Faktor Penentu Kinerja Sektor Pertanian dan Subsektor Pertanian di Provinsi Banten.

E. Faktor Penentu Kinerja Sektor Pertanian dan Subsektor Pertanian di Provinsi Banten.

Faktor dominan yang menentukan kinerja sektor pertanian dan subsektor pertanian di Provinsi Banten dapat dilihat di dalam Tabel 18.

Tabel 18. Faktor Penentu Kinerja Sektor Pertanian dan Subsektor Pertanian di

Provinsi Banten

SSS

LSS

Faktor Penentu

Sektor Pertanian

Faktor Lokasi

Subsektor Pertanian

Faktor Lokasi Perkebunan

Faktor Struktur Ekonomi Peternakan

Faktor Lokasi Kehutanan

Faktor Struktur Ekonomi Perikanan

Faktor Struktur Ekonomi

Sumber : Analisis Data Sekunder Data pada Tabel 18 menjelaskan bahwa sektor pertanian memiliki nilai

LSS yang lebih besar dibandingkan dengan nilai SSS, hal ini menjelaskan bahwa faktor lokasi adalah faktor dominan yang menentukan kinerja dari sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor non basis atau hanya dapat dikatakan sebagai sektor penunjang pada perekonomian wilayah di Provinsi Banten pada tahun 2006-2010. Keadaan ini terkait dengan kondisi wilayah di Provinsi Banten yang didominasi dengan tingginya tingkat bangunan industri- industri, perumahan serta pertokoan yang banyak dibangun di wilayah Provinsi Banten.

Data pada Tabel 18 menjelaskan bahwa subsektor tabama memiliki nilai LSS yang lebih besar dibandingkan dengan nilai SSS hal ini menjelaskan bahwa faktor lokasi menjadi faktor dominan yang menentukan kinerja subsektor tabama di wilayah Provinsi Banten. Provinsi Banten masih memiliki Data pada Tabel 18 menjelaskan bahwa subsektor tabama memiliki nilai LSS yang lebih besar dibandingkan dengan nilai SSS hal ini menjelaskan bahwa faktor lokasi menjadi faktor dominan yang menentukan kinerja subsektor tabama di wilayah Provinsi Banten. Provinsi Banten masih memiliki

commit to user

wilayah yang berpotensi meghasilkan tanaman bahan makanan seperti jagung dan padi yang umumnya ditanam di Kabupaten Pandegelang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang.

Subsektor perkebunan memiliki nilai SSS yang lebih besar dibandingkan nilai LSS, hal ini menunjukan bahwa faktor struktur ekonomi di wilayah Provinsi Banten menjadi faktor dominan yang menentukan kinerja dari subsektor perkebunan di Provinsi Banten. Keadaan ini terkait dengan potensi yang dimiliki oleh subsektor perkebunan di Provinsi Banten yang didukung oleh adanya PTPN dan potensi wilayah-wilayah Banten yang masih ada beberapa lokasi yang memiliki lahan perkebunan. Perkebunan di Provinsi Banten pada umumnya terletak di daerah Kabupaten Pandegelang dan Lebak.

Berbeda dengan subsektor perkebunan, subsektor peternakan memiliki nilai LSS yang lebih besar dibandingkan nilai SSS. Hal ini menjelaskan bahwa faktor lokasi lebih dominan dalam menentukan perubahan kinerja subsektor peternakan. Keadaan ini terkait dengan adanya beberapa daerah menjadi pengembang sapi potong di beberapa kabupaten di Provinsi Banten antara lain Kabupaten Serang, Kabupaten Pandegelang, dan Kabupaten Lebak. Disamping adanya daerah pengembang tersebut di Provinsi Banten juga diusakan berbagai macam ternak unggas seperti ayam ras, itik dan bebek. Dilihat dengan adanya daerah yang menjadi pusat pengembangan ternak, maka dinilai akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi Banten.

Subsektor kehutanan memiliki nilai SSS yang lebih besar dibandingkan nilai LSS. Hal ini menjelaskan bahwa faktor struktur ekonomi yang mempengaruhi perubahan kinerja subsektor kehutanan. Keadaan ini terkait dengan keadaan wilayah Provinsi Banten yang dominan dengan wilayah perkotaan, sehingga pemerintah Provinsi Banten kurang mengoptimalkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengembangan potensi subsektor kehutanan.

