Kinerja Subsektor Pertanian di Provinsi Banten

B. Kinerja Subsektor Pertanian di Provinsi Banten

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penunjang bagi sektor perekonomian masyarakat di Provinsi Banten meskipun apabila dilihat dari analisis nilai LQ sektor pertanian masih belum mampu menjadi sektor basis di Provinsi Banten. Namun pada kenyataannya sebagian besar masyarakat di Provinsi Banten masih tergantung kepada sektor pertanian apabila dilihat dengan keadaan penduduk yang masih bermatapencaharian sebagai petani. Menurut BPS Provinsi Banten, (2011) persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian adalah sebesar 28,39 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, serta sebagai penunjang penyedia bahan pangan bagi masyarakat Banten. Subsektor pertanian di Provinsi Banten terbagi atas 5 subsektor yaitu, subsektor tanaman bahan makanan (tabama), subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Berikut ini adalah hasil analisis dengan menggunakan metode LQ (Location Quotien) untuk menentukan subsektor pertanian apa saja yang merupakan subsektor basis di Provinsi Banten.

Tabel 13. Nilai LQ Subsektor Pertanian Provinsi Banten Tahun 2006-2010

Subsektor Pertanian

Rata-rata Keterangan a. Tabama

1,234 Basis b. Tanaman Perkebunan

0,487 Non Basis c. Peternakan

1,562 Basis d. Kehutanan

0,100 Non Basis e. Perikanan

0,668 Non Basis

Sumber : Analisis Data Sekunder Data pada analisis LQ yang dapat diketahui dari Tabel 13 terdapat dua

subsektor yang merupakan subsektor basis di Provinsi Banten, yaitu subsektor tabama dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,234 dan subsektor peternakan dengan nilai LQ rata-rata 1,562. Nilai LQ tersebut > 1 yang berarti bahwa subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain di luar Provinsi Banten, sedangkan subsektor yang merupakan subsektor basis di Provinsi Banten, yaitu subsektor tabama dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,234 dan subsektor peternakan dengan nilai LQ rata-rata 1,562. Nilai LQ tersebut > 1 yang berarti bahwa subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain di luar Provinsi Banten, sedangkan

commit to user

subsektor yang lain yaitu subsektor tanaman perkebunan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan merupakan subsektor non basis dengan rata-rata nilai LQ < 1 yang berarti bahwa subsektor tersebut belum mampu melakukan ekspor ke luar wilayah Provinsi Banten.

Nilai LQ subsektor tabama merupakan nilai LQ yang basis di provinsi Banten, namun nilai LQ ini mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun selama kurun waktu penelitian yaitu dari tahun 2006-2010. Subsektor tabama ini berupa padi sawah dan padi ladang. Nilai LQ tabama tahun 2006- 2007 memiliki nilai yang stabil yaitu sebesar 1,265-1,269, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 1,243 dan 2009 sebesar 1,210 kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 1,331, hal ini dikarenakan musim hujan yang tidak menentu sehingga mempengaruhi produksi subsektor tabama di wilayah Provinsi Banten.

Keberadaan subsektor tabama sebagai salah satu subsektor basis sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan di Provinsi Banten yang masih cukup banyak digunakan sebagai lahan sawah. Keadaan basis tabama di Provinsi Banten dapat terlihat dari Tabel 14.

Tabel 14. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi (Sawah

dan Ladang) di Provinsi Banten (2006-2010)

Lapangan Usaha

2009 2010 Padi Sawah

Produksi (ton)

1.740.953 1.915.996 Produktivitas (kw/ha)

52,32 52,06 Luas Panen (ha)

Padi Ladang

Produksi (ton)

108.056 132.051 Produktivitas (kw/ha)

32,39 34,39 Luas Panen (ha)

Total Padi

Produksi (ton)

1.849.008 2.048.047 Produktivitas (kw/ha)

50,50 50,39 Luas Panen (ha)

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, 2011

Data pada Tabel 14 produksi padi di Provinsi Banten mencapai angka 2.048.047 ton. Pencapaian ini merupakan kontribusi dari produksi padi sawah sebesar 1.915.996 ton dan produksi padi ladang sebesar 132.051 ton.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pencapaian produksi padi di Provinsi Banten di tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 199.039 dibandingkan dengan produksi padi pada tahun 2009 yang sebesar 1.849.008 ton. Apabila di analisis dari pencapaian produksi padi dari tahun 2006 yang hanya sebesar 1.751.468 ton, maka hingga tahun 2010 ini produksi padi di Provinsi Banten meningkat sebesar 296.579 ton. Dari sisi produktivitas, produktivitas tertinggi komoditas padi di capai pada tahun 2007 yang mencapai 50,90 atau lebih tinggi 0,51 dibandingkan dengan pencapaian produktivitas padi di tahun 2010. Produktivitas padi pada tahun 2009 mencapai 50,50 atau lebih besar dari pencapaian produktivitas padi di tahun 2006 dan 2007 yang hanya mencapai angka produktivitas sebesar 50,27 dan 50,14.

