Analisis Gender Buruh Tani Di Desa Klaseman

1. Analisis Gender Buruh Tani Di Desa Klaseman

Analisis gender menurut Keppi Sukesi dalam Supiandi (2001) adalah suatu alat (tool) yang digunakan untuk menelaah kehidupan masyarakat sebagai suatu system berdasarkan struktur dan relasi social antara perempuan dan laki-laki. Dalam bidang pertanian, alat ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana system social agraris tersusun menurut elemen-elemen pelaku yaitu perempuan dan laki-laki serta hubungan keduanya, apakah dalam hubungan pertukaran, komplementer, persaingan dan bentuk hubungan lainnya.

Kehidupan sederhana yang dilakoni oleh buruh tani yang ada di Desa Klaseman adalah sebuah gambaran bahwa tidak semua pelaksana dalam kegiatan pertanian memiliki tingkat ekonomi yang hampir sama dengan individu yang menggantungkan hidupnya dari bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik atau menjadi salah satu pegawai negeri sipil. Buruh tani bekerja dengan cara menggarap lahan milik orang lain dengan tingkat pendapatan yang didapat masih relative sangat kecil jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan ekonomi sekarang ini. Mereka rela menerima upah belasan ribu dalam satu hari setelah mengerjakan kegiatan disawah, sedangkan kebutuhan hidup yang mesti mereka kejar semakin hari semakin bertambah. Dari sandang, pangan hingga papan untuk mereka bernaung dari panasnya matahari dan dinginnya hujan. Mereka rela seharian berada dibawah terik sinarnya matahari demi rupiah yang akan mereka dapatkan nantinya.

Buruh tani yang telah berusia lanjut adalah orang yang memiliki umur yang seharusnya pada umur tersebut tidak layak untuk menghabiskan waktunya untuk menggarap lahan. Bahkan ada beberapa buruh tani yang sudah usia lanjut dengan sisa tenaganya mencangkul lahan yang akan digunakan untuk tanam palawija. Seharusnya pada usia 60-an Buruh tani yang telah berusia lanjut adalah orang yang memiliki umur yang seharusnya pada umur tersebut tidak layak untuk menghabiskan waktunya untuk menggarap lahan. Bahkan ada beberapa buruh tani yang sudah usia lanjut dengan sisa tenaganya mencangkul lahan yang akan digunakan untuk tanam palawija. Seharusnya pada usia 60-an

tidak mau mereka harus mengerjakan pekerjaan tersebut. 1 Karena desa klaseman masih mempunyai lahan pertanian yang cukup luas maka pekerjaan yang paling dekat yang bisa mereka lakukan adalah menjadi seorang buruh tani. Soal pengalaman dalam menggarap lahan mungkin mereka masih kurang namun dengan berjalannya waktu pengalaman tersebut bisa mereka dapatkan dengan cara bekerja menjadi seorang buruh tani.

Tidak hanya laki-laki yang mengerjakan pekerjaan sebagai buruh tani tersebut, perempuan juga tertarik untuk mengikuti jejak tersebut. Meskipun upah yang didapatkan lebih kecil dari buruh tani laki-laki namun agaknya pilihan tersebut lebih menjanjikan daripada lebih banyak waktu yang mereka habiskan dirumah tanpa bisa menghasilkan apa-apa. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pekerjaan ini merupakan pilihan yang paling dekat setelah mereka dikeluarkan dari pekerjaan sebelumnya yang bekerja sebagai karyawan pabrik. Ada juga pendapat bahwa pekerjaan menjadi buruh tani tersebut sudah mereka lakoni saat usia masih muda karena ketidakrelaan orang tua mereka untuk membiarkan anak-anaknya bekerja dipabrik. Tentu saja dalam hatinya menahan penolakan tersebut namun penolakan tersebut tidak berani mereka ungkapkan. Mungkin ada benarnya bekerja sebagai buruh tani agar nantinya bisa mengelola lahan pertanian yang dimiliki orang tua mereka dan bisa memberikan kehidupan bagi keluarga mereka.

Jenis pekerjaan sebagai buruh tani tidak terlalu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, rata-rata tingkat pendidikan buruh tani di desa klaseman adalah sekolah tingkat lanjut. Bahkan ada diantaranya yang tidak menikmati bangku sekolah karena keterbatasan

1 ) pegangan yang dimaksud adalah uang yang bisa digunakan sewaktu-waktu bila ada kebutuhan yang mendadak 1 ) pegangan yang dimaksud adalah uang yang bisa digunakan sewaktu-waktu bila ada kebutuhan yang mendadak

Selain bekerja sebagai buruh tani, dalam mencukupi kebutuhan hidupnya mereka kadang melakukan kegiatan lain yang bisa menambah pendapatan mereka. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menjual keong atau bahkan menjadi buruh setrika baju yang jumlah pendapatannya pun sangat minim. Kegiatan buruh tani dilakukan dari pagi hingga sore, seperti halnya para karyawan pabrik namun bedanya jika karyawan pabrik bekerja didalam ruangan sedangkan buruh tani bekerja diluar ruangan, dilahan sawah yang langsung terkena sinar matahari.