Subsektor perikanan di Provinsi Banten diprediksi akan menjadi subsektor basis pada masa yang akan datang. Data pada hasil analisis Tabel 19 diketahui bahwa subsektor perikanan memiliki nilai SSS yang lebih besar dari pada nilai LSS menjelaskan bahwa faktor struktur ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan ini. Terkait dengan program minapolitan yang Subsektor perikanan di Provinsi Banten diprediksi akan menjadi subsektor basis pada masa yang akan datang. Data pada hasil analisis Tabel 19 diketahui bahwa subsektor perikanan memiliki nilai SSS yang lebih besar dari pada nilai LSS menjelaskan bahwa faktor struktur ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan ini. Terkait dengan program minapolitan yang

commit to user

dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Banten maka saat ini Provinsi Banten sedang mengembangkan potensi perikanannya, baik perikanan air laut maupun air tawar yang diwujudkan dengan pengembangan budidaya air tawar di setiap kabupaten terutama pada budidaya ikan di kolam.

Beberapa kegiatan yang menjadi program pengembangan tersebut adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan yang terdiri atas Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) dan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar). Banten memiliki potensi menjadi produsen perikanan daerah dan potensi itu bisa dijadikan sebagai ujung tombak pembangunan. Kementerian Kelauatan dan perikanan hingga tahun 2014 menargetkan peningkatan produksi ikan tangkap maupun budidaya sebesar 353 persen dari rata-rata produksi saat ini sekitar 8.000.000 pertahun. Banten merupakan daerah potensial untuk mendukung tercapainya target tersebut. Program nasional Kawasan Minapolitan pesisir Banten, dari Tanjung Pasir di Kabupaten Tangerang sampai Sawarna di

Kabupaten Lebak, guna memacu kesejahteraan nelayan. Pada 2011 terdapat lima kawasan yang menjadi program dalam Minapolitan di Provinsi Banten, yaitu meliputi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu dan kawasan budidaya rumput laut Pontang (Kota Serang), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan (Kabupaten Pandeglang), kawasan budidaya kerang Panimbang dan kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun. Secara geografis Banten dibagi dalam dua wilayah pembangunan, yaitu utara dan selatan. Bagian utara meliputi Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Cilegon, sedangkan bagian selatan meliputi Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang.

Konsep utama perancangan bantuan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Banten adalah pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis kawasan dengan keterpaduan lintas sektor untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Anggaran sektoral pada DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Banten, akan difokuskan untuk memberikan input produksi serta sarana dan prasarana pokok. Sedangkan yang lintas sektoral berupa penyediaan prasarana pendukung seperti jalan, saluran irigasi serta dukungan lain yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar yang dimiliki akan difokuskan pada lokasi Minapolitan Banten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data dari Dinas Perikanan (2011) menjelaskan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyerahkan bantuan sebesar Rp 33,2 miliar kepada para nelayan di Provinsi Banten. Bantuan diberikan untuk merealisasikan kebijakan KKP, yakni modernisasi armada dan industrialisasi kelautan dan perikanan. Bantuan yang diberikan adalah berupa lima unit kapal INKA MINA, dua unit excavator, dua paket teknologi kawasan PDN, satu paket peralatan value added products, satu paket mini cold storage, satu unit mobil ATI-Gemarikan, satu unit mobil dengan box berpendingin, 12 unit freezer, 12 unit SPG roda tiga, empat unit spinner pengolahan abon, 12 paket peralatan pengolahan, 22 unit cool box, fiberglass, sembilan unit freezer 368 L, 12 unit cool box 200 lt,12 unit cool box 600 lt, 1200 Sertifikat Hak Atas Tanah (SEHAT) nelayan.

Selain bantuan-bantuan tersebut, KKP juga memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) perikanan tangkap sebesar 105 paket yang bernilai total sebesar Rp. 10,5 miliar dan bantuan langsung masyarakat PUMP perikanan budidaya sebesar 148 paket yang bernilai Rp 9,6 miliar. Penyerahan bantuan tersebut merupakan bentuk wujud nyata KKP dalam mendukung Provinsi Banten sebagai wilayah penghasil ikan sekaligus wilayah berkembangnya perusahaan pengolahan ikan skala besar, yang menghasilkan produk dengan tujuan pasar ekspor, maupun industri rakyat skala UMKM. Industri kelautan dan perikanan selama ini memang terkesan jauh dari sentuhan teknologi. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi ikan tangkap di Provinsi Banten, antara lain di Kecamatan Labuan dan Panimbang (Kabupaten Pandeglang), Terate dan Karangantu (Kabupaten Serang), serta di Kecamatan Kronjo dan Cituis (Kabupaten Tangerang).

Berbagai kegiatan-kegiatan pemerintah tersebut telah cukup berhasil mengembangkan potensi subsektor perikanan, sehingga subsektor perikanan telah mampu menjadi subsektor basis di masa yang akan datang. Perhatian pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakan tersebut telah terbukti dapat memajukan subsektor perikanan. Semakin berkembangnya subsektor perikanan maka diharapkan kesejahteraan petani di Provinsi Banten akan dapat meningkat pula.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user