-
proyek pertanian umumnya sensitif terhadap perubahan-perubahan empat variabel yaitu:
1. harga jual output
2. keterlambatan pelaksanaan
3. kenaikan biaya
4. hasil produksi
Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen cashflow inflow atau outflow yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan
mengubah kriteria investasi. Tujuan analisis sensitivitas adalah :
1. memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan;
2. memperbaiki disain proyek sehingga dapat meningkatkan NPV;
3. mengurangi risiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan
pencegahan yang harus diambil. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah
“nilai pengganti” switching value. Dalam analisis sensitivitas secara langsung dipilih sejumlah nilai yang
dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisa proyek dan kemudian menentukan pengaruh perubhan
tersebut terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus dicari berapa bayak elemen yang kurang baik dalam analisa
proyek yang akan diganti agar dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Dengan kata lain, sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada
variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga proyek dikatakan
33
masih dapat diterima. Atau dicari sampai NPV=0, Net BC =1, dan IRR= tingkat discount factor yang digunakan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
PT Saung Mirwan merupakan salah satu produsen paprika di Bogor. Perusahaan ini membudidayakan paprika karena tanaman tersebut merupakan
komoditi yang potensial karena permintaannya yang terus meningkat. Jawa barat merupakan sentra produksi paprika, namun di Kabupaten Bogor usahatani paprika
masih tergolong sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor Tahun 2009 luas panen tanaman paprika di Kabupaten Bogor hanyalah sebanyak
2 Ha dan produksinya hanya sebesar 4,6 ton atau 0,38 persen dari total produksi tanaman sayuran di Kabupaten Bogor.
PT Saung Mirwan juga menghadapi permintaan yang tinggi terhadap paprika. Rata-rata permintaan paprika yang diterima oleh PT Saung Mirwan
adalah 1 Ton per minggu. Namun perusahaan tersebut hanya dapat memenuhi sekitar 730 kg paprika setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani
paprika di PT Saung Mirwan masih perlu untuk dikembangkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian dari sisi
finansial usahatani paprika. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui efisiensi usahatani yang dijalankan dan kelangsungan usahataninya di masa
mendatang. Analisis finansial usahatani yang dikaji adalah mengenai analisis
pendapatan nilai RC, Titik Impas Produksi TIP untuk mengetahui tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani yang dijalankan. Kemudian dilakukan analisis
kelayakan finansial usahatani melalui analisis beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net BC, dan payback period. Selain itu dilakukan analisis switching
value untuk melihat berapa persen perubahan pada variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga proyek dikatakan masih dapat diterima.
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelangsungan usahatani di masa mendatang.
Hasil analisis tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk pengembangan usahatani paprika yang dijalankan. Adapun alur kerangka
pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.