Kinerja Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian lainnya

A. Kinerja Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian lainnya

di Provinsi Banten

Menurut Richardson, dalam Wahyu (2008), teori ekonomi basis digunakan untuk mengetahui perbedaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui hubungan antar sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh besarnya nilai ekspor dari wilayah tersebut. Konsep ekonomi basis berguna untuk menganalisa dan memprediksi perubahan dalam perekonomian regional. Selain itu konsep ekonomi basis juga dapat digunakan untuk mengetahui suatu sektor pembangunan ekonomi dan kegiatan basis yang dapat melayani pasar ekspor.

Berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat penting untuk diketahui sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis dimana sektor ini mampu mendorong perekonomian wilayah bersangkutan, dan sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor non basis, sehingga dengan demikian dapat ditentukan prioritas pembangunan sektor- sektor perekonomian yang mampu mendorong pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Suatu sektor perekonomian dapat diketahui apakah merupakan sektor basis ataukah sektor non basis dengan menggunakan metode Location Quotient yang merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total nasional. Apabila nilai LQ lebih dari 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis, sedangkan bila nilai LQ kurang dari atau sama dengan 1 maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dalam perekonomian suatu wilayah.

Perekonomian wilayah di Provinsi Banten ditunjang oleh sembilan sektor perekonomian yang meliputi sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

commit to user

persewaan, keuangan, dan jasa perusahaan, dan yang terakhir sektor jasa-jasa. Setiap sektor tersebut pada dasarnya memiliki peran atau sumbangan yang berbeda-beda pada perekonomian Provinsi Banten. Data pada analisis Location Quotient yang dilakukan pada 9 sektor perekonomian di Provinsi Banten, maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 12. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian dalam

Perekonomian di Provinsi Banten Tahun 2006-2010

Lapangan Usaha

Rata-rata Keterangan

0,601 Non Basis

Non Pertanian

Pertambangan dan Galian

0,014 Non Basis

Industri Pengolahan

1,767 Basis Listrik, Gas dan Air

Bangunan dan Kontruksi

0,466 Non Basis

Perdagangan, Hotel Restoran

1,179 Basis Pengangkutan dan

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

0,378 Non Basis Jasa-Jasa

0,516 Non Basis

Sumber : Analisis Data Sekunder Data pada hasil analisis Location Quotient pada sektor-sektor

perekonomian di Provinsi Banten pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa empat dari sembilan sektor perekonomian di Provinsi Banten merupakan sektor basis. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, Gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata LQ > 1. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan di dalam wilayahnya, Provinsi Banten juga dapat mengekspor produknya ke luar wilayah Provinsi Banten. Sektor yang lain yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor bangunan dan kontruksi, sektor persewaan, keuangan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa termasuk di dalam sektor non basis dengan nilai rata-rata LQ ≤ 1 yang berarti bahwa sektor tersebut perekonomian di Provinsi Banten pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa empat dari sembilan sektor perekonomian di Provinsi Banten merupakan sektor basis. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, Gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata LQ > 1. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan di dalam wilayahnya, Provinsi Banten juga dapat mengekspor produknya ke luar wilayah Provinsi Banten. Sektor yang lain yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor bangunan dan kontruksi, sektor persewaan, keuangan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa termasuk di dalam sektor non basis dengan nilai rata-rata LQ ≤ 1 yang berarti bahwa sektor tersebut

commit to user

hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan belum mampu mengekspor produknya ke luar wilayah Provinsi Banten.

1. Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Banten

Sektor pertanian merupakan sektor non basis dalam perekonomian di provinsi Banten sehingga sektor pertanian hanya dapat dikatakan sebagai sektor penunjang bagi pertumbuhan perekonomian Provinsi Banten. Sektor pertanian selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 memiliki rata-rata LQ sebesar 0,601. Pada tahun 2006 nilai LQ sektor pertanian adalah sebesar 0,593 dan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,590, kemudian pada tahun 2008 sebesar 0,577, pada tahun 2009 sebesar 0,595 dan pada tahun 2010 sebesar 0,650. Sektor pertanian memiliki nilai LQ < 1 maka dapat diartikan bahwa sektor pertanian di Provinsi Banten hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri dan belum dapat memenuhi kebutuhan di luar wilayahnya.

