Adanya Stereotipe

5. Adanya Stereotipe

Stereotipe adalah gambaran atau anggapan yang digeneralisasi dan tercipta karena prasangka terhadap suatu kelompok atau individu tertentu, terlalu disederhanakan sehingga seseorang memandang seluruh anggota

17 )bukan seperti halnya pembantu rumah tangga yang bekerja dirumah orang lain melainkan melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh buruh tani laki-laki

sehingga peran dari buruh tani perempuan sangat dibutuhkan bantuannya sehingga peran dari buruh tani perempuan sangat dibutuhkan bantuannya

Dalam lingkungan buruh tani di desa klaseman, dapat dilihat dari cara kerja yang dilakukan oleh masing-masing buruh tani. Kebiasaan- kebiasaan yang sering dilakukan buruh tani serta hal-hal yang bisa menjadikan ciri tertentu terhadap buruh tani. Ada buruh tani yang memiliki sifat rajin dalam mengerjakan lahan garapan namun ada juga yang memiliki sifat malas-malasan yang dimiliki oleh sebagian buruh tani yang lain. Perbedaan sifat tersebut dapat dijadikan sebagai identitas tertentu yang dimiliki oleh buruh tani, sehingga dalam pengenalannya lebih cenderung kepada sifat yang dimiliki daripada kepada sebuah nama yang kadang bisa mereka lupakan. Seringkali ada pemberian nama-nama tertentu kepada seseorang yang dianggap “pelabelan” nama tersebut lebih gampang diingat oleh orang lain daripada nama sebenarnya yang

dimiliki. 18 Misalnya nama sebenarnya adalah giyono, karena memiliki bentuk tubuh yang gendut maka oleh orang sekitar lebih sering dipanggil pak gendut atau gendut.

Stereotipe yang terjadi antara buruh tani laki-laki dan perempuan yang terjadi di desa klaseman, terlihat dengan adanya anggapan bahwa buruh tani perempuan kurang pantas bekerja membantu suami bekerja. Karena pada dasarnya buruh tani laki-laki mempunyai anggapan bahwa tugas mencari uang adalah pekerjaan utama laki-laki dan pekerjaan utama

18 )pelabelan atau pemberian nama kepada seseorang dengan cara mengganti nama sebenarnya menjadi nama yang lebih mudah diingat seringkali dilakukan oleh masyarakat

pedesaan, dengan alasan nama tersebut lebih mudah diingat meskipun oleh orang tua tidak diperbolehkan karena sangat tidak sopan dan kurang menghormati kepada siapa yang telah memberikan nama tersebut

Sehingga peran buruh tani perempuan dalam mengerjakan lahan garapan masih dianggap sebagai pelengkap dari pada pekerjaan buruh tani laki- laki, terlihat dengan adanya pembagian pekerjaan antara buruh tani laki- laki dan perempuan dimana lebih sedikitnya jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani perempuan. Anggapan masih terus berlangsung sampai sekarang bahwa pekerjaan rumah tangga lebih banyak dikerjakan oleh perempuan sedangkan pekerjaan mencari nafkah lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki.

Adanya anggapan atau stereotipe yang lebih ditujukan kepada buruh tani perempuan tersebut tidak lantas menurunkan semangat mereka untuk ikut membantu dalam hal mencari nafkah. Meskipun hanya disebut sebagai pembantu dari suami dalam mencari nafkah, mereka tetap melakukan pekerjaan tersebut demi kepentingan keluarga agar nantinya kebutuhan mereka tetap bisa terpenuhi. Pendapatan yang didapat oleh buruh tani perempuan lebih banyak digunakan untuk mengikuti kegiatan atau sumbangan yang ada dalam masyarakat atau juga sebagai tambahan biaya pendidikan bagi anak-anak mereka. Stereotipe yang dirasakan oleh buruh tani tersebut juga dirasakan oleh perempuan lain yang ikut membantu perekonomian keluarga dengan cara bekerja membantu pekerjaan laki-laki. Anggapan perempuan sebagai ibu rumah tangga akan tetap melekat kepada mereka para perempuan meskipun perekonomian keluarga lebih banyak dipegang oleh perempuan. Mereka akan tetap dituntut untuk melakukan pekerjaan rumah tangga karena pekerjaan tersebut adalah pekerjaan utama dari seorang perempuan.

Bentuk stereotipe atau anggapan yang diberikan kepada perempuan khususnya buruh tani perempuan yang ada di desa klaseman ini, agaknya tidak mudah untuk dihilangkan. Karena anggapan bahwa tugas utama dari perempuan adalah “dibelakang” telah membawa peran mereka dalam pekerjaan mencari nafkah atau pun dalam kegiatan publik hanya dianggap Bentuk stereotipe atau anggapan yang diberikan kepada perempuan khususnya buruh tani perempuan yang ada di desa klaseman ini, agaknya tidak mudah untuk dihilangkan. Karena anggapan bahwa tugas utama dari perempuan adalah “dibelakang” telah membawa peran mereka dalam pekerjaan mencari nafkah atau pun dalam kegiatan publik hanya dianggap