Berbeda dengan subsektor tabama, subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor non basis selama kurun 5 tahun yaitu pada tahun 2006- 2010 yaitu memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 0,487. Nilai LQ subsektor tanaman perkebunan ini cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan. Pada tahun 2006 nilai LQ subsektor tanaman perkebunan sebesar 0,532, mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi sebesar 0,449, mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebesar 0,468, pada tahun 2009 sebesar 0,490 dan pada tahun 2010 sebesar 0,496. Hal ini dikarenakan sempitnya lahan perkebunan di wilayah Provinsi Banten yang sebagian besar wilayahnya sudah didominasi oleh industri-industri sehingga sudah banyak terjadi konversi lahan antara lahan perkebunan menjadi industri.

Berbeda dengan subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan merupakan subsektor yang basis di Provinsi Banten. Nilai LQ subsektor peternakan pada tahun 2006-2010 cenderung mengalami fluktuasi. Berikut ini adalah perkembangan populasi ternak di Provinsi Banten pada tahun 2006- 2010.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 15. Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Banten (2006-2010)

Hewan Ternak (ekor)

151.976 153.204 Sapi potong

619.924 628.926 Ayam Buras

9.669.410 9.784.326 Ayam Pedaging

40.011.606 31.887.018 41.146.851 Ayam Petelur

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, 2011 Data pada Tabel 15 perkembangan populasi ternak di Provinsi Banten,

dapat diketahui bahwa jumlah ternak terbesar adalah ternak ayam pedaging yang dari tahun ke tahun perkembangan populasinya terus meningkat. Pada tahun 2006 jumlah ternak ayam pedaging hanya sebesar 20.452.254 ekor, kemudian meningkat cukup signifikan pada tahun 2010 sebesar 41.146.851 ekor. Sedangkan perkembangan populasi ternak terkecil di Provinsi Banten adalah ternah sapi potong. Perkembangan ternak sapi potong dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Pada tahun 2006 sebesar 51.998 ekor mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 54.887 ekor, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 60.680 ekor dan 73.513 ekor, lalu mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 menjadi 69.727 ekor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya arus daging ekspor yang semakin marak terjadi di Indonesia termasuk di Provinsi Banten.

Subsektor kehutanan merupakan salah satu subsektor yang termasuk dalam subsektor non basis. Nilai LQ rata-rata subsektor kehutanan adalah sebesar 0,0904. Nilai itu menjelaskan bahwa subsektor kehutanan masih belum mampu melakukan ekspor ke luar wilayah Provinsi Banten. Jika dilihat dari luas areal hutan di Provinsi Banten yang tercatat menjadi hutan negara dengan luas areal 8.074 ha dengan presentase sebesar 1,85%, maka seharusnya Provinsi Banten memiliki potensi yang besar pada subsektor kehutanan. Keadaan subsektor kehutanan sebagai subsektor non basis di Provinsi Banten terkait dengan masih kurangnya daya produksi dari subsektor kehutanan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Permasalahan pengembangan subsektor kehutanan di Provinsi Banten antara lain terkendala oleh masih rendahnya daya dukung lahan, air dan hutan, masih rendahnya daya saing produk kehutanan.

Perkembangan kinerja subsektor perikanan di Provinsi Banten dapat dikatakan juga masih kurang maksimal jika dilihat dari rata-rata nilai LQ subsektor perikanan sebesar 0,6680. Nilai tersebut menjelaskan bahwa subsektor perikanan masih dalam kategori subsektor non basis yaitu nilai LQ <1, angka tersebut juga menggambarkan bahwa produksi lokal masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam wilayah Provinsi Banten. Namun apabila dilihat dari laju pertumbuhan subsektor perikanan, subsektor ini terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai LQ subsektor perikanan pada tahun 2006 adalah sebesar 0,5971 mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 0,6515 meskipun mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar 0,6480 namun dapat meningkat kembali pada tahun 2009 menjadi 0,7394 dan kembali mengalami penurunan menjadi 0,5997. Salah satu kendalanya adalah budaya dari masyarakat Provinsi Banten khususnya yang hidup di daerah pesisir yang masih sulit untuk menjadi nelayan dan melaut untuk mencari ikan serta adanya produk ikan kiriman dari luar wilayah maupun negara, sehingga nelayan sulit aktif melaut kembali.