Sektor pertanian merupakan sektor non basis di Provinsi Banten, hal ini dikarenakan tingginya alih fungsi lahan pertanian di daerah perkotaan untuk pembangunan perumahan, pertokoan maupun gedung-gedung pemerintahan. Menurut BPS Provinsi Banten (2011) jumlah alih fungsi lahan banyak terjadi di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, hal ini dikarenakan daerah-daerah tersebut merupakan daerah padat industri. Selain tingginya alih fungsi lahan, adanya program pemerintah yang masih belum berjalan dan kurang optimalnya pemanfaatan sarana kelompok tani serta semakin berkurangnya keinginan masyarakat untuk bertani karena beralih ke pekerjaan yang lainnya seperti ke sektor perdagangan maupun jasa merupakan bukti nyata permasalahan pertanian di wilayah Provinsi Banten.

Meskipun sektor pertanian merupakan sektor non basis di Provinsi Banten, wilayah Provinsi memiliki potensi yang menunjang pertumbuhan sektor pertanian. Provinsi Banten memiliki sentra produksi padi yang terletak pada empat wilayah kabupaten di Provinsi Banten, yaitu kabupaten Pandeglang, Lebak, Tanggerang dan Serang. Produksi padi di Provinsi Meskipun sektor pertanian merupakan sektor non basis di Provinsi Banten, wilayah Provinsi memiliki potensi yang menunjang pertumbuhan sektor pertanian. Provinsi Banten memiliki sentra produksi padi yang terletak pada empat wilayah kabupaten di Provinsi Banten, yaitu kabupaten Pandeglang, Lebak, Tanggerang dan Serang. Produksi padi di Provinsi

commit to user

Banten terus meningkat sampai 2,06 juta ton pada akhir tahun 2010, hanya saja tingkat produktivitasnya turun akibat pengaruh tingginya curah hujan pada tahun 2010 (Statistik Provinsi Banten, 2011)

2. Kinerja Sektor Perekonomian lainnya di Provinsi Banten

a. Sektor Industri Pengolahan Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor basis dari tahun 2006-2010. Sektor industri pengolahan ini telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain. Kinerja sektor industri pengolahan ini disebabkan karena peranan sektor industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Indonesia.

Sektor industri pengolahan selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 1,767. Pada tahun 2006 nilai LQ sektor industri pengolahan adalah sebesar 1,818, dan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,808, kemudian pada tahun 2008 sebesar 1,790, pada tahun 2009 sebesar 1,761 dan pada tahun 2010 sebesar 1,656. Kinerja sektor industri pengolahan sebagai sektor basis di Provinsi Banten, hal ini didukung oleh kondisi wilayah dataran rendah yang landai sehingga mudah untuk didirikan sebagai pabrik-pabrik pengolahan. Letak wilayah Provinsi Banten yang strategis karena sebagai pintu gerbang perekonomian antar pulau Jawa dan Sumatera sehingga memudahkan distribusi barang hasil dari industri- industri pengolahan itu sendiri serta tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap barang-barang industri sehingga mendorong perkembangan sektor industri pengolahan di Provinsi Banten.

b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Data Pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih merupakan salah satu sektor basis di Provinsi Banten dari tahun 2006-2010. Nilai LQ pada sektor listrik, gas dan air bersih merupakan nilai tertinggi dibandingkan sektor basis lainnya yaitu sebesar 5,657. Seperti sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih di b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Data Pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih merupakan salah satu sektor basis di Provinsi Banten dari tahun 2006-2010. Nilai LQ pada sektor listrik, gas dan air bersih merupakan nilai tertinggi dibandingkan sektor basis lainnya yaitu sebesar 5,657. Seperti sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih di

commit to user

Provinsi Banten memiliki rata-rata nilai LQ > 1, yang berarti sektor ini merupakan sektor yang telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain. Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih ini disebabkan karena peranan sektor listrik, gas dan air bersih lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Indonesia.

Sektor listrik, gas dan air bersih selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 cenderung mengalami penurunan pada nilai LQ pada tahun 2006-2009 yaitu pada tahun 2006 sebesar 6,172, pada tahun 2007 sebesar 5,875, pada tahun 2008 sebesar 5,664, pada tahun 2009 sebesar 5,178, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar 5,657. Walaupun nilai LQ sektor listrik, gas dan air bersih cenderung mengalami penurunan, sektor ini tetap menjadi sektor basis di wilayah Provinsi Banten.

Sektor listrik menjadi sektor yang strategis, bukan saja untuk daerah Provinsi Banten melainkan untuk Jawa dan Bali. Dari sisi supply di Provinsi Banten terdapat dua pembangkit listrik yaitu PLTU Suralaya di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuan di Kabupaten Pandeglang. Gas dan air bersih telah banyak digunakan oleh masyarakat di Provinsi Banten. Pemerataan gas dan air bersih di Provinsi Banten telah banyak dinikmati masyarakat Provinsi Banten. Meskipun masih ada beberapa wilayah pedalaman yang belum terjamah oleh listrik, seperti masyarakat pedalaman suku baduy.

