Jemaat Ahmadiyah di Pedesaan Indonesia

0628KET1978 Tanggal 19 Juni 1978 yang menyatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah diakui sebagai badan hukum berdasarkan Statsblaad 1870 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Jemaat Ahmadiyah adalah Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI yang secara teologis berafiliasi kepada Ahmadiyah Qadian. Pusat kegiatan keagamaan organisasi di Indonesia bertempat di Parung, Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di atas Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2 Kerangka Pemikiran “Pluralisme dan Keberadaan Ahmadiyah di Pedesaan Jawa. Kelompok JAI Peter L.Berger 1966 Diana L.Eck 2001 Azyumardi Azra 1996 Ralf Dahrendorf 1959 Agama sebagai Konstruksi Sosial Kelompok Non JAI Kehidupan Beragama di Pedesaan Konflik Sosial Sikap-Fundamentalisme Keberagamaan  Menolak modernitas sekularisasi  Menolak hermeneutik  Menolak pluralisme keberagamaan  Menolak perkembangan historis sosiologis masyarakat  Cenderung melakukan tindakan kekerasan Eksternalisasi Obyektivasi Internalisasi Pluralisme Keberagamaan  Toleransi  Keterlibatan dalam perbedaan  Komitmen bersama hidup berdampingan Intoleransi

3.2. Paradigma Penelitian

Guba dan Lincoln dalam Salim 2006, mengemukakan empat paradigma utama dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis, dan konstruktivisme. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini menyatakan bahwa realitas sosial itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik serta bergantung pada orang yang melakukannya. Respon masyarakat Desa Cikeukeuh terhadap Ahmadiyah akan berbeda dengan respon masyarakat di luar desa ini karena konteks lokal dan pengalaman masyarakat yang berbeda.

3.3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif qualitative approach dengan informasi yang bersifat subyektif dan historis. Bryman 2001 menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang pada umumnya menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisa data. Penelitian kualitatif memberikan deskripsi dan analisa yang mendalam tentang kualitas, atau substansi, pengalaman manusia Marvasti 2004. Pendekatan kualitatif, tulis Syam 2005, didasari oleh beberapa alasan. Pertama, yang dikaji adalah makna dari suatu tindakan atau apa yang ada di balik tindakan seseorang. Kedua, pendekatan kualitatif memberikan peluang bagi pengkajian mendalam terhadap suatu fenomena secara holistik. Ketiga, pendekatan kualitatif memberikan peluang untuk memahami fenomena menurut emic view atau dalam istilah Geertz disebut sebagai konsep from the native`s points of view. Strategi yang digunakan adalah studi kasus, dengan pertimbangan bahwa: 1 pertanyaan penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa”, 2 penelitian ini memberikan peluang yang sangat kecil bagi peneliti untuk mengontrol gejala atau peristiwa sosial yang diteliti, dan 3 menyangkut peristiwa atau gejala kontemporer dalam kehidupan yang nyata Yin 1997.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan strategi studi kasus case study dengan menerapkan multi metode triangulasi dalam proses pengumpulan data. Sebagai studi kasus, maka penelitian ini diharapkan mampu mempelajari, memahami, dan menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya yang natural. Studi kasus oleh Yin 1997 dikatakan sebagai strategi penelitian yang lebih cocok bila pokok pertanyaan penelitian berkaitan dengan “bagaimana” atau “mengapa,” peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer.

a. Pemilihan Informan

Pemilihan informan berdasarkan lapisan masyarakat, yaitu tokoh agama, aparat desa dan masyarakat biasa. Ketiga lapisan masyarakat ini tersebar di empat kampung, yaitu dua kampung Mekarsari dan Sukasari yang berdekatan dengan Kampung Ciladong tempat Jemaat Ahmadiyah berdomisili dan dua kampung Nanggrek dan Bumi Asri yang berjauhan dengan Kampung Ciladong.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dari beberapa tokoh kunci key informan yang dianggap tahu dan mengusai permasalahan desa, terutama yang berkaitan dengan masalah Ahmadiyah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga 3 cara, yaitu:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti, mencatat dan mendokumentasikan data yang diperlukan.

2. Metode Wawancara

Metode ini merupakan pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dengan cara semi terstruktur. Pertanyaan ini diajukan kepada kelompok Jemaat Ahmadiyah dan non Jemaat Ahmadiyah yang terdiri dari tiga lapisan masyarakat