Analisis Pendapatan Usahatani Metode Pengolahan dan Analisis Data

36 Jendral Hortikultura Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan world wide web. Instrumentasi yang digunakan adalah dengan daftar pertanyaan, dan alat pencatat. Daftar pertanyaan digunakan sebagai bantuan bagi penulis dalam menentukan alur pertanyaan dalam wawancara terhadap subyek yang diteliti sehingga memudahkan dalam proses analisis, sedangkan alat pencatat merupakan alat pembantu bagi peneliti untuk menuangkan hasil wawancara dan analisis yang didapatkan selama pengumpulan data.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan, merupakan cara untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dilakukan pada pihak-pihak yang potensial dalam memberikan keterangan mengenai biaya dan penggunaan faktor-faktor produksi paprika diantaranya Kepala Divisi Produksi dan Kordinator Humas PT Saung Mirwan.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam peneliatian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan usahatani paprika di lokasi penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani paprika. Data dan informasi yang diperoleh disusun dalam bentuk tabulasi agar lebih mudah untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator serta aplikasi komputer Ms Excel.

4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah budidaya paprika di PT Saung Mirwan menguntungkan atau tidak. Pendapatan adalah pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan merupakan nilai dari total penjualan produksi paprika yang dihasilkan. Sementara total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan TFC Total Fixed Cost dengan TVC Total 37 Variable Cost. TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat- alat. Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Tingkat pendapatan suatu usaha dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = TR-TC Dimana : TR = P Q TC = TFC + TVC Keterangan : Π = Pendapatan rupiah TR = Total Revenue yaitu hasil kali jumlah fisik produk paprika dengan harganya rupiah TC = Total Cost yaitu Biaya Total rupiah P = Harga jual produk Q = Jumlah produk yang dihasilkan TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variable Cost Untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh oleh petani untuk setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan dapat diketahui dengan nilai RC. Imbangan penerimaan dengan biaya revenue- cost ratio atau RC adalah perbandingan antara total penerimaan TR dengan total biaya TC yang dapat dirumuskan sebagai berikut : RC Ratio = TRTC Secara teoritis nilai RC = 1 menggambarkan keadaan usahatani yang tidak untung dan tidak rugi. Usahatani dapat dikatakan untung apabila nilai RC 1 RC. sebaliknya jika RC 1 RC maka usahatani itu rugi. Semakin besar nilai RC maka usahatani yang dilakukan semakin menguntungkan. Titik impas adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak mengalami kerugian ataupun memperoleh laba. Untuk dapat menentukan tingkat titik impas 38 maka biaya yang dikeluarkan harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, serta harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Hasil penjualan dikurangi biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Rasio antara margin dan hasil penjualan disebut dengan marginal income ratio. Dalam keadaan impas labanya adalah nol, maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan marginal income ratio-nya, akan diperoleh tingkat penjualan dalam rupiah yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita rugia ataupun memperoleh laba. Titik impas dalam rupiah dapat ditentukan dengan rumus Munawir, 1995: Titik impas dalam rupiah = Keterangan : TFC = biaya tetap total Rp TVC = biaya variabel total Rp S = volume penjualan Rp

4.5.2 Analisis Kelayakan Investasi