21
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Tanaman Paprika
Tanaman paprika Capcisum annum var grossum merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini. Tanaman ini merupakan tanaman
sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Umumnya paprika diproduksi oleh petani modern dan sebagian diantaranya
menanam paprika dengan sistem hidroponik. Di Indonesia tanaman paprika baru berkembang di daerah Dieng Jawa Tengah, Puncak dan Lembang Jawa Barat,
serta Brastagi Sumatera Utara Tanaman paprika buahnya besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, rasa buah
tidak pedas dan seperti yang tertera pada Tabel 2 paprika kaya akan karoten, vitamin B serta vitamin C. Buah cabe umumnya mengandung Capcaisin yang
menyebabkan rasa pedas pada cabe, namun zat ini hampir tidak ada dalam cabe paprika sehingga rasa cabe itu tidak pedas Cahyono, 2003.
Tabel 3. Kandungan Gizi Paprika dalam setiap 100 gram Bahan yang Dapat
Dimakan Komponen
Kadar Protein
g 0,9
Lemak g
0,3 Karbohidrat
g 4,4
Ca mg
7,0 Fe
mg 0,4
P mg
2,0 Vitamin A
IU 22,0
Vitamin B1 mg
540,0 Vitamin B2
mg 0,02
Niacin 0,4
Vitamin C mg
160,0
Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries 1982 dalam Imam Harjono, 1994.
22
Tanaman paprika merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, perakarannya menyebar horizontal dan sangat eksentif. Batang utama tegak,
halus, pangkalnya berkayu dan bercabang banyak. Daun tunggal, berbentuk bulat telur mengkilat serta ujungnya runcing dengan berbagai ukuran. Bunga paprika
tunggal, menunduk, kelopak bunga berbentuk soliter, mahkota bunga berwarna putih, benang sari lima buah dan bunga muncul dari ketiak daun. Tanaman
menyerbuk sendiri dan dapat juga terjadi penyerbukan silang. Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, tanaman paprika banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim, topografi, dan kesuburan tanah. Tanaman Paprika memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 18-23
C. Pada suhu diatas 23
C akan mempengaruhi proses pembentukan buah. Dengan kelembaban udara berkisar 80 persen, tanaman paprika merupakan
tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paprika, sehingga untuk
menanggulanginya dibutuhkan naungan. Dengan diberikan naungan maka hasilnya akan lebih baik selama pertumbuhannya, bobot buah lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa menggunakan naungan. Budidaya paprika dengan sistem naungan atau rumah kaca greenhouse
memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut Cahyono, 2003 : 1
Dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. 2
Menciptakan lingkungan yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil buah.
3 Melindungi tanaman dari curahan air hujan yang deras sehingga dapat
mencegah gugur bunga dan bakal buah. 4
Melindungi tanaman dari sengatan cahaya matahari. 5
Mencegah serangan hama dan penyakit. 6
Dapat mengurangi defisit air. 7
Mengatur temperatur dan kelembaban tanah sehingga sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
8 Mengurangi pencucian unsur hara dalam tanaman dan mengurangi pencucian
pestisida.
23
Ketinggian yang optimal untuk tanaman paprika rata-rata berkisar 700 - 1.500 m dpl, dalam ketinggian tersebut suhu udara dan kelembabannya sangat
baik. Namun kemudian tidak menutup kemungkinan paprika dapat ditanam di dataran rendah dengan sistem rumah kaca yang terkontrol atau naungan plastik
untuk menghindari teriknya sinar matahari yang berlebihan. Untuk daerah Jawa banyak ditanam di daerah Dieng, Puncak dan Lembang, Tawangmangu, dan
Malang. Tanaman paprika memerlukan kondisi tanah yang subur, gembur, drainase
baik, bebas dari hematoda, bakteri dan cendawan. Penanaman dapat dilakukan pada dataran tinggi dan dataran rendah. Paprika banyak tumbuh pada banyak jenis
tanah, dari pasir sampai liat berat dan yang paling baik adalah pada tanah lempung berpasir. Ukuran pH tanah yang cocok untuk paprika berkisar 5,5-6,5 Iman, 1996
dalam Kartikasari, 2006.
2.2 Penelitian Terdahulu