Dalam kegiatan buruh tani baik kegiatan mencari nafkah, dalam rumah tangga dan dalam masyarakat, masing-masing buruh tani mempunyai peran, fungsi serta kedudukan yang mesti diperhatikan. Misalnya dalam kegiatan mencari nafkah buruh tani laki-laki mempunyai peranan sebagai pencari nafkah namun lantas tidak semestinya mementingkan peran tersebut tanpa memperhatikan perannya dalam rumah tangga yaitu sebagai seorang ayah yang harus memelihara anak- anaknya. Begitu juga buruh tani perempuan yang mempunyai kedudukan dalam rumah tangga sebagai istri tidak lantas meninggalkan pekerjaan rumah tangganya demi mengerjakan pekerjaan untuk mencari nafkah. Perbedaan peran dari masing-masing buruh tani tersebut mengisyaratkan bahwa adanya peran gender yang terjadi diantara keduanya.

Secara garis besar analisis gender terdiri dari empat bagian dan dilaksanakan dalam dua langkah utama. Langkah pertama, informasi dikumpulkan untuk profil aktivitas dan profil akses dan kontrol. Langkah kedua, informasi hasil langkah pertama digunakan untuk analisis faktor dan tren (yang mempengaruhi aktivitas dan akses dan kontrol) dan analisis siklus program. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada langkah pertama yaitu profil aktivitas khususnya aktivitas buruh tani laki-laki dan Secara garis besar analisis gender terdiri dari empat bagian dan dilaksanakan dalam dua langkah utama. Langkah pertama, informasi dikumpulkan untuk profil aktivitas dan profil akses dan kontrol. Langkah kedua, informasi hasil langkah pertama digunakan untuk analisis faktor dan tren (yang mempengaruhi aktivitas dan akses dan kontrol) dan analisis siklus program. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada langkah pertama yaitu profil aktivitas khususnya aktivitas buruh tani laki-laki dan

Dalam profil aktivitas semua kategori kegiatan termasuk kegiatan mencari nafkah, dalam rumah tangga dan kegiatan masyarakat sangat diperhitungkan. Ini mengidentifikasikan berapa banyak waktu digunakan untuk setiap kegiatan, seberapa sering kegiatan dilakukan dan kapan saja kebutuhan kerja tinggi dan berapa banyak tambahan perempuan, laki-laki dan anak-anak diperlukan. Profil aktivitas juga mengidentifikasi tempat kegiatan, dirumah atau ditempat lain (desa, pasar, sawah) dan berapa jauh tempat ini dari rumah tinggal. Informasi ini memberi gambaran mobilitas laki-laki dan perempuan. Isu yang dicakup dalam profil aktivitas termasuk:

• Kegiatan produktif/mencari nafkah • Kegiatan reproduktif/dalam rumah tangga • Kegiatan publik/masyarakat

Dalam analisis kegiatan ini digunakan kerangka kerja analitik harvard. Kerangka kerja ini dikenal juga dengan kerangka kerja peran gender atau kerangka kerja analisis gender. Kerangka kerja ini merupakan salah satu kerangka analisis dan perencanaan gender yang pertama, yang mempunyai tujuan memetakan dan menjelaskan perbedaan pokok pekerjaan/kegiatan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.

Karakteristik dari kerangka harvard ini terdiri atas suatu matrik pengumpulan data ditingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) dan mempunyai empat komponen yang berkaitan: Karakteristik dari kerangka harvard ini terdiri atas suatu matrik pengumpulan data ditingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) dan mempunyai empat komponen yang berkaitan:

b) Profil akses dan kontrol; mengidentifikasi sumber daya untuk menjalankan kegiatan pada profil aktivitas, dan akses dan kontrol penggunaan menurut gender.

c) Analisis faktor pengaruh; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan gender dalam profil aktivitas dan profil akses dan kontrol.

d) Analisis siklus proyek; memeriksa proyek dalam hal disagregasi

informasi menurut gender.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada profil kegiatan/aktivitas khususnya kegiatan buruh tani. Ini mengindikasikan kepada tugas produktif dan reproduktif yang relevan menjawab pertanyaan ”siapa melakukan apa?”. informasi yang dikumpulkan dan dianalisis adalah:

a) Gender: pembagian kerja menurut gender untuk setiap kegiatan yang terkait dengan kegiatan. Pekerjaan buruh tani dilakukan oleh laki- laki dan perempuan, didalamnya ada pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing buruh tani. Selain dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan tersebut juga dibedakan berdasarkan jenis pekerjaannya. Bila lebih membutuhkan tenaga yang besar maka pekerjaan tersebut dilakukan oleh buruh tani laki- laki dan apabila tidak terlalu berat maka dilakukan oleh buruh tani perempuan.

b) Usia: mengidentifikasi apakah perempuan, laki-laki, anak atau orang tua yang melakukan aktivitas. Dalam setiap kegiatannya, pekerjaan ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang memiliki usia antara 40-60 tahun sedangkan usia muda seperti anak-anak lebih membantu kepada kegiatan domestik khususnya anak perempuan.

c) Alokasi waktu: lama waktu masing-masing kegiatan serta apakah kegiatan dilakukan rutin atau musiman. Pekerjaan buruh tani dilakukan rutin saat musim tanam padi dan palawija tiba. Ini c) Alokasi waktu: lama waktu masing-masing kegiatan serta apakah kegiatan dilakukan rutin atau musiman. Pekerjaan buruh tani dilakukan rutin saat musim tanam padi dan palawija tiba. Ini

d) Lokasi kegiatan: dimana tiap kegiatan biasa dilakukan. Untuk kegiatan mencari nafkah yang dilakukan buruh tani biasa dilakukan dilahan pertanian atau sawah sedangkan untuk kegiatan domestik biasa dilakukan dirumah buruh tani sendiri dan untuk kegiatan dalam masyarakat dilakukan dalam lingkungan masyarakat setempat.