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis yang ada di Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dengan rata-rata nilai LQ sebesar 1,179 sehingga sektor ini telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain. Nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 cenderung mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 sebesar 1,106, pada tahun 2007 sebesar 1,136, pada tahun 2008 sebesar 1,182, pada tahun 2009 c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis yang ada di Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dengan rata-rata nilai LQ sebesar 1,179 sehingga sektor ini telah mampu melakukan ekspor ke wilayah lain. Nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 cenderung mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 sebesar 1,106, pada tahun 2007 sebesar 1,136, pada tahun 2008 sebesar 1,182, pada tahun 2009

commit to user

sebesar 1,243, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan meskipun tidak signifikan yaitu menjadi sebesar 1,231. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor basis di wilayah Provinsi Banten, hal ini didukung oleh tersedianya akses informasi pasar yang cukup luas, tersedianya fasilitas perdagangan seperti pasar dan pusat-pusat perdagangan, serta ketersedian tenaga kerja yang cukup profesional di bidang perdagangan.

d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis yang ada di Provinsi Banten. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis dengan rata-rata nilai LQ sebesar 1,155. Nilai LQ sektor pengangkutan dan komunikasi selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 cenderung mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2006 sebesar 1,307, pada tahun 2007 sebesar 1,227, pada tahun 2008 sebesar 1,131, pada tahun 2009 sebesar 1,084, dan pada tahun 2010 sebesar 1,075. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor basis, hal ini tersedianya fasilitas-fasilitas yang mendukung, misalnya jalanan yang baik serta tersedia alat transportasi yang baik di daerah Provinsi Banten.

Provinsi Banten merupakan jalur penghubung antara pulau Jawa dan pulau Sumatera, sehingga ketersediaan jalan menjadi faktor yang sangat strategis. Menurut Banten dalam angka 2011, Provinsi Banten pada tahun 2010 tersedia jalan sepanjang 1.246,58 km yang terdiri dari 476,49 km jalan negara dan 770,09 jalan provinsi. Seluruh jalan merupakan jalan yang telah di aspal kecuali 1,45 persen jalan provinsi yang belum di aspal, sehingga total keseluruhan panjang jalan yang telah di aspal mencapai 99,10 persen.

Beberapa fasilitas umum yang menunjang transportasi di Provinsi Banten adalah adanya stasiun Kereta Api (KA) yang memiliki mobilitas tinggi. Jumlah penumpang dan barang yang diangkut di beberapa stasiun KA yaitu stasiun Merak, stasiun Cilegon, stasiun Rangkasbitung, stasiun Beberapa fasilitas umum yang menunjang transportasi di Provinsi Banten adalah adanya stasiun Kereta Api (KA) yang memiliki mobilitas tinggi. Jumlah penumpang dan barang yang diangkut di beberapa stasiun KA yaitu stasiun Merak, stasiun Cilegon, stasiun Rangkasbitung, stasiun

commit to user

Serang dan stasiun Serpong pada tahun 2010 mencapai 5,51 juta orang dan 26 ribu ton barang, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya 4,56 juta orang dan 1,774 ribu ton barang. Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara terbesar di Indonesia dan menjadi pintu utama keluar-masuk internasional bagi Indonesia. Sepanjang periode 2008-2010 intensitas kegiatan transportasi udara pada bandara ini terus meningkat. Hal ini dapat ditunjukan oleh meningkatnya jumlah penerbangan, jumlah penumpang dan kargo baik domestik maupun internasional. Pelabuhan Merak merupakan pelabuhan penyerbangan yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Sumatera, sehingga menjadi pelabuhan penyebrangan terpadat di Indonesia.

Akses terhadap sarana telekomunikasi dan internet merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur kemajuan suatu daerah. Menurut Banten dalam Angka 2011 akses penduduk Provinsi Banten terhadap sarana komunikasi pada periode tahun 2009-2010 meningkat pesat. Hal ini dapat ditunjukan oleh meningkatnya presentase rumah tangga memiliki telepon rumah, handphone dan pengakses internet.

e. Sektor Pertambangan dan Galian Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor pertambangan dan galian merupakan sektor non basis di provinsi Banten dengan nilai LQ <1 yaitu sebesar 0,014. Sektor pertambangan dan galian di Provinsi Banten selama kurun waktu 5 tahun yaitu pada tahun 2006-2010 merupakan sektor non basis dengan nilai LQ pada tahun 2006 sebesar 0,011. Pada tahun 2007 sebesar 0,013, pada tahun 2008 sebesar 0,014, pada tahun 2009 sebesar 0,016 dan pada tahun 2010 sebesar 0,015, sehingga dikatakan belum mampu melakukan ekspor keluar wilayah lain.

Peranan sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur ekonomi Provinsi Banten dari tahun ke tahun cenderung stabil apabila dilihat dari laju pertumbuhannya selama periode tahun 2006-2010. Provinsi Banten merupakan wilayah yang berpotensi adanya bahan tambang serta galian, namun dalam pengembangannya masih perlu Peranan sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur ekonomi Provinsi Banten dari tahun ke tahun cenderung stabil apabila dilihat dari laju pertumbuhannya selama periode tahun 2006-2010. Provinsi Banten merupakan wilayah yang berpotensi adanya bahan tambang serta galian, namun dalam pengembangannya masih perlu

commit to user

penanganan yang lebih baik karena masih belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga barang pertambangan dan penggalian belum dapat mencukupi kebutuhan di dalam wilayah Provinsi Banten.

f. Sektor Bangunan dan Kontruksi Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor bangunan dan kontruksi di provinsi Banten merupakan sektor non basis di Provinsi Banten dengan nilai LQ<1 yaitu sebesar 0,466. Nilai LQ sektor bangunan dan kontruksi selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 cenderung stabil, yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,446, pada tahun 2007 sebesar 0,466, pada tahun 2008 sebesar 0,465, pada tahun 2009 sebesar 0,475, dan pada tahun 2010 sebesar 0,476. Sektor bangunan dan kontruksi merupakan sektor non basis yang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri dan masih harus impor dari luar wilayah lain. Hal ini disebabkan karena kinerja sektor bangunan dan kontruksi yang lebih rendah di Provinsi Banten di bandingkan pada kinerja sektor yang sama ditingkat Indonesia, sehingga sektor bangunan dan kontruksi ini belum mampu melakukan ekspor ke wilayah lain.

Sektor bangunan dan kontruksi merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam proses pembangunan ekonomi, terutama untuk mendukung terciptanya sarana dan prasarana ekonomi dan sosial yang lebih baik sehingga dapat memacu pertumbuhan sektor ekonomi lainnya maka wilayah Provinsi Banten saat ini tengah melakukan berbagai pembangunan dan perbaikan berbagai sarana fisik misalnya perbaikan jalan raya yang ada di daerah Merak.

g. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor non basis di Provinsi Banten. Selama kurun waktu 5 tahun yaitu pada tahun 2006-2010 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki nilai rata-rata LQ < 1 yaitu sebesar 0,378. Nilai LQ sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan cenderung mengalami peningkatan meskipun peningkatannya g. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor non basis di Provinsi Banten. Selama kurun waktu 5 tahun yaitu pada tahun 2006-2010 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki nilai rata-rata LQ < 1 yaitu sebesar 0,378. Nilai LQ sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan cenderung mengalami peningkatan meskipun peningkatannya

commit to user

tidak signifikan. Pada tahun 2006 nilai LQ sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sebesar 0,334 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi sebesar 0,352, kemudian pada tahun 2008 sebesar 0,379, pada tahun 2009 sebesar 0,408 dan pada tahun 2010 sebesar 0,414.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Provinsi Banten belum mampu melakukan ekspor ke luar Provinsi Banten. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan disebabkan karena kondisi keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Provinsi Banten kurang mampu mendukung kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di wilayahnya. Selain itu keberadaan fasilitas- fasilitas yang mendukung seperti bank-bank baik bank pemerintah maupun swasta, jasa persewaan serta perusahan-perusahan di Provinsi Banten belum cukup melakukan ekspor ke luar wilayah.

h. Sektor Jasa-Jasa Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa sektor jasa-jasa merupakan sektor non basis di provinsi Banten dengan nilai LQ < 1 yaitu rata- ratanya sebesar 0,516. Nilai LQ dari kurun waktu 5 tahun yaitu pada tahun 2006-2010 cendenrung mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,484. Pada tahun 2007 sebesar 0,500. Pada tahun 2008 sebesar 0,530. Pada tahun 2009 sebesar 0,535 dan pada tahun 2010 menurun menjadi sebesar 0,529. Hal ini berarti sektor jasa-jasa belum mampu melakukan ekpor ke luar wilayah Provinsi Banten. Produksi lokal dalam sektor jasa-jasa hanya cukup untuk memenuhi permintaan lokal.

Sektor jasa-jasa di Provinsi Banten meliputi jasa pemerintahan, jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi. Sektor jasa-jasa di Provinsi Banten masih memerlukan sumbangan dari luar daerah untuk menunjang kebutuhan masyarakat daerah Provinsi Banten karena faktor sektor jasa-jasa yang belum merata yang dapat mendukung kesejahteraan masyarakat sehingga sektor ini di nilai belum